4/5
Action
Adventure
Blockbuster
Box Office
British
Drama
Espionage
Franchise
Oscar 2013
The Jose Movie Review
Thriller
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Skyfall
Overview
So, this is the third installment of the Bond’s franchise which sparked many
controversies since the very beginning. Sejak Casino Royale (CR), dimana karakter James Bond dirombak
besar-besaran, sudah jelas mengecewakan sebagian besar fans yang sudah
terlanjur lekat dengan image James Bond : flamboyan, bergaya aristokrat, dan
bertindak dengan tenang. Sementara generasi lebih muda yang tumbuh dengan
franchise Jason Bourne langsung menanggapinya dengan antusias sosok Bond yang
keras, brutal, dan jauh dari kesan aristokrat. Hingga installment ketiga ini
pun semakin banyak kubu yang terpecah-belah. Selain fans versi lama dan versi
baru, muncul pula fans Daniel Craig, fans Daniel Craig sebagai James Bond, dan
fans CR yang berharap semua seri-seri Bond selanjutnya bakal sama seperti CR.
Dari sudut pandang subjektif para penonton sah-sah saja dan wajar terjadi.
Sampai Skyfall (SF) dirilis pun kontroversi
semakin menjadi-jadi. Setelah menonton sendiri filmnya, saya berpendapat yang
terjadi di antara penonton sebenarnya bukanlah persoalan bagus atau buruk,
tetapi lebih ke suka atau tidak. That’s all. Karena masing-masing kubu merasa
“berhak” untuk menghakimi sehingga sok pintar atas film yang ditonton ditambah
preferensi serta ekspektasi yang berbeda-beda, maka tak heran pandangan
subjektif masing-masing penonton bermunculan. Ada yang mencibir: payah ah,
gadgetnya ga ada, mobilnya kuno, James Bond-nya tua, terlalu serius, action-nya
kurang spektakuler, porsi peran Bond girl-nya kurang, and so on, and so on...
Do you really need to hear all of these subjective and shallow comments? I
don’t. So, which side am I
in? Saya dengan tegas menyatakan bahwa saya berada di pihak yang menyukai dan
menikmati tiap detik dan tiap adegan dari SF. Titik.
Apa yang
dijabarkan di SF berbeda dengan installment-installment sebelumnya. Jika
biasanya cerita petualangan Bond lebih banyak mengungkap kejahatan-kejahatan
eksternal yang skalanya (selalu) menghancurkan dunia, kali ini Bond harus
menyelamatkan internal MI6 sendiri. Ancaman yang ada datang dari atas yang
merasa tidak lagi membutuhkan badan agen rahasia, juga dari pihak eksternal
yang ternyata mempunyai sangkut paut dengan masa lalu MI6. James Bond sendiri
pun dihadapkan pada dua persepsi yang saling bertentangan tentang profesinya.
Isu-isu internal yang sebenarnya sangat penting bagi kelangsungan MI6 sendiri
namun selama ini nyatanya belum pernah diangkat dalam franchise berumur 50
tahun ini. Memang, skalanya jadi tidak sefenomenal dan sebombastis installment
manapun, tetapi sebagai ganjarannya, SF terasa lebih intim, personal, dan lebih
dewasa dalam hal cerita. Franchise James Bond bertransformasi seketika dari
sekedar franchise film action hiburan semata (yang kebetulan berhasil menjadi
icon dunia selama berpuluh-puluh tahun) menjadi film dengan tema jauh lebih
serius. Durasi yang nyaris dua setengah jam dimanfaatkan semaksimal mungkin
sehingga alur cerita terasa mengalir dan berkembang dengan lancar. Tak heran
jika Sam Mendes lantas tertarik untuk menyutradarai skrip yang tersusun dengan
sangat rapi dan menarik ini.
Jika
penjabaran saya di atas membuat Anda khawatir akan jatuh bosan, tenang saja.
Bagi saya SF tetap film hiburan yang sangat fun. Selain berbagai referensi
dengan gimmick-gimmick franchise James Bond sebelumnya (contoh kecil-nya quote
Bond, “For her eyes only” yang merujuk pada For
Your Eyes Only tahun 1981), dan aneka humor cerdas, SF masih menyuguhkan
aneka adegan aksi yang hancur-hancuran dan mendebarkan. Kelas adegan-adegan
aksinya masih di atas rata-rata film action pop corn yang dirilis setahun ini.
Mungkin porsinya tidak sebanyak ketika “rezim” Pierce Brosnan, namun bagi saya
masih dalam porsi yang sangat pas. Tak hanya adegan aksi, berbagai adegan
mendebarkan dalam keheningan juga turut disertakan dan I think it’s the best
part. Adegan Silva’s shooting challenge dan Silva’s assault menjadi adegan
paling mendebarkan favorit saya
sepanjang film.
Menyoal
pengaruh The Dark Knight –nya
Christopher Nolan yang memang diakui sendiri oleh Sam Mendes, saya rasa tidak
begitu kentara. Mungkin terasa terutama dalam struktur cerita dan karakteristik villain yang memiliki
taktik serta tingkat sakit jiwa setingkat Joker, tetapi sampai di situ saja
tingkat pengaruhnya. Selebihnya Mendes masih mampu membungkus rapi semuanya sehingga aura khas Bond masih sangat terasa. Lucu sih, karena
taktik ala Joker di TDK sebenarnya sudah sering diangkat. Yang paling establish
mungkin John Doe di Se7en. Karena
faktor rentang waktu saja yang membuatnya memiliki efek yang berbeda bagi
penonton. Lebih lucu lagi, Sam Mendes boleh mengaku terinspirasi TDK-nya Nolan
untuk SF, tetapi di kesempatan lain Nolan justru mengaku terinspirasi salah
satu installment James Bond, In Her
Majesty’s Service ketika menggarap Inception.
So I guess we don’t need to take this as a big deal. Nothing’s really really
original in this world these days. Don’t be such a smart ass!
After all, I
think SF mempunyai keseimbangan yang sangat baik dalam menyuguhkan konflik
yang solid, adegan aksi yang mendebarkan, sisi hiburan yang fun, serta kedalaman emosi antar karakternya.
Hal-hal yang jarang ditemukan pada installment-installment sebelumnya. Berbeda, tetapi
bukan berarti lebih buruk.
The Casts
Selain
Daniel Craig yang memang sudah solid dan (akhirnya) dapat diterima dengan baik
oleh sebagian besar fans James Bond, Judi Dench yang telah mengabdi sebagai M
selama 17 tahun diberi porsi yang jauh lebih banyak dan lebih penting dalam
storyline. Kualitas aktingnya yang memang tak perlu diragukan lagi akhirnya
bisa dimaksimalkan di film pamungkasnya ini. Tak perlu berlarut dalam
kesedihan, karakternya di akhir film justru tampil sangat terhormat, sesuai
dengan pengabdiannya selama ini di Mi6. Javier Bardem yang tampak lekat dengan
peran antagonis sekali lagi membuktikan kepiawaiannya. Kadar kengeriannya
sebagai villain hampir setara perannya di No
Country for Old Men. Tampilannya memang tidak begitu gahar tetapi
karakternya yang kalem dan sulit ditebak berhasil memainkan tensi penonton,
kecuali tentu saja jika Anda masih belum bisa move-on dari karakter Joker di
TDK.
Di lini
karakter baru, Ralph Fiennes yang dulu sempat menjadi salah satu kandidat James
Bond, cukup pantas memerankan karakternya. Tenang berwibawa namun seolah menyimpan
rage terpendam yang belum dikeluarkan. Ben Whisaw memerankan Q muda dengan
meyakinkan: jenius namun fun, tidak geek. Terakhir, penampilan Bond girls,
Naomie Harris dan Berenice Marlohe cukup berkesan meski porsinya tak banyak.
Technical
Tak perlu
diragukan lagi, visual fx dan sound fx bersinergi dengan sangat baik dalam
menghadirkan berbagai adegan aksi yang begitu hidup.
Production
design pun mampu menghadirkan detail keindahan dari setiap lokasi yang
ditampilkan : Shanghai dengan laser advertisement sebagai background adegan,
Macau yang terasa sekali keindahan orientalnya, Turki yang menjadi favorit Hollywood (dan
juga Inggris) untuk mengambil eksotisme Timur Tengah tanpa ribet dengan
perijinan, kastil Skyfall Lodge di Skotlandia yang sengaja dibangun oleh tim
produksi untuk keperluan syuting, hingga markas sementara bawah tanah Mi6. Semuanya memukau. Bahkan meski belum lama ini
saya “mengunjungi” Turki lewat Taken 2,
SF masih menampilkan the best of Turkey, terutama adegan kejar-kejaran motor di
genting-genting.
Score juga
patut mendapatkan salah satu kredit tertinggi dalam keberhasilannya mendukung
adegan, terutama ketegangan-ketegangan yang dibangun dengan sangat baik, tanpa
melupakan ke-khas-an franchise Bond. Salute to (once again) Mr. Thomas Newman!
The Essence
Seperti yang
sudah saya sampaikan di segmen Overview,
SF menitik beratkan cerita ke dalam tubuh internal Mi6 sendiri. Menarik
mendengar pernyataan M tentang keadaan keamanan dunia saat ini yang meski
terlihat semakin transparan, namun justru sebenarnya semakin buram. Jaminan
keamanan siapa saja di negara manapun sudah nyaris tidak ada lagi. Apakah kita
masih berpikir bahwa pertahanan keamanan dari pihak yang berwajib sudah cukup
menjamin sehingga tidak perlu lagi ada badan intelijen rahasia?
Sementara
dari sisi Silva, sang villain lebih menarik lagi. Kepercayaan seorang agen
rahasia kepada atasannya sebagai pemberi mandat menjadi hal yang penting. Dua
sudut pandang yang berbeda; seorang atasan mengkhianati agennya atau memang
mengambil keputusan yang benar demi kepentingan yang lebih besar, adalah dua
persepsi bertolak belakang yang penting dan riskan. Kepercayaan Bond kepada M
menjadi penentu keberhasilan Mi6 dalam setiap misinya.
Terakhir,
pertentangan antara kubu tua dan muda juga menjadi hal yang menarik. Tak hanya
melalui dialog namun juga visual. Lihat saja Bond yang tak bisa lagi
mengandalkan gadget mau tak mau mengikuti konsep “old fashion is always the
best”. Yang tua tidak selalu lebih bijak, sementara yang muda tidak selalu yang
paling inovatif. Hubungan antara Bond dan Q mewakili pernyataan tersebut.
Sementara pernyataan M yang mengutip puisi Ulysses,
mengkonklusi karakternya sendiri (dan juga James Bond) dengan sangat baik :
seiring dengan waktu, kekuatan fisik pasti semakin melemah, tetapi yang paling
penting dan bisa selalu ada di dalam diri adalah hati heroik.
They who will enjoy this the most
- Open minded Bond fans
- Old Bond fans who seek for the classic Bond’s elements
- Audiences who prefer a story complexity and characters solitude to just a kiss kiss-bang-bang flick
Academy Awards 2013 Nominees for :
- Best Achievement in Cinematography
- Best Achievement in Music Written for Motion Pictures, Original Score
- Best Achievement in Music Written for Motion Pictures, Original Song
- Best Achievement in Sound Editing
- Best Achievement in Sound Mixing
Lihat data film ini di IMDb.