3.5/5
Based on Book
Drama
Fairy Tale
Family
Fantasy
Franchise
Hollywood
Magic
Oscar 2016
Princess
Remake
Romance
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Cinderella (2015)
Siapa yang tidak kenal
Cinderella? Selain menjadi salah satu dongeng princess paling populer sepanjang
masa, premise dasarnya sudah digunakan berkali-kali di berbagai ranah film
dunia dengan berbagai modifikasinya mulai modern ala A Cinderella Story sampai feminisme ala Ever After: A Cinderella Story. Bahkan namanya masuk dalam judul
film macam Cinderella Man. Cinderella
bukan lagi hanya sekedar nama, namun juga istilah untuk menjelaskan keadaan
seseorang. Disney sebagai salah satu pemegang hak untuk kisah Cinderella, tak
lupa untuk mengangkat animasi klasiknya ke live action, setelah Maleficent tahun lalu, dan sebelum Beauty and the Beast tahun 2017 nanti.
Di bawah komando Kenneth Branagh,
Cinderella versi 2015 ternyata
memilih untuk setia terhadap materi aslinya. Tidak ada lagi pandangan-pandangan
feminisme modern ala Ever After atau
yang pernah diselipkan Disney di Maleficent.
Storyline dan desain karakternya masih sama dengan materi aslinya. Namun bukan
berarti Cinderella kali ini
kehilangan gregetnya. Pembaruan-pembaruan visualisasinya berhasil memperbarui
visi dan aspek magical dari Cinderella. Mulai desain set, desain produksi
karakter-karakter sekaligus property-property magisnya, hingga tentu saja
costume design Sandy Powell yang tak perlu lagi diragukan kualitas dan
kecantikannya
Penampilan Lily James sebagai
karakter utama sudah cukup merepresentasi karakter Cinderella. Tak sampai
remarkable, tapi cukup mengesankan. Sementara seperti karakter antagonis di
dongeng lainnya, penampilan Cate Blanchett berhasil mencuri perhatian sepanjang
film. Sayangnya karakter sang
pangeran kurang menarik perhatian di tangan Richard Madden. Namun bukan sekali
ini saja karakter pangeran menjadi tenggelam di antara karakter-karakter kuat
lainnya di sebuah film berdasarkan dongeng. Sebelumnya, Brenton Thwaites juga tidak begitu menonjol dan diingat
sebagai pangeran di Maleficent. Yang
tampil lebih mengesankan justru Helena Bonham Carter sebagai Fairy Godmother
meski durasinya sangat terbatas. Well, harus diakui Helena memang cocok untuk
peran-peran negeri dongeng seperti ini.
Sama seperti film-film Disney
lain, Cinderella versi 2015 juga
dibekali soundtrack yang diisi oleh penyanyi Inggris, Sonna Rele lewat lagu Strong. Sayang, lagu ini terasa kurang
kuat sehingga tidak begitu bergema. Lagu tradisional Lavender’s Blue yang dinyanyikan karakter ibu Ella di awal film
justru lebih familiar dan terus terngiang di ingatan saya.
Overall, tidak ada sesuatu yang
baru dari Cinderella versi 2015 ini.
Tak sampai menjadi sesuatu yang istimewa, namun harus diakui berhasil
memperbarui kisahnya sekaligus me-revive franchise-nya yang harus di-pass on
antar generasi, lewat berbagai elemen desainnya. Ditambah iming-iming short Frozen Fever di opening yang tentu
mengundang penasaran banyak penonton, meski nyatanya biasa saja walau cukup
menghibur.
Lihat data film ini di IMDb.
The 88th Annual Academy Awards nominee for:
- Best Achievement in Costume Design - Sandy Powell