3.5/5
Action
Adventure
cop
Crime
Drama
Hollywood
Investigation
Personality
SciFi
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Criminal
Masih ingat The Rock, film action ikonik dari tahun 1996 yang turut punya andil
menaikkan karir Michael Bay di kancah perfilman aksi Hollywood. Tahun 2016 ini,
dua dari tiga penulis naskahnya, Douglas Cook dan David Weisberg kembali
berkolaborasi menggarap ‘racikan’ terbarunya setelah terakhir, Double Jeopardy, thriller yang
dibintangi Ashley Judd dan Tommy Lee Jones di tahun 1999. Millenium Films
mendapuk sineas asal Israel, Ariel Vromen sebagai sutradara yang mana ini
menandai kerjasama kedua kali setelah The
Iceman tahun 2012 lalu. Di jajaran cast pun tak tanggung-tanggung. Kevin
Costner, Tommy Lee Jones, dan Gary Oldman dipertemukan kembali setelah
sebelumnya di JFK tahun 1991 lalu.
Tentu, yang membuat film bertajuk Criminal
ini menjadi lebih menarik adalah menampilkan Costner sebagai sosok ‘bajingan’
yang tergolong belum pernah dilakoninya sepanjang karir akting yang panjang.
Seorang agen CIA bernama Bill
Pope tewas ketika sedang menjalankan misi pengintaian terhadap seorang hacker
bernama sandi The Dutchman. Untuk mendapatkan informasi penting yang sudah
terlanjur didapat Pope, supervisor Quaker Wells meminta Dr. Mahal Franks
mempercepat proyek percobaan pemindahan memori dari otak manusia yang sudah
mati ke yang masih hidup. Proyek ini sudah berhasil dicoba untuk tikus, tapi belum
untuk manusia. Maka ini menjadi kesempatan bagi semua pihak untuk mencobanya.
Dipilihlah Jericho Stewart, seorang narapidana brutal yang tak punya
perkembangan emosi dan kontrol atas impuls karena trauma otak masa kecil. Jika
menenangkan dan mengamankan Jericho dari penjara untuk menjalankan prosedur tak
jadi masalah berarti, maka setelah ia punya memori atas dirinya sendiri dan
Bill Pope, keadaan menjadi tambah buruk. Jericho kabur dan mencari-cari tahu
apa yang terjadi pada dirinya, hingga mempertemukannya dengan istri Pope, Jill
dan putri mereka, Emma. Sementara itu keberadaan The Dutchman semakin kritis
untuk diketahui, sebelum flash drive berisi program peretas peluncuran rudal
jatuh ke tangan industrialis tamak, Xavier Heimdahl.
Ada cukup banyak hal menarik
selain performa para aktor watak papan atas di Criminal ini, terutama sekali naskah Cook-Weisberg. Pertama, sisi
sci-fi yang digali dan deskripsikan dengan logika yang sangat masuk akal.
Sedikit mengingatkan saya akan Self/Less
yang juga dibintangi Ryan Reynolds. Namun Criminal
menggali sisi sci-fi jauh lebih kuat dan logis ketimbang Self/Less yang lebih menggali sisi filosofis namun gagal menjadi
lebih dalam ataupun kuat. Tingkat ‘ke-masuk akal-an’-nya menyerupai Face/Off-nya John Woo. Unsur-unsur
science ini juga menjadi salah satu elemen plot yang menarik, terutama tentang
perubahan emosi yang memang dikontrol juga oleh otak. Maka perkembangan
karakter Jericho menjadi salah satu elemen cerita paling menarik yang dimiliki Criminal. Ditambah adegan transportasi
Jericho yang sedikit banyak mengingatkan saya akan The Rock. Terakhir, tentu saja ikatan emosional antara Jericho,
Jill, dan Emma, yang begitu terasa.
Sayangnya blend elemen sci-fi dan
perkembangan karakter Jericho yang bagus ternyata masih kurang diimbangi dengan
elemen investigasi yang terasa terlalu dibuat ribet dan bahkan sempat punya
momen kekosongan sebelum akhirnya berhasil disambung lagi menjadi konklusi yang
lebih baik. Pilihan antara menyelamatkan dua orang yang disayang atau ribuan
nyawa tak berdosa lagi-lagi menjadi dilema moral di penghujung cerita.
Untungnya Criminal mampu memberikan
konklusi yang bisa diterima dan memuaskan semua pihak. Dengan demikian,
setidaknya minus-minus elemen cerita bisa dimaafkan.
Sebagai sutradara, Vromen mungkin
punya andil yang cukup besar atas kurang seimbangnya elemen-elemen penceritaan
di hasil akhir. Harus diakui, meracik kesemua blend cerita bukanlah PR yang
mudah. Meski belum berhasil menjadikan hasil akhirnya terasa begitu bold,
setidaknya Vromen sudah cukup berhasil menampilkan kesemua elemennya sampai
tahap noticeable. Porsi aksi yang tergolong minim bagi saya pribadi sebenarnya
tidak menjadi masalah. Namun tidak salah juga jika ada yang berpendapat bahwa
ini menjadi penyebab terbesar hasil box office Criminal tak sebesar potensinya di atas kertas.
Costner sebagai Jericho jelas
menjadi bintang utama Criminal.
Melakoni karakter ‘bajingan’ setelah punya image jagoan selama ini, Costner
jelas seolah membuktikan diri sebagai aktor watak papan atas. Tiap gesture
kasar, transformasi karakter dengan kebimbangan yang wajar dan emotionally,
moving, mampu membuat saya terkagum-kagum sepanjang durasi. Dengan porsi yang
lebih sedikit tapi tergolong sesuai kebutuhan cerita, performa Gary Oldman
sebagai Wells dan Tommy Lee Jones sebagai Franks tetap noticeable meski tak
sampai membuat saya terkagum-kagum. Daya tarik selanjutnya tentu berada pada
Gal Gadot sebagai Jill Pope. Tak hanya lewat daya tarik fisik, Gadot di sini
juga menampilkan performa emosi di beberapa adegan yang tergolong salah satu
terbaik dari semua filmografinya sejauh ini.
Michael Pitt sebagai Jan Stroop
alias The Dutchman dan Antje Traue sebagai Elsa Mueller juga tampil menarik
perhatian saya. Terakhir, Ryan Reynolds sendiri yang meski screentime-nya
sangat terbatas, berkat popularitasnya yang terus menanjak (apalagi pasca Deadpool) dan kharisma yang tetap
terjaga, masih mampu menarik perhatian penonton, termasuk saya sendiri.
Sinematografi Dana Gonzales dan
editing Danny Rafic memang tak terlalu istimewa, tapi lebih dari cukup untuk
sekedar bercerita secara efektif, termasuk dalam menampilkan blend kesemua
elemen yang dimiliki menjadi noticeable. Scoring Brian Tyler dan Keith Power
tergolong berhasil dalam memperkaya atmosfer thrilling dan emotionalnya.
Pilihan soundtrack, terutama favorit saya, Late
Night (Solomun Remix) dari Foals. Tata suara yang powerful, crispy
sekaligus clear, juga berhasil menampilkan adegan-adegan aksi yang minim
menjadi sedikit lebih menggigit.
Secara garis besar, berbagai
elemen menarik (dan cukup kuat, sebenarnya) yang dimiliki Criminal mungkin belum berhasil menjadi salah satu film aksi yang
legendaris seperti The Rock, tapi
setidaknya sangat layak untuk disaksikan di layar lebar. Sayang banget untuk
dilewatkan, malah.
Lihat data film ini di IMDb.