3/5
Action
Adventure
Bad-ass Oldman
Crime
Drama
Europe
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Gunman
Sejak Liam
Neeson tampil di franchise Taken (dan
tentu juga sejak Sylvester Stallone mengajak rekan-rekan seangkatannya
bergabung di The Expendables), tema
badass oldman menjadi sebuah trend baru yang masih relevan bahkan sampai tahun
2015 ini. Bahkan belum lama ini kita masih disuguhi aksi Liam Neeson untuk
kesekian kalinya di Run All Night.
Disandingkan dengan aktor gaek lainnya, Ed Harris pula. Entah apakah penonton
sudah mulai bosan dengan tema seperti ini. Saya rasa selama menampilkan
adegan-adegan aksi yang mendebarkan, inovatif, dan kickass, tema ini bakal
terus bertahan.
Salah satunya
yang mencoba mengikuti jejak Liam adalah Sean Penn yang selama ini kita kenal
untuk peran-peran watak dan serius. Dengan nama Pierre Morel di bangku
sutradara, cukup jelas terlihat kalau The
Gunman ini berusaha mengulang kesuksesan (atau syukur-syukur bisa jadi
franchise baru) Taken, dengan
‘mengorbitkan’ Sean Penn. Banyak formula dan treatment dari Taken yang dicoba diimplementasikan di
sini. Mulai style-nya yang Eropa banget, karakter utama, Terrier yang diburu
sepanjang film, dan tentu saja karakteristik Terrier yang tipikal badass oldman
lainnya.
Sayang formula
yang sama tak sepenuhnya berhasil di sini. Pertama, The Gunman memang punya premise yang cukup menarik untuk diikuti.
Tapi sayangnya di layar, hasilnya tak semenarik di atas kertas. Selain pace-nya
yang ‘kurang pas’, storyline-nya ternyata banyak yang berlangsung bertele-tele
dan sebagian besar sebenarnya mencomot dari berbagai film. Kedua, Sean Penn
bukanlah Liam Neeson. Di banyak adegan, Sean terlihat tidak segarang dan
setegap Liam. Bahkan caranya berjalan saja sudah tidak begitu meyakinkan
sebagai action hero. Untung saja di banyak adegan fight, Sean masih menunjukkan
sedikit kharismanya. Tak sampai memorable, namun cukup asyik untuk diikuti dan
dinikmati.
Di jajaran
pemeran pendukung, Javier Bardem, Ray Winstone, dan Mark Rylance sebenarnya
cukup mencuri perhatian. Namun somehow di layar ketiganya seperti kekurangan
porsi untuk menjadi lebih memorable. Jasmine Trinca yang menjadi satu-satunya
wanita di jajaran cast pria juga belum begitu berhasil mencuri perhatian karena
perannya yang seolah tak lebih dari sekedar pemanis film. Sementara Idris Elba
diberi karakter yang tidak begitu jelas ‘fungsi’ dan sepak terjangnya di layar,
kalau tidak mau disebut dipaksakan muncul.
Bak film-film
bergaya Eropa lainnya, The Gunman
juga menawarkan desain produksi yang indah. Tentu pemilihan Barcelona, Congo,
dan Gibraltar sebagai lokasi syuting bukanlah tanpa tujuan. Mulai setting
lokasi apartemen, rumah dan villa Felix, kantor Cox, hingga tentu saja arena
bullfight yang menjadi latar belakang adegan klimaks. Semuanya begitu indah
direkam oleh Flavio Martinez Labiano.
Dengan berbagai
kelemahannya, The Gunman sebenarnya
bisa dipresentasikan dengan jauh lebih layak dan menarik. Namun apa yang
tersaji di layar cukup menghibur sebagai instant entertainment. Tidak sampai
memorable sehingga akan Anda ingat untuk jangka waktu lama.
Lihat data film ini di IMDb.