3/5
3D
Adventure
Animation
Blockbuster
Box Office
Buddy
Comedy
Fable
Family
Friendship
Hollywood
IMAX
Pop-Corn Movie
Rivalry
Summer Movie
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Secret Life of Pets
Illumination Entertainment di
bawah Universal Studios semakin percaya diri memproduksi franchise-franchise
baru setelah kesuksesan luar biasa franchise Despicable Me (DM) dan spin-off-nya, Minions yang sukses melewati angka US$ 1 milyar. Salah satunya adalah
The Secret Life of Pets (TSLoP) yang
digarap oleh Chris Renaud (DM 1-2 dan The
Lorax). Masih dengan tim yang tak jauh beda dari produksi DM, seperti tim
penulis naskah terdiri dari Cinco Paul, Ken Daurio, dan Brian Lynch, TSLoP
sudah berhasil menarik perhatian berkat desain karakter-karakter yang
menggemaskan begitu trailernya dirilis. Tak heran jika TSLoP lantas berhasil
membukukan US$ 724.4 juta di seluruh dunia sampai tulisan ini dibuat dan akan
terus bertambah mengingat masih ada negara-negara yang masih belum memutar.
Tentu rencana sekuel segera diumumkan dan kedigdayaan Illumination
Entertainment makin kokoh bersaing dengan Walt Disney, Pixar, DreamWorks,
maupun BlueSky.
Seekor anjing terrier bernama Max hidup tentram bersama majikannya, Katie yang tinggal di sebuah apartemen. Ketika Katie meninggalkan apartemen, Max menjalin hubungan dengan hewan-hewan peliharaan di kompleksnya, seperti kucing tabby yang pemalas dan tidak pedulian, Chloe; anjing pug, Mel; dachshund, Buddy; anjing Pomeranian, Gidget yang naksir Max, serta burung budgerigar, Sweetpea. Kehidupan tentram Max terancam ketika Katie membawa pulang anjing shaggy berbadan raksasa bernama Duke. Apalagi Katie ternyata lebih perhatian kepada Duke dan Duke sendiri menunjukkan sikap arogan terhadap Max. Kebencian membuat keduanya saling mengatur siasat untuk menyingkirkan yang lain hingga sama-sama terdampar di dunia underground dimana seekor kelinci bernama Snowball menjadi semacam ketua gang “The Flushed Pets”- geng binatang-binatang peliharaan yang dibuang oleh manusia. Tujuan mereka adalah membalas dendam kepada manusia. Awalnya Duke dan Max berpura-pura mendukung mereka untuk menyelamatkan diri hingga akhirnya terbongkar dan mereka berdua menjadi buruan para “The Flushed Pets”. Belum lagi tim Animal Control yang memburu kedua kubu ini.
Di sisi lain, Gidget mencoba
mencari keberadaan pujaan hatinya dengan mengumpulkan timnya sendiri; para
hewan peliharaan tetangga, ditambah Tiberius, si burung elang yang konon punya
penglihatan tajam; dan anjing basset hound tua dan pincang, Pops yang punya
kenalan di seluruh penjuru New York. Petualangan Max dan Duke serta tim Gidget
dari Manhattan sampai Brooklyn pun dimulai.
Dari premise, jelas-jelas
TSLoP mencoba menggunakan (jika tidak ingin menyebut meng-‘copy-paste’) formula
sukses film animasi klasik, Toy Story.
Max adalah Woody sementara Duke adalah Buzz Lightyear. Belum lagi tim
penyelamat yang diketuai Gidget juga ada di Toy
Story. Tak masalah sebenarnya jika masih berhasil membuat karakter-karakternya
dicintai penonton dan punya momen-momen memorable. Sayangnya, TSLoP ternyata
lebih fokus untuk membuat karakter-karakternya menggemaskan secara fisik dan
attitude-attitude yang super slengean (bahkan seringkali kelewat kasar dan
‘jahat’), baik dari karakter protagonis seperti Max dan Duke, apalagi karakter
villain seperti Snowball. Fisik boleh saja imut-imut dan menggemaskan, tapi
tunggu sampai ia mulai membuka mulut. Seketika image-nya di mata Anda berubah
bak anggota gangster seperti Tre dari Boyz
n the Hood (1991 – karakter Snowball dan Ricky memang sebuah homage dari
film ini). Memang tak sampai ada kata-kata explicit keluar dari mulut para
karakter, tapi intonasi bicara dan penggunaan beberapa kata umpatan ringan
menurut saya agak berlebihan untuk penonton cilik. Sementara bagi para penonton
remaja dan dewasa, ini bisa menjadi materi humor yang menggelitik, terutama
faktor kekontrasan antara fisik dan attitude. Jika Anda mau mencermati lebih
jauh, karakter-karakter di TSLoP memang jelas-jelas punya referensi ke
karakter-karakter dari film-film populer lain, seperti misalnya ketika melihat
karakter Pops, kita bisa dengan mudah mengingat sosok Robert DeNiro atau Marlon
Brando sebagai The Godfather.
