3/5
Family
Hollywood
Horror
Mystery
Pop-Corn Movie
Remake
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Poltergeist (2015)
Poltergeist versi asli yang dirilis tahun 1982 adalah salah satu
film horor legendaris sepanjang masa. Dengan sutradara Tobe Hooper yang punya
background horor cukup terpercaya (The
Texas Chainsaw Massacre) dan produser Steven Spielberg, Poltergeist punya keseimbangan yang pas
antara horor, family, dan sedikit nuansa sci-fi. Apalagi ditambah isu kutukan
gara-gara tiga bintangnya tewas tak lama setelah filmnya dirilis, menambah
status ‘horor’ dari Poltergeist.
Dilanjutkan dengan 2 installment lagi yang hasilnya biasa saja atau malah
cenderung buruk, tahun 2015, produser Sam Raimi bersama Ghost House Pictures
yang tahun 2013 lalu bisa dibilang cukup sukses me-remake Evil Dead, berniat membawa kembali (baca: meng-estafet) kisah Poltergeist dengan sutradara Gil Kenan (Monster House dan Citi of Ember).
Secara keseluruhan, Poltergeist versi 2015 sangat setia
dengan pakem aslinya. Tak hanya dari segi basic cerita, tapi juga elemen-elemen
adegan, sampai dandanan karakter-karakter utamanya (terutama karakter si gadis cilik,
Madison yang dibuat semirip mungkin dengan Carol Anne). Pembaruan yang dibawa
hanyalah update teknologi yang menyesuaikan dengan saat ini. Seperti TV tabung
ke TV LCD, iPhone, dan drone. Di tengah trend horor yang menghadirkan atmosfer
eerie yang klasik dan penampakan-penampakan yang terpengaruh horor Asia, Poltergeist versi 2015 dengan cukup
berani tampil beda. Entah atas pertimbangan apa, namun atmosfer dan nuansa yang
jauh dari mengerikan ini tak banyak berhasil memuaskan penonton dan penggemar
horor generasi ini.
Namun tunggu dulu, meski tak
menghadirkan atmosfer horor klasik, Poltergeist
versi 2015 masih punya cukup banyak jump scare dengan timing dan durasi yang
pas. I know most of casual horror audiences nonton film horor karena faktor ini
kan? So yes, overall Poltergeist
versi 2015 masih menghadirkan hiburan khas horor yang menegangkan dan bikin
cemas. Dengan tanpa adegan kekerasan dan darah seperti versi aslinya, ia pun
cukup aman ditonton oleh penonton yang lebih luas range usianya.
Meski masih berada pada alur yang
bisa dinikmati, bukan berarti tak ada yang terasa salah dengan Poltergeist. Tidak, bukan selipan adegan
komedik yang sedikit dibubuhkan di beberapa bagian yang melibatkan karakter
paranormal Dr. Brooke Powell dan Carrigan Burke. Melainkan bagaimana karakter
pasangan suami-istri Eric dan Amy Bowen yang relatif terasa tenang-tenang saja
pasca putri bungsu mereka ‘diculik’ ke dimensi lain. Bandingkan, misalnya,
ketika pasangan Josh dan Renai Lambert mendapati putra mereka, Dalton, diculik
ke dunia astral, di Insidious. Entah
konsep cerita seperti apa yang ingin disampaikan. Salah Sam Rockwell dan
Rosemarie DeWitt selaku pemerannya kah, salah sutradara Gil Kenan yang
mengarahkan mereka, atau salah penulis naskah David Lindsay-Abaire? Entahlah,
yang pasti ini terasa agak mengganggu bagi saya.
Kelemahan lain Poltergeist versi 2015 adalah sosok makhluk
halus yang ditampilkan di sini seperti tanpa nyawa yang patut ditakuti. Alhasil
serangan-serangan yang terjadi pada keluarga Bowen seperti kejadian-kejadian
yang berdiri sendiri, bukan serangkaian kejadian yang mengarah ke satu titik
utama. Apalagi kemudian sosok (-sosok)-nya ditampilkan dalam animasi 3D yang
tidak begitu meyakinkan sebagai makhluk halus yang nyata dan mengancam.
Di jajaran cast-nya, anak-anak
pasangan Bowen patut mendapatkan kredit teratas, terutama sekali Kennedi
Clements sebagai Madison dan Kyle Catlett sebagai Griffin. Ekspresi yang
merepresentasikan psikologis Griffin setelah Madison kehilangan, terlihat lebih
natural dan masuk akal ketimbang kedua orang tua mereka. Sementar Saxon
Sharbino sebagai si sulung Kendra Bowen cenderung biasa saja karena porsi yang
juga tak banyak memberikan kesempatan kepadanya untuk menarik simpati penonton.
Sedikit di bawah Kennedi dan Kyle adalah Jared Harris sebagai paranormal
Carrigan yang meski tak sekuat karakter Elise Rainier di Insidious, namun cukup menghadirkan kharisma serta keseimbangan
yang pas antara serius dan komedik.
Aspek teknis yang perlu
mendapatkan kredit dan cukup mendukung Poltergeist
versi 2015 adalah tata kamera yang bergerak dinamis sehingga mampu menciptakan
visual yang menegangkan. Tata suara juga menjadi pendukung keberhasilan
adegan-adegan menegangkan. Mulai dari detail suara, keseimbangan antara clarity
dan crisp, sampai fasilitas surround yang begitu detail dimanfaatkan.
In short, Poltergeist versi 2015 mungkin tak begitu menambahkan apa-apa pada
versi aslinya selain update teknologi, tak juga jadi film horor yang mengerikam
dan mampu bertahan lama dalam ingatan, namun ia masih bisa jadi sajian horor
yang menghibur dengan jump scare dan ketegangan yang dihadirkan.
Lihat data film ini di IMDb.