The Jose Flash Review
Berangkat!

Petualangan road trip gila-gilaan adalah kemasan sekaligus bumbu yang meresap baik dengan tema persahabatan. Toh katanya persahabatan akan semakin erat ketika sama-sama melewati banyak peristiwa yang menguji kekuatan dan ketulusan sebuah persahabatan. Jika di Hollywood paduan ini sudah sangat sering digunakan, seperti Road Trip dan yang ‘dibumbui’ kelewat batas, Hangover Trilogy. Di film Indonesia, MVP Pictures pernah memproduksi Punk in Love (2009) yang membawa trio Vino G. Bastian, Andhika Pratama, Yogi Finanda, dan Aulia Sarah bertualang dalam sebuah road trip dari Malang ke Jakarta untuk bertemu kekasih salah satu dari mereka yang akan dinikahkan. Tahun 2017 ini MVP Pictures kembali mengajak penonton untuk bertualang bersama tiga sahabat. Kali ini digawangi oleh trio Tarra Budiman, Ringgo Agus Rahman, dan Ayushita Nugraha. Film petualangan komedi gila-gilaan bertajuk Berangkat! ini dipercayakan di tangan sutradara wanita, Naya Anindita, yang pernah memvisualisasikan secara menarik biopic pendiri Kaskus, Sundul Gan!. Sementara naskahnya disusun oleh Nicholas Raven dan komika sekaligus penulis komedi, Isman HS.

Jano, Joana, dan Dika sudah bersahabat sejak lama. Ketiganya sudah melewati banyak peristiwa bersama dan selalu saling menolong ketika ada salah satu yang membutuhkan. Jano yang mahasiswa teknik kimia kerap jadi bahan bulan-bulanan orang-orang di sekitarnya dan tentu saja imbasnya seret jodoh. Maka ