3/5
Blockbuster
Box Office
Bromance
chaotic comedy
Comedy
Franchise
Friendship
Hindi
Horror
Pop-Corn Movie
Rivalry
slapstick
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Golmaal Again
Komedi (lebih tepat lagi, komedi absurd) rupanya masih menjadi genre favorit bagi masyarakat India. Ini terbukti dari film-film komedi yang sempat menduduki posisi puncak box office domestik tahun ini seperti Mubarakan, Judwaa 2, dan yang terbaru, Golmaal Again (GA). Yang disebutkan terakhir merupakan installment keempat dari franchise Golmaal yang dimulai oleh Rohit Shetty sejak tahun 2006 lewat Golmaal: Fun Unlimited. Menampilkan empat pria; Gopal, Madhav, Lucky, dan Laxman (judul Golmaal merupakan gabungan singkatan keempat nama karakter ini), perolehan box office-nya semakin meningkat dari installment ke installment. Bahkan Golmaal Again sudah tembus angka ₹266.97 crore (sekitar US$ 40 juta) di seluruh dunia dalam tempo 15 hari saja. Tentu ini merupakan sebuah prestasi yang tidak bisa dianggap remeh. Masih menggandeng aktor-aktor utamanya, Ajay Devgn, Arshad Warsi, Tusshar Kapoor, Shreyas Talpade, dan penambahan Kunal Khemu, Tabu (The Namesake dan Life of Pi), Parineeti Chopra, serta bintang tamu aktor legendaris, Nana Patekar. Meski menggunakan nama-nama karakter dan pemeran yang sama, plot antar installment sama sekali berbeda dan tak saling berhubungan. Let’s say seperti film-film Warkop DKI di Indonesia. Maka tak perlu ragu untuk menyaksikan GA jika merasa belum pernah menyaksikan installment-installment sebelumnya tapi tertarik dengan konsep komedi screwball.
Gopal, Madhav, Lucky, dan dua Laxman adalah mantan penghuni panti asuhan milik Jamnadas di kota kecil bernama Ooty, Talinadhu. Dulu mereka memutuskan untuk kabur dari panti asuhan setelah salah satu sahabat mereka, Khushi, diadopsi oleh sebuah keluarga. Kelimanya kemudian hidup terpisah sebagai pembuat onar bayaran. Gopal dan Laxman 1 bekerja untuk Babli Bhai, sementara Madhav, Lucky, dan Laxman 2 sering ditugaskan oleh Vasooli Bhai.
Kelimanya dipersatukan kembali ketika mendengar kabar kematian Talinadhu. Ternyata panti asuhan tersebut dibeli oleh seorang pengusaha bernama Vasu Reddy dan dijanjikan akan dipindahkan ke kota yang lebjh besar. Suatu hari Gopal dan Laxman 1 dihantui oleh sosok misterius. Menurut Anna Matthew, pustakawati panti asuhan yang bisa melihat hantu, rumah tempat mereka tinggal harus dibersihkan. Untuk sementara mereka ditawari mengungsi di rumah Colonel Chouhan, tetangga panti asuhan yang ditinggali oleh sang pembantu, Damini. Di sisi lain, Madhav, Lucky, dan Laxman 2 ditugaskan oleh Vasooli untuk menakut-nakuti penghuni rumah Colonel Chouhan agar bersedia menjual rumah tersebut kepadanya dan kemudian akan dibangun resort. Rumah pun jadi berantakan gara-gara adu akal-akalan dari kedua kubu ini. Namun ternyata tanpa mereka sadari dipersatukannya kembali mereka berlima bukan tanpa alasan. Ada misteri dan tujuan tertentu yang memerlukan bantuan dari kelimanya.
Jika di installment-installment Golmaal sebelumnya begitu kental sebagai sajian komedi, maka GA mencoba meramu pakem screwball comedy yang sudah menjadi signatural dengan sentuhan horror. Hasilnya memang tak sampai menjadi horror yang mengerikan atau menakutkan, tapi setidaknya mampu sedikit menambah daya tarik serta keseruan di banyak kesempatan. Apalagi berbagai formula komedi, mulai farcical, slapstick, hingga yang bereferensi pada budaya pop Bollywood (termasuk sindiran aktor asli pemeran karakter dan cameo Nana Patekar), lebih dari cukup untuk mengundang gelak tawa secara konsisten dan menyebar rata sepanjang durasinya yang mencapai 140 menit. Strukturnya dibangun dengan standard Bollywood yang (agak kelewat) detail tapi cukup berhasil sebagai kesempatan menebar humor dan character investment. Tak ada yang baru di formula pengembangan plot, termasuk twist yang mungkin sudah bisa dengan jelas Anda tebak. Namun lagi-lagi, kemasan screwball comedy-nya masih cukup berhasil menjadi suguhan yang menghibur meski kerap kelewat asyik hingga terkesan berlebihan dan carried-away. Setidaknya ia tahu kapan harus bercanda dan kapan harus serius tanpa menimbulkan kebingungan bagi penonton.
Keberhasilan komedi GA sedikit banyak terpengaruh oleh performa para aktornya. Notably Ajay Devgn yang biasanya ber-image action hero gahar harus membubuhkan sedikit sisi komikal yang penakut dan manja pada sosok Gopal, Tusshar Kapoor yang memanfaatkan karakter tuna wicara, Lucky, menjadi begitu menggelitik lewat tingkah dan bahasa gibberish-nya tanpa terkesan eksploitatif, serta tentu saja Johnny Lever sebagai Pappi Bhai. Arshad Warsi sebagai Madhav, Shreyas Talpede, dan Kunal Khemu sebagai duo Laxman memberikan dukungan yang masih cukup noticeable meski porsi dan impact-nya terhadap penonton jauh di bawah Devgn maupun Kapoor. Tabu tampil cukup kharismatik dalam membawakan karakter Anna Matthew tanpa terkesan canggung ataupun kontras dengan gelaran komedinya. Sementara Parineeti Chopra cukup menjadi pencuri perhatian berkat pesona fisiknya dan penampilan sebagai karakter Damini yang juga menyenangkan.
Dukungan teknis memang tak ada yang benar-benar istimewa, tapi masih lebih dari cukup dalam menyampaikan tujuan utamanya sebagai sajian horror komedi. Seperti camera work Jomon T. John yang cukup membuat berbagai adegan terkesan seru, editing Bunty Nagi yang membuat berbagai comedic-timing dan keseruan aksinya terasa tepat, hingga musik dari Amar Mohile yang meski terdengar generik tapi masih cukup mampu memberi rasa lebih di berbagai kebutuhan adegan. Sementara nomor-nomor musikal gubahan Amaal Mallik, S. Thaman, DJ Chetas, dan Abishek Arora tak ada yang berhasil menjadi memorable bagi saya selain sekedar seru-seruan sejenak saat berlangsung, seperti gubah ulang Neend Churai Meri dari film Ishq dan Aate Jaate Hanste Gaate dari film Maine Pyar Kiya.
Sebagaimana seri-seri Golmaal sebelumnya, GA menjadi film murni hiburan yang cukup mampu mengundang gelak tawa lewat berbagai formulanya, terutama farcical screwball comedy. Jika Anda masih menikmati jenis humor tersebut, GA tanpa henti akan membuat Anda tertawa terbahak-bahak. Namun jika tidak, lebih baik tidak usah memaksakan diri karena GA tak menawarkan daya tarik lain yang mungkin masih bisa menghibur Anda. Toh tujuan GA dibuat memang sekedar sebagai hiburan murni dan untuk bersenang-senang. Angka box office membuktikan jenis komedi seperti ini jelas masih punya banyak peminat.