The Jose Flash Review
2014: Siapa di Atas Presiden?

Hanung Bramantyo seolah tak pernah berhenti menyuarakan kegelisahan terhadap sekitarnya lewat medium film. Setelah puas memotret berbagai fenomena sosial kita, terutama dalam bingkai agama, Hanung mencoba memasuki ranah politik yang masih jarang sekali diangkat di ranah perfilman Indonesia, apalagi dengan genre action thriller. Sedianya akan ditayangkan sebelum pemilu dengan harapan terasa relevansinya, 2014 mengalami dua kali penundaan jadwal. Ada beberapa kabar yang menjadi spekulasi alasan penundaan ini, mulai menghindari sensitivitas subjek menjelang pemilu, hingga pengambilan gambar dan edit ulang karena hasil sebelumnya tidak begitu memuaskan. Apapun itu, penundaan jadwal yang menjelang pemilu bisa jadi pilihan yang bijak ketimbang memaksakan diri mengambil momen namun menjadi bumerang dan memperkeruh keadaan dalam negeri. Toh sampai sekarang pun apa yang ditampilkan di 2014 masih terasa sangat relevan.

Di atas kertas, 2014: Siapa di Atas Presiden? sebenarnya seperti sebuah ringkasan dari berbagai fenomena di panggung politik negeri ini. Mulai korupsi, kasus-kasus untuk mengalihkan perhatian publik maupun menjegal lawan politik, hingga yang menjadi highlight utama dan menjadi judul film; sesosok yang menjalankan negeri ini melalui presiden-presiden terpilih sebagai bonekanya. Penulis naskah Ben Sihombing dan Rahabi Mandra meramu kesemuanya dalam sebuah fiksi yang tersusun dengan rapi dan punya porsi yang serba pas. Mungkin perkembangan karakter-karakternya tidak terlalu ditonjolkan di sini, namun alur ceritanya mengalir dengan lancar. Buat yang cukup melek akan kondisi politik di negeri ini, plot 2014 mungkin akan dengan sangat mudah ditebak, namun di sinilah bumbu investigasi dan action thriller memainkan perannya sehingga ia tetap menjadi tontonan yang menarik. Berbagai adegan laga disebar di sepanjang film dengan timing, durasi, dan visualisasi yang pas sehingga bisa dinikmati secara maksimal. Tak ketinggalan pula komedi yang diselipkan di beberapa adegan, tanpa merusak intensitas serta atmosfer ketegangan yang terbangun dengan rapi.

Penampilan aktor-aktrisnya yang tergolong all-star juga tidak sia-sia. Meski ada beberapa karakter yang terasa janggal terutama dalam menampilkan faktor dampak psikologis, secara keseluruhan masih tergolong baik. Seperti biasa, Ray Sahetapy terasa paling pas mengisi perannya sebagai calon presiden yang dikenal paling bersih. Tapi yang paling menonjol adalah Donny Damara yang begitu luwes dan santai membawakan karakternya yang sangat berkharisma. Atiqah Hasiholan juga tampil menarik. Tak hanya berhasil tampil lebih natural, tidak terlalu menggebu-gebu seperti biasanya, tapi kepiawaiannya melakoni berbagai adegan baku hantam berhasil membuat saya kagum. Apalagi adegan pertarungan melawan suaminya sendiri di dunia nyata, Rio Dewanto.

Aktor-aktris mudanya pun tak kalah menarik. Rizky Nazar terbukti tak hanya punya fisik yang menarik, tapi juga diimbangi kemampuan akting yang cukup, serta juga berhasil membangun chemistry yang pas dengan Maudy Ayunda.

Tata kamera Faozan Rizal cukup mampu membingkai adegan-adegan aksi hingga terasa seru dan tidak terkesan terlalu chaotic. Sayang beberapa shot paronamic masih terlihat pecah-pecah, dan color tone-nya yang kebanyakan tampak kusam membuat gambarnya menjadi kurang menarik. Untung saja dukungan editing Cesa David Lukmansyah bisa menutupinya sekaligus menjaga pace film secara keseluruhan. Juga tata suara yang terdengar cukup dahsyat terutama di adegan-adegan laganya dan pemanfaatan fasilitas surround yang cukup maksimal. Jika harus menyebut aspek yang mengganggu dari 2014, adalah gimmick visualisasi freeze-frame yang justru memberi kesan dramatisasi yang berlebihan dan tidak pula memunjukkan detail adegan maupun emosi.

Above all, 2014: Siapa di Atas Presiden? mungkin belum menjadi karya yang sempurna, namun setidaknya keberaniannya menampilkan variasi genre, apalagi dengan presentasi yang cukup baik di berbagai aspeknya, sudah cukup membuatnya menjadi tontonan yang menarik sekaligus representatif dalam mendokumentasikan panggung politik Indonesia saat ini.

Lihat data film ini di filmindonesia.or.id.
Diberdayakan oleh Blogger.