3/5
Artistic
Based on Book
Blockbuster
Box Office
Comedy
dilwali
Drama
Family
Hindi
Musical
Pop-Corn Movie
Romance
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Prem Ratan Dhan Payo
Reputasi Salman Khan sebagai box
office hitmaker masih bertahan. Setelah sukses besar lewat Bajrangin Bhaijaan, tahun 2015 ini Salman mengeluarkan amunisi
keduanya, Prem Ratan Dhan Payo (PRDP) yang sengaja dipersiapkan untuk menyambut hari raya Dilwali.
Diadaptasi dari kisah klasik The Prince &
The Pauper, PRDP ditulis dan disutradarai oleh sineas Hindi yang tak
main-main, Sooraj R. Barjatya, yang sudah 10 tahun absen setelah Vivah tahun 2006 lalu. Setelah beberapa
minggu penghasilan film-film Hindi tergolong lesu, PRDP menjadi angin segar
dengan pencapaian rekor film Hindi keempat yang berhasil mengumpulkan lebih
dari 100 crore (US$ 15 juta) di 3 hari pertama, mengalahkan Bajrangi Bhaijaan dan Dhoom 3. Dengan pencapaian ini, tentu
star-factor Salman Khan masih tidak boleh diremehkan.
Prem Dilwale adalah aktor drama
panggung yang sebenarnya sedang berada dalam krisis. Namun hati yang tulus
membuatnya tetap menyumbangkan sebagian besar penghasilannya ke sebuah yayasan
yang dimiliki oleh Maithili, gadis muda cantik yang dikabarkan akan dinikahi
pangeran Pritampur, Vijay Singh. Mendengar kabar Maithili akan mengunjungi
Pritampur, Prem ditemani Kanhaiya, berniat bertemu dan memberikan sumbangannya
secara langsung.
Di sisi lain, Pangeran Vijay
jatuh sekarat setelah lolos dari upaya pembunuhan. Padahal upacara penobatannya
sebagai Raja Pritampur tinggal beberapa hari lagi. Tak sengaja kepala
pengamanan Istana Pritampur, Sanjay, menemukan Prem yang ternyata punya wajah
sangat mirip dengan Vijay. Karena panik, Prem didapuk untuk menyamar menjadi
Vijay sampai kesehatannya membaik. Prem menyetujui dan mulai memainkan peran
sebagai Vijay. Ternyata ini bukan hal yang mudah karena selama ini Vijay punya
tabiat dan watak yang menyebabkan banyak kebencian, terutama dari Maithili
sendiri dan adik tirinya, Rajkumari Chandrika, Rajkumari Radhika, dan Ajay
Singh. Perlahan Prem berusaha memperbaiki image Vijay dan menyatukan semuanya.
Namun tentu tidak mudah, apalagi ancaman pembunuhan kepada Pangeran Vijay yang
gagal membuat nyawa Prem jadi incaran.
Dari sinopsis tersebut basic
cerita Prince & The Pauper begitu
terasa dengan jelas. PRDP membangun kerajaan fiktif dengan nuansa budaya Hindi
dengan sangat megah dan indah. Lengkap dengan istana, kostum, dekorasi, dan
koreografi yang luar biasa grande. Namun sayangnya cerita yang cenderung cliché
dan sudah berulang kali didaur ulang ini terasa begitu panjang dan bertele-tele
dengan durasinya yang mencapai 164 menit. Sedikit lebih panjang daripada
kebanyakan film Hindi akhir-akhir ini yang rata-rata sekitar dua setengah jam.
Ada cukup banyak sub-plot yang harus diceritakan dan diselesaikan. Dengan
storyline yang sebenarnya cukup padat dan dibumbui dengan cukup banyak humor,
nyatanya belum mampu meng-uplifting storytelling-nya jadi lebih menarik dan
enjoyable. Agaknya PRDP perlu humor dengan dosis yang lebih tinggi dan
lebih menarik untuk membuatnya
jadi lebih enjoyable. Untung saja PRDP masih punya momen-momen emosional yang
somehow selalu berhasil, terutama dalam konteks ‘romance’ dan ‘family value’.
Memainkan 2 peran yang sama sekali
berbeda, Vijay dan Prem, terbukti tidak menjadi masalah bagi Salman. Meski tak terlalu
istimewa juga, Salman melakoni keduanya dengan sangat baik. Setidaknya penonton
masih bisa membedakan keduanya di layar di balik fisik yang sama persis selain
kumis, berkat pembedaan karakter (terutama dari segi gesture dan kharisma) yang
jelas. Sonam Kapoor masih mampu mempesona dengan peran tipikal lead actress
film Hindi. Anupam Kher memainkan karakter Bapu Diwan Sahab yang surprisingly
menarik. Deepak Dobriyal sebagai Kanhaiya mampu menghidupkan karakter comedic
dengan cukup berhasil pula. Sedikit mengingatkan saya akan sosok aktor dan
sineas Italia, Roberto Benigni.
Di balik storytelling-nya yang
masih terasa kurang menghibur, desain produksi berhasil mengambil alih peran
wow-factor-nya. Lihat saja set-set yang begitu megah, mulai dari istana
Pritampur sampai teater Prem. Tak terkecuali desain kostum, koreografi, serta
sinematografi yang sangat berhasil mengeksplorasi tiap sudut keindahannya
dengan maksimal. Tata suara dan musik juga mendukung kemegahan berkat
pemanfaatan fasilitas surround yang maksimal. Meski tak banyak musik yang
berhasil menempel terus di benak saya, namun tetap saja tampil menghibur dan
masih berkorelasi dengan cerita utama. Setidaknya diletakkan pada momen dan
dengan porsi yang pas.
PRDP sebenarnya berpotensi
menjadi sebuah film fairy tale tentang romance dan yang lebih penting,
keluarga, yang begitu hangat, manis, dan indah. Sayang dengan durasi yang
begitu panjang dan storytelling yang terkesan melelahkan, membuatnya less enjoyable.
Tapi jika Anda menontonnya dengan santai dan tidak buru-buru walk out, PRDP
masih menyimpan cukup banyak momen-momen emosional yang berhasil. Lagipula
sayang rasanya jika harus melewatkan kesempatan menjadi saksi kemegahannya di
layar lebar.
Lihat data film ini di IMDb.