3/5
Awards winner
Based on a True Event
Biography
Depressive
Drama
Oscar 2015
Sport
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Foxcatcher
Gulat bukan
olahraga yang populer di Indonesia. Paling-paling masyarakat kita mengenal
gulat dalam kemasan entertainment macam WCW atau WWE. Itupun di TV nasional
sempat dilarang tayang. Maka ketika muncul sebuah drama yang bercerita di balik
olah raga gulat, apalagi sebuah based on true story, sebenarnya Foxcatcher adalah sebuah tawaran film
yang menarik. Belum lagi dukungan Steve Carell dan Channing Tatum yang bermain
di luar tipikal peran mereka sebelumnya.
Sejatinya Foxcatcher punya cerita yang cukup kelam
dan depresif, namun tetap menarik. Bercerita tentang tragedi yang terjadi
antara seorang konglomerat yang terobsesi akan olahraga gulat, John du Pont,
pegulat juara Olimpiade, David Schultz, dan adiknya Mark Schultz, yang juga
seorang pegulat tapi ingin lepas dari bayang-bayang kesuksesan sang kakak. Maka
terjalinlah sebuah cerita menarik dari masing-masing karakter yang akhirnya
saling terkoneksi, terutama karena ambisi. Plot yang sebenarnya menarik bukan?
Sayangnya sutradara Bennett Miller yang sebelumnya dikenal lewat Moneyball dan Capote membawa Foxcathcer ke
dalam jurang kekelaman dan depresi yang begitu dalam, sehingga sulit untuk bisa
dinikmati.
Jika dianalisis
dari segi skrip, sebenarnya saya menemukan tidak ada yang salah. Bisa saja Foxcatcher disajikan lewat sebuah drama
yang padat, efektif, dan punya penekanan emosi yang lebih dalam, sehingga
penonton bisa bersimpati lebih dalam lagi terhadap tiap karakternya. Nyatanya, Foxcatcher dibawa ke sebuah drama dengan
alur yang serba lambat, lebih banyak hening, dan mengandalkan mimik serta aksi
dari para karakternya dalam bercerita. Konsep ini sebenarnya tidak menjadi
masalah jika diperlukan dalam menyampaikan cerita. In my opinion, lebih cocok
untuk film-film yang lebih bersifat mind-provoking ketimbang emotion-stirring.
In the end, hasilnya mungkin memang akan “mengusik” penonton karena memang
shocking, tapi tidak akan mengundang simpati penonton terlalu jauh.
Keheningan Foxcatcher begitu terasa hingga membuat
seolah fasilitas surround-nya terasa mubasir. Hanya dialog yang terdengar crisp
dan suara tembakan yang durasinya tidak sampai semenit beserta suara gemanya
yang membuat audio Foxcatcher terasa
layak dinikmati di layar bioskop. Bahkan adegan pertandingan gulat pun
terdengar jauh dari gemuruh suara penonton. Selain itu tone color yang sengaja
dibuat kusam semakin membuatnya terasa depresif.
Satu-satunya
yang membuat Foxcatcher terasa masih
worth to watch adalah performa yang luar biasa, terutama dari Steve Carell dan
Channing Tatum. Bisa dibilang performance mereka di sini adalah sebuah turnover
yang patut diapresiasi lebih. Steve berhasil keluar dari image komikal menjadi
karakter kelam yang bengis, dingin, sekaligus rapuh. I have to say, he’s the
best performer in Foxcatcher.
Sementara untuk Channing Tatum sebenarnya tidak terlalu istimewa. Namun
mengingat peran-peran “ringan” yang diambil Channing selama ini, penampilan
seriusnya kali ini harus diakui memang berhasil dibawakan dengan maksimal.
Sementara Mark Ruffalo sebenarnya juga tampil baik tapi karena porsi perannya yang memang
secukupnya, maka penampilannya tidak begitu mengesankan.
Hate it or love
it, Foxcatcher punya banyak potensi
yang luar biasa. Tak heran jika diganjar penghargaan di mana-mana, tak
terkecuali Academy Awards yang memberikannya 5 nominasi di kategori-kategori
utama kecuali Best Motion Picture of the Year. Tapi kegagalannya masuk nominasi
tertinggi itu, menurut saya, bukan tanpa alasan. John du Pont mungkin masih
masuk nominasi sebagai sutradara terbaik karena dianggap berhasil mengarahkan
aktor-aktornya, namun kurang membuat sebagian besar penontonnya nyaman dengan
gaya penceritaan yang demikian. One viewing has been disturbing yet a little
impressive enough. Menonton ulang adalah sebuah keputusan yang sangat sulit.
Lihat data film ini di IMDb.
The 87th Annual Academy Awards nominee(s) for:
- Best Performance by an Actor in a Leading Role - Steve Carell
- Best Performance by an Actor in a Supporting Role - Mark Ruffalo
- Best Achievement in Directing - Bennett Miller
- Best Writing, Screenplay Written Directly for the Screen - E. Max Frye & Dan Futterman
- Best Achievement in Makeup and Hairstyling - Bill Corso & Dennis Liddiard