Untuk menggerakkan plot
petualangannya, TSLoP lebih banyak mengandalkan formula keberuntungan,
kebetulan, dan slapstick, seperti halnya di Baby’s
Day Out. Selebihnya, TSLoP mengabaikan perkembangan maupun pendalaman
karakter sehingga baik secara personal maupun relasi antar karakter (seperti
Max dan Duke) belum mampu mengikat penonton secara emosi. Perkembangan plot pun
masih jauh dari ke-solid-an Toy Story
dalam menyampaikan ceritanya. Bahkan mungkin bisa dibilang perkembangan plotnya
hanya sekedar untuk memancing humor semata yang untungnya cukup banyak yang
berhasil bikin tertawa. Bagi saya pribadi, Chloe dengan celetukan-celetukan
witty a la karakter-karakter Melissa McCarthy adalah joke material yang paling
ampuh.
Elemen menarik lain dari TSLoP
sebenarnya adalah sebuah tribute sekaligus kritik bagi manusia yang sering
mengaku pecinta hewan tapi seringkali mengabaikan mereka. Sayangnya kedua
elemen menarik ini terkesan hanya bonus (jika tak mau disebut tempelan semata)
di beberapa bagian. Keduanya gagal menyatu dengan jalinan plot secara mulus.
Kritik terasa terlalu sentimental dan meledak-ledak terutama dari karakter geng
“The Flushed Pets”, tapi bagi saya berhasil menyentil. Untungnya tribute kepada
para pecinta hewan di ending berhasil menjadi bonus yang terasa hangat dan
manis.
Dari pemilihan voice cast, TSLoP
terlihat tak begitu mementingkan popularitas selebriti sebagai penarik massa.
Dengan naskah yang ada, tak ada pula voice talent yang benar-benar signatural.
Misalnya Louis C.K. dan Eric Stonestreet sebagai Max dan Duke yang tidak
terlalu populer secara global. Yang paling menonjol mungkin Kevin Hart sebagai
Snowball yang super slengean bak gangsta, Jenny Slate sebagai Gidget yang genit
manja, Albert Brooks sebagai Tiberius yang gagah, Dana Carvey sebagai Pops yang
wise dan berwibawa, serta Lake Bell sebagai Chloe yang ‘nyinyir’ santai.
Seperti yang sudah saya sampaikan
sebelumnya, kekuatan utama TSLoP adalah desain karakter, terutama secara fisik,
yang memang adorable dan loveable,
bahkan untuk karakter-karakter villain seperi Snowball dan Tattoo sekalipun.
Desain produksi juga berhasil memvisualisasikan lanskap New York dengan sangat
memanjakan mata. Tentu ini tak lepas dari pergerakan kamera yang memaksimalkan
eksplorasi tiap sudut desain produksinya sekaligus mengeksploitasi potensi
gimmick pop-out 3D. Dengan aspect ratio 1.85:1, TSLoP memang terasa maksimal di
layar IMAX, tapi di layar biasa pun visualnya masih memanjakan mata. Tak ada
yang benar-benar istimewa dari segi desain suara selain pas sesuai dengan
kebutuhan adegan. Scoring Alexandre Desplat menjadi salah satu elemen favorit
saya di TSLoP, terutama karena tune New Yorker jazz yang membuat film menjadi
lebih berkelas dan mengalun elegan tanpa meninggalkan kesan keseruan
petualangan. Pemilihan soundtrack pun termasuk menarik meski tak sampai menimbulkan
signatural tertentu. Mulai Welcome to New
York dari Taylor Swift sebagai opening, Stayin’
Alive versi N-Trance, You’re My Best
Friend dari Queen, sampai Lovely Day
dari Bill Withers, serta tak ketinggalan We
Go Together dari The Sausage Factory Singers yang menggelitik.
Dengan template utama dari Toy Story, sebenarnya tak banyak yang
ditawarkan TSLoP selain sekedar homage berbagai materi dari film-film populer,
guyonan-guyonan hasil dari kebetulan demi kebetulan yang digunakan sebagai plot
device petualangannya, dan desain karakter-karakter yang menggemaskan.
Selebihnya, ia tak lebih dari mediocre superlight entertainment yang mungkin
akan mudah dilupakan jika tak ada follow-up berkelanjutan. Minions juga sajian super ringan minim isi, tapi konsep jokes-nya
secara keseluruhan masih lebih memorable ketimbang TSLoP. Semoga saja ada
perbaikan dan pembenahan sehingga ia bisa menjadi franchise yang lebih kuat ke
depannya. Sambil menunggu, tak ada salahnya menghibur diri dengan sajian
Illumination Entertainment kali ini. Apalagi jika Anda termasuk yang mengaku
pecinta hewan peliharaan. Atau jika Anda penggemar berat minion, opening
animated short Mower Minions bisa
jadi obat rindu yang cukup mujarab.
Lihat data film ini di IMDb.
Lihat data film ini di IMDb.