4/5
Action
Adventure
Blockbuster
Box Office
Franchise
Hollywood
Pop-Corn Movie
quotebanner
SciFi
Summer Movie
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Jurassic World
Sejak dirilis tahun 1993, semua
orang setidaknya pernah dengar judul Jurassic
Park (JP), dan saya yakin lebih dari separuhnya pernah menonton film
sefenomenal itu. Meski bukan menjadi film pertama yang menghadirkan dinosaurus,
JP lah yang berhasil menyebarkan demam dinosaurus ke seluruh dunia secara
masif. Selain faktor novel karya Michael Crichton yang menjadi dasar cerita
film dan teknologi special effect yang mumpuni dalam menghidupkan
dinosaurus-dinosaurus ini, Steven Spielberg memang berhasil membuat sebuah film
yang setiap adegannya berkesan dan mampu membekas lama dalam benak penontonnya.
Tak heran jika JP menyandang gelar klasik dan legendaris sepanjang masa, yang
warisannya harus diteruskan ke tiap generasi. Sekuelnya, The Lost World: Jurassic Park juga tak
buruk meski tak sekuat dan sememorable JP, begitu juga Jurassic World III yang masih mempan membuat penonton olahraga
jantung dan jump on seat sewaktu menontonnya. Setelah 14 tahun sejak film
terakhir (serta 22 tahun sejak film pertamanya rilis), ketika generasi penonton
pun juga berganti, tentu warisannya perlu diteruskan dan dilestarikan. Bukan
sebagai remake, tapi sekuel yang masih punya pertalian cerita dengan seri-seri
sebelumnya, namun masih bisa dipahami tanpa menyaksikan seri-seri sebelumnya.
Lagipula bagi penonton yang dulu pernah menyaksikan kedahsyatan seri-seri
sebelumnya di bioskop, pasti merindukan exciting experience yang pernah dibawa,
bukan? Bukan PR yang mudah, mengingat jaman sekarang di mana special effect
bukan lagi hal menakjubkan. Apalagi penonton jaman sekarang sudah terbiasa
melihat makhluk sebesar dan semengerikan dinosaurus. Perlu lebih dari sekedar
pameran special effect yang mumpuni untuk membuat penonton jaman sekarang bisa
merasakan kedahsyatan seperti seri pertamanya dulu.

Keseluruhan JW memang
berhasil membawa penonton kembali ke keseruan JP tentu saja dengan kacamata
penonton jaman sekarang. Sutradara Colin Trevorrow (yang mana ini merupakan
proyek film besar pertamanya) terbukti mampu menciptakan teror yang setidaknya
selevel dengan installment-installment sebelumnya. Tak perlu berlama-lama atau
terlalu detail dengan karakter-karakternya maupun menjabarkan teoritis-teoritis
ilmiahnya, JW lebih fokus membawa penontonnya seru-seruan berada di dalam taman
di pulau terpencil ini. Mulai pertama kali melihat sosok Indominus Rex, sepak
terjangnya melahap semua yang dilihatnya, dikejar-kejar Indominus Rex, sampai
the final showdown yang membuat penonton film pertamanya kegirangan bak anak
kecil karena melibatkan dinosaurus bintang utama di JP. Berkali-kali saya
dibuat berteriak, mengumpat, dan berlompatan di kursi, karena adegan-adegan breathtaking-nya
yang berhasil.
Tak hanya adegan-adegan
mendebarkan yang gripping, saya juga menyukai konsistensi konsep cerita, yaitu
tentang kontrol, yang berkali-kali diselipkan dalam dialog dan direlevansikan
ke dalam berbagai kondisi. Ini artinya mereka tahu persis apa yang ingin
disampaikan dan dikembangkan di installment ini. Tak hanya dalam cerita, tapi
juga dalam berbagai konteks lainnya. So bold, and delivered very well on
script. Apalagi ternyata, ia juga punya cukup banyak line yang memorable dan
bagus.
Namun bukan berarti JW tampil
tanpa minus. Ya, saya bisa memahami dan menerima kalau demi menjaga pace
cerita, karakter-karakternya tidak begitu diberi perkembangan yang cukup
menarik dan dalam, selain yang relevan dengan fokus cerita utama. Tapi yang
disayangkan adalah koneksi antar karakternya yang masih sering terasa canggung,
terutama antara sibling Zach dan Gray. Untung saja minor ini masih bisa
dimaafkan setelah semua yang terjadi sepanjang film. Meski tidak bisa
dipungkiri, terutama bagi penonton JP, celah ini sangat terasa.
Untungnya penampilan para
aktornya sangat baik membawakan peran masing-masing. Mungkin banyak yang
menganggap Chris Pratt masih menjadi Peter Quill di Guardians of the Galaxy, tapi hey bukankah sebenarnya mereka punya
karakteristik yang memang mirip? As for me, harus diakui Chris Pratt punya
kharisma yang lebih dari cukup untuk menjadi perpaduan Dr. Alan Grant dan Dr.
Ian Malcolm, ditambah skill action hero yang kuat. Begitu juga dengan Bryce
Dallas Howard yang akhirnya tampil lebih lovable dan memorable ketimbang
peran-peran sebelumnya. Even more than Laura Dern has done before. Si cilik Ty
Simpkins pun berhasil menarik simpati penonton lebih besar ketimbang Nick
Robinson yang berperan sebagai sang kakak, Zach. Tak lupa Vincent D’Onofrio
sebagai antagonis Hoskins yang meski tak begitu besar porsinya dibanding yang
lain namun cukup memorable. Irrfan Khan yang porsinya juga tak banyak tapi
kharismanya begitu terasa dan membuat penonton respect terhadap karakter Simon
Masrani. Terakhir, jangan lupakan kehadiran BD Wong sebagai Dr. Henry Wu,
satu-satunya karakter dari JP yang kembali muncul di sini.
Secara teknis, bisa dipastikan
semua digarap dengan mumpuni. Mulai CGI yang diterapkan untuk most of the
dinosaurs and raptors, kecuali beberapa adegan yang katanya menggunakan
animatronic, hingga tata suara yang begitu menghidupkan berbagai emosi di semua
adegannya. Crisp, dahsyat, tapi tetap jernih. Fasilitas surround pun
dimanfaatkan secara maksimal. Score dari Michael Giacchino memberikan warna
tersendiri di samping tetap setia pada original score karya John Williams yang ‘emotionally
magic’. Tambahan elemen choir di samping orchestra menjadikan emosi epic-nya
terasa lebih powerful. Tak ketinggalan sinematografi John Schwartzman yang sudah
berpengalaman di banyak film blockbuster dan beberapa kali jadi langganan
Michael Bay, yang mampu menerjemahkan teror dengan efektif. Banyak dari adegan ‘jump
on seat’ yang disebabkan oleh tata kamera, ketimbang gimmick pop-out 3D-nya.
So yes, nikmati JW as it is, have
fun with it! Hidupkan lagi memori pengalaman sinematik luar biasa yang pernah
ditawarkan JP, sambil mengestafetkannya ke generasi yang lebih baru. Toh JW
melakukannya dengan sangat berhasil. Saya sendiri saja sudah tak sabar untuk
mengalaminya lagi, padahal baru sehari.
Lihat data film ini di IMDb.