The Jose Flash Review
Focus

Film bertemakan conman atau penipu mungkin sudah banyak diangkat, namun tak banyak yang benar-benar punya ‘trik’ yang menarik dan bikin penasaran. Yang mungkin paling mudah diingat penonton adalah remake yang dijadikan trilogy, Ocean’s Eleven di awal 2000-an. Kalau tema conman yang disandingkan dengan romance, saya mengingat judul The Thomas Crown Affair yang menyatukan Pierce Brosnan dan Rene Russo, serta Entrapment yang mempertemukan Sean Connery dan Catherine Zeta Jones. Keduanya mampu mengecoh masing-masing pasangan dan penonton. Formula yang serupa sekali lagi digunakan untuk film terbaru Will Smith, Focus.

Berfokus pada sosok Nicky (Will Smith), cerita Focus dimulai dengan aksi penipuannya yang mempertemukan dengan sesama penipu, Jess (Margot Robbie). Dari situ keduanya dilebur dan bergulirlah cerita utamanya. Penonton akan dibawa pada adegan-adegan “tipu” yang tak hanya berhasil bikin penasaran tapi juga memperdaya. Babak pertama berjalan dengan mulus meski terasa sedikit overlong, namun memasuki babak kedua, perlahan cerita berpindah jalur. Sekali lagi penonton dibuat bingung apakah yang terjadi antara Nicky dan Jess benar atau masing-masing lagi-lagi punya motif penipuan. Tapi kali ini intensitasnya menurun. Entah karena penonton seolah tidak bisa ditipu untuk kedua kalinya, atau adegan-adegannya memang tidak semenarik babak sebelumnya. Menjelang konklusi, Focus lagi-lagi berusaha memberikan twist, namun sayangnya turnover di babak kedua sudah lebih dulu membuat saya merasa agak dipaksakan tanpa setup yang cukup meyakinkan. Tapi saya berusaha berpikir positif, ini kan film tentang conman jadi wajar kalau sering ‘menipu’.

Naskah yang begitu cerdas dan meyakinkan dalam membangun tipuan demi tipuan, membuat aspek romance-nya menjadi sedikit terbengkalai (atau setidaknya, terdistraksi). Memang porsi romance-nya ada dan cukup banyak, namun secara keseluruhan masih terasa kalah dibandingkan “wow factor” yang disebabkan oleh aspek tipu-tipunya. Untung saja chemistry antara Will Smith dan Margot Robbie terjalin dengan kuat dan manis sehingga setidaknya unsur romance-nya masih sedikit terasa.
Will Smith yang hampir selalu menjadi one man show (atau setidaknya menjadi kekuatan utama bagi filmnya) kali ini masih menunjukkan kharismanya. Tapi siapa yang bisa mengalihkan perhatian dari Margot Robbie yang tampil memikat seiring dengan porsi peran yang lebih banyak daripada penampilan breakthrough-nya sebagai istri Jordan Belfort di The Wolf of Wallstreet? At some point, aura seksi yang dimilikinya mengungguli kualitas aktingnya yang sebenarnya termasuk baik.

Aktor-aktor pengisi karakter pendukung juga mampu ditulis dan ditampilkan dengan porsi yang pas sehingga tetap berkesan tanpa harus mengalahkan karakter-karakter utamanya. Mulai Rodrigo Santoro (Garriga), Gerald McRaney (Owens), bahkan BD Wong (Liyuan), dan tentu saja Adrian Martinez (Farhad).

Aspek teknisnya juga digarap dengan taste tinggi. Mulai sinematografi Xavier Grobet, desain produksi yang cantik dan berkelas, serta tentu saja pemilihan soundtrack yang semakin menguatkan nuansa mewah dan classy dengan musik-musik jazz, blues, dan folk Argentina.

In the end, Focus mungkin kehilangan fokus di babak kedua hingga konklusi, namun ia punya flow cerita yang menarik dan bikin penasaran, serta kemasan yang berkelas. Lagipula, ia sudah berhasil membuat saya tersenyum ketika film berakhir. So why not try to enjoy the tricky ride of Focus?

Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.