4.5/5
Adventure
Awards winner
Based on a True Event
Based on Book
Biography
Drama
History
Oscar 2015
quotebanner
Romance
The Jose Flash Review
Thriller
War
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Imitation Game
Tak banyak orang awam yang
mengenal nama Turing. Mungkin hanya mereka yang punya background informatika
yang mengenal mesin Turing. Tak heran, konon cerita di balik mesin Turing baru
diungkap setelah sekitar 50 tahun kemudian. Maka sebuah film yang mengangkat
biografi Alan Turing, sosok di balik mesin Turing, bisa jadi hal yang menarik.
Apalagi ada yang mengatakan bahwa mesin Turing adalah cikal bakal komputer yang
kita pakai sehari-hari. Siapa yang tidak penasaran?
Sebagai porsi utamanya, The Imitation Game (TIG) menyuguhkan
cerita penciptaan mesin Turing yang dikembangkan untuk memecahkan kode rahasia
NAZI Jerman saat Perang Dunia II. Karena melibatkan perpacuan dengan waktu dan
resiko yang besar, maka porsi ini menjadi kekuatan utama TIG sebagai sebuah permainan
yang seru, menegangkan, sekaligus mengasyikkan. Porsi ini pulalah yang mampu
menarik perhatian penonton untuk mengikuti alurnya yang ditata dengan sangat
pas sebagai sebuah tontonan menghibur.
Namun lebih dalam lagi, TIG
menggali tentang sosok Alan Turing secara keseluruhan. Mulai dari bagaimana
perkembangan kepribadiannya yang menjadi arogan berkat kejeniusan otaknya,
keberaniannya mendobrak cara-cara lama untuk memecahkan kode rahasia, sampai
sisi yang dianggap borok di masa itu. Ya, ketika porsi permainan serunya
memuncak, barulah terkuak konsep besar TIG sebagai sebuah metafora. Sosok Alan
Turing sebagai seorang homoseksual mulai dimunculkan. Bagi beberapa penonton
turning over cerita ini bisa jadi mengganggu fokus cerita yang sudah tersusun dengan
rapi sejak awal. Apalagi dengan adanya epilog di ending yang lebih menekankan
pada sisi homoseksual ketimbang sebagai sebuah cerita penciptaan sebuah
teknologi, membuat TIG seolah semakin kehilangan fokusnya. Padahal menurut saya
pribadi, TIG secara terang-terangan memaparkan metafora cara berpikir antara
manusia dan mesin dengan manusia straight dan homoseksual. Ada dialog yang saya
cantumkan di sini, yang cukup mewakili hal tersebut.
Belum lagi ditambah dengan
performa akting yang luar biasa dari Benedict Cumberbatch. Tak hanya mampu
menirukan mimik unik dari Alan Turing, Benedict berhasil menghidupkan sosok
Turing dengan maksimal. Keira Knightley seperti biasa, mampu membuat
karakternya menjadi menarik berkat kharisma khasnya. Sementara di jajaran pemeran
pendukung, Matthew Goode, Rory Kinnear, Allen Leech, Matthew Beard, dan Mark
Strong juga cukup tampil menarik mengisi peran masing-masing meski porsinya tak
begitu banyak.
Terakhir, tentu saja scoring yang
begitu menyatu dan cocok dengan karakter musik Alexandre Desplat yang klasik,
misterius, sekaligus membangkitkan rasa penasaran.
Dengan jalinan permainan seru
yang mengasah otak tanpa melibatkan jargon-jargon atau teori-teori yang susah
dicerna, sebagai pengantar ke esensi utama cerita yang sangat menyentuh, TIG
jelas punya skrip yang ditulis serta disusun dengan sangat bagus dan rapi,
serta disutradarai dengan craftsmanship yang tepat sasaran dan serba pas.
Menjadikan TIG sebuah tontonan yang sangat menghibur meski tidak terlalu
ringan, dan dengan konsep besar yang cukup mendalam.
Lihat data film ini di IMDb.
The 87th Annual Academy Awards nominee(s) for:
- Best Motion Picture of the Year
- Best Performance for an Actor in a Leading Role – Benedict Cumberbetch
- Best Performance for an Actress in a Supporting Role – Keira Knightley
- Best Achievement in Directing – Morten Tyldum
- Best Writing, Screenplay Based on Material Previously Produced or Published – Graham Moore
- Best Achievement in Editing – William Goldenberg
- Best Achievement in Production Design
- Best Achievement in Music Written for Motion Pictures, Original Score – Alexandre Desplat