The Jose Movie Review
Breaking Dawn Part II

Overview

Kebanyakan dari Anda mungkin sudah tahu betapa saya membenci franchise ini sejak awal. Pertanyaan ini mungkin juga terbersit dalam pikiran Anda : terus kenapa saya masih tetap menontonnya? Jawabannya sederhana : saya selalu beruntung ada orang-orang yang rela membayar tiket untuk saya sebagai kompensasi dari menemani mereka nonton. Lagipula, kebodohan dan kekonyolan sepanjang film nyatanya selalu menjadi hiburan tersendiri bagi saya. Maaf yah buat para twihards kalau saya sering tertawa mengejek atau nyinyir seiring dengan durasi film.
So, here we are now... the finale dari 'katanya sih' saga yang seharusnya menjadi bagian terbaik dari semuanya. Well, dalam terminologi franchise Twilight, yes... this was the best part of them all. Setidaknya ini yang paling menghibur bagi saya. Jika pada Breaking Dawn part 1 (BD1) Anda hanya disuguhkan adegan-adegan bulan madu Edward-Bella, kehamilan, melahirkan, dan ujung-ujungnya perubahan Bella menjadi vampire (yang kesemuanya seharusnya bisa disajikan hanya dalam durasi setengah jam saja jika tidak dibuat bertele-tele), maka Breaking Dawn part 2 (BD2) memberikan sedikit lebih banyak perkembangan cerita meski Bella setelah menjadi vampir masih saja kegatelan ketika mengendus pria... dari ketiaknya! Setidaknya ada hal yang membuat penasaran saya, seperti apa tujuan Alice Cullen menghilang yang juga melalui proses jawaban yang menarik disimak. Sedikit lebih menarik ketimbang BD1 maupun installment pertama hinga ketiga. Namun tetap saja entah mengapa, perkembangan cerita ini disajikan dengan dialog-dialog yang cheesy, terkesan basa-basi,  penuh kecanggungan di sana-sini,  dan terkadang lucu (bagi beberapa orang, tetapi tidak bagi saya) sama seperti installment-installment sebelumnya. Penyakit lama yang nampaknya sudah menjadi comfort zone bagi pembuatnya dan ditolerir oleh penontonnya (terutama para twihards). Sorry, but for me (and I believe most of the non-twihard audiences too) those are just flat and boring. I mean, buat apa saya perlu mendengar seorang vampir yang pernah terlibat dalam setiap perang Amerika Serikat ketika bonfire? Ok, kalau dia hanya menceritakan satu kalimat sombong itu sekali saja tidak masalah. Jika lantas ditimpali oleh vampir-vampir lainnya dengan menyebutkan nama-nama perangnya, itu namanya basa-basi dan sangat cheesy! Toh pada akhirnya karakter tersebut sama sekali tidak menonjol dalam cerita.
Oh yes, penambahan karakter-karakter baru yang didapuk sebagai saksi keluarga Cullen agar kaum Volturi batal membunuh Renesmee. Ada (sekali lagi, maaf yah twihards :)) kelompok four-some dimana ketiga wanitanya berdandan seperti bintang bokep Eropa, pasangan lesbian seksi dari Amazon, pasangan gay Rusia dimana salah satunya albino, dan vampir-vampir lainnya yang berasal dari berbagai belahan dada... ehm.. maksud saya belahan dunia, mulai dari Irlandia hingga yang beretnis Timur Tengah (tidak jelas letak geografis persisnya). Faktor menarik lainnya dari BD2, meski mereka hanya bertugas “pamer kekuatan” layaknya mutan-mutan X-Men. (Untungnya) sama sekali tidak ada pengembangan karakter dari tokoh-tokoh baru ini (yang berpotensi menambah durasi sekaligus rasa kebosanan penonton).
Baiklah, demikianlah isi dari tiga perempat pertama film. Sementara bagian yang paling menarik dan menghibur, tidak hanya sepanjang installment ini, tetapi juga keseluruhan franchise, ada di seperempat terakhir film. Berdurasi tak sampai 15 menit, bagian “final battle” ini saya akui sebagai pertarungan yang digarap dengan sangat baik. Brutal sekaligus memancing emosi penonton. Brutal? Yes, saya sendiri juga heran bagaimana MPAA bisa meloloskan rating PG-13 untuk adegan-adegan gore yang terekam jelas dengan angle medium close-up. Apa karena tidak terlihat darah sama sekali ya? Lah memangnya vampir tidak punya darah? Well, I don't know and I don't wanna know. Toh ternyata battle yang terasa epic dan saga (ketika dishot medium close up) tersebut secara jumlah pihak yang terlibat jika dilihat dari angle long-shot ternyata tak lebih dari perkelahian antar warga kampung. Let's just play dumb due to enjoy the entertainment fully.
Nah, ini dia bagian paling tricky selepas adegan-adegan brutal tersebut. Mungkin sebagian dari Anda akan kecewa, terutama yang belum pernah membaca novelnya, but I don't mind at all. Mungkin saja di situlah inti dari keseluruhan Twilight Saga selama ini. Who knows.

The Casts

Semuanya masih bermain sesuai perannya dengan kualitas sama persis dengan installment-installment sebelumnya, baik Kristen Stewart, Robert Pattinson, Taylor Lautner maupun karakter-karakter anggota keluarga Cullen dan Swan. Sementara karakter-karakter baru seperti yang sudah saya sampaikan di segmen sebelumnya, tidak terlalu banyak diberikan porsi maupun perkembangan yang berarti namun cukup baik.

Technical

Dari installment ke installment, visual effect-nya mengalami perkembangan berarti. Yang dengan mudah terlihat adalah transformasi manusia ke serigala dan hilangnya efek shimmering pada wajah para vampire. Tak lagi konyol dan tampak lebih natural. Dengan tambahan adegan-adegan gore, tentu semakin banyak visual efek yang dibutuhkan namun diatasi dengan sangat baik pula. Ada yang beranggapan efek CGI untuk Renesmee masih kasar, tapi di mata saya masih tidak ada masalah.
Desain produksi yang selalu mumpuni (terutama sejak installment kedua) baik dari segi sinematografi maupun setting sekali lagi berhasil tampak memanjakan mata sepanjang film. Namun departemen kostum yah masih sama lah dengan installment-installment sebelumnya yang kurang saya sukai karena terlihat konyol, seperti serial TV Charmed. Sound effect terdengar crisp namun tetap jernih serta mampu memanfaatkan efek surround dengan maksimal.
Score yang masih template dari installment sebelumnya tidak menjadi masalah bagi saya. Dengan dukungan soundtrack-soundtrack yang masih menarik meski tidak semenonjol BD1, semuanya masih mampu mengisi adegan demi adegan dengan cukup hidup.

The Essence

Apapun yang terjadi, perang bukanlah jalan yang bisa menyelesaikan masalah. Perang justru membawa dendam dari pihak-pihak terlibat yang tidak akan pernah ada habisnya. Rekonsiliasi melalui dialog adalah jalan yang lebih baik dan beradab. (Meh..!)

They who will enjoy this the most

  • Twihards, for sure
  • General audiences who seek for an instant entertainment
  • Teenage girls who enjoy living in a fairy tale life and can't wait to marry their teenage boyfriends
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.