4/5
Action
Adventure
Blockbuster
Box Office
Disaster
Drama
Family
Humanity
Pop-Corn Movie
Summer Movie
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
San Andreas
Sejak awal sejarah perfilman,
genre disaster sudah ada dan selalu menempatkan wakil di setiap eranya. Sayang di era
2000-an, tak banyak film bergenre disaster yang stand out, padahal genre ini pernah begitu
berjaya di era 90-an. Mungkin karena genre ini sudah terlalu jenuh, apalagi
karya Roland Emmerich yang seolah menjadi ‘maestro’ di genrenya, tapi bagi saya
karyanya semakin lama semakin ‘tak bertenaga’. Bukan perkara plot cerita utama
yang digunakan untuk menghiasi latar bencana alamnya, tapi yang terutama adalah kemampuannya membawa penonton turut merasakan ‘mimpi buruk’ berada di tengah-tengah
bencana alam. Bukan sekedar pameran visual effect memukau mata tanpa kekuatan
mempermainkan emosi penonton. Di era 2000-an ini saya baru mencatat The Impossible (2012) yang punya efek
dahsyat bagi penontonnya, disusul Into
the Storm (2014) yang meski punya tak begitu besar tapi ternyata punya
adegan-adegan yang breathtaking dan mampu membawa penonton seolah-olah berada
di lokasi kejadian.
Awalnya saya cukup skeptis dengan
San Andreas (SA). Meski diramaikan
oleh bintang-bintang yang atraktif, ia ditangani oleh sutradara Brad Peyton
yang filmografi sebelumnya masih meragukan (seperti Cats & Dogs: The Revenge of Kitty Galore dan Journey 2: The Mysterious Island). Namun
rupanya ekspektasi yang cukup rendah punya efek yang cukup positif ketika
menyaksikan langsung filmnya.
Seperti kebanyakan film bergenre
disaster, SA masih memanfaatkan plot keluarga dan asmara untuk mewarnai
latarnya. Ini wajar, karena kedua tema ini adalah pondasi hubungan
antar-manusia yang bisa dimanfaatkan untuk menarik simpati penonton secara
kemanusiaan. Untungnya meski klise, Peyton mampu menghadirkan plot
drama-dramanya dengan porsi, korelasi, dan relevansi yang serba pas.
Namun yang menjadi kekuatan utama
SA adalah tampilan adegan-adegan disaster yang begitu intense, breath-taking
dan realistis, tanpa terkesan terlalu chaotic dan tanpa ada darah yang
terlihat, terutama berkat timing yang serba tepat dan tata kamera yang efektif
memaksimalkan hampir semua setup-setup thrilling-nya. Menjadikan adegan demi
adegan disaster, mulai gempa awalan, aftershock, hingga tsunami, sebuah
rangkaian mimpi buruk modern yang mengerikan, ketimbang sekedar pameran visual
effect yang memukau mata. Apalagi bagi penonton yang acrophobia. Tata suara
yang dahsyat dan memanfaatkan fasilitas Dolby Atmos secara maksimal pun turut
membuat adegan-adegannya semakin hidup.
Di sisi lain, dihadirkan pula
karakter pakar gempa, Lawrence. Mesti terkesan terpisah dengan plot utama,
kemunculannya memang berfungsi untuk memberikan penjelasan tentang peristiwa
gempa yang sedang terjadi di layar. Bagi saya, ini adalah cara yang tepat untuk
mengedukasi tentang gempa (yang ternyata sangat informatif dan akurat, kecuali
tentu saja dari segi geografis) dan tentu saja pre-caution bencana, tanpa
terkesan pretensius. Toh kehadiran karakternya ternyata dipadukan dengan plot
utam secara lebih halus dan bagi saya, lebih berkesan ketimbang karakter
sejenis di film-film disaster lainnya.
Keberhasilan drama klise SA
sehingga masih mampu menyentuh saya, tak lepas dari faktor para cast-nya.
Terutama sekali Dwayne Johnson alias The Rock yang ternyata bisa juga
mengundang simpati melalui karakter family man dan adegan-adegan yang hearty,
tanpa meninggalkan kharismanya sebagai action hero. Meski harus diakui agak
aneh melihatnya menjadi suami Carla Gugino maupun ayah dari Alexandra Daddario.
But hey, setidaknya chemistry antara ketiganya cukup membangkitkan nuansa
kekeluargaan yang hangat. Penampilan Daddario sendiri pun juga menarik
perhatian lebih ketimbang peran-peran di film-film sebelumnya, seperti
franchise Percy Jackson. Tak hanya
karena faktor porsi yang memang cukup dominan dan fisik yang semakin menarik
perhatian, tapi juga kharismanya yang terasa semakin kuat sebagai smart girl.
In the end, yes, SA memang sebuah
film summer blockbuster yang begitu memanjakan mata dan telinga, pun juga
berhasil menjadi sesuatu yang exciting, menyentuh, sekaligus informatif. Sebuah
paket lengkap yang tak hanya jarang ditawarkan di genre disaster, tapi juga di
kategori summer blockbuster secara keseluruhan.
Lihat data film ini di IMDb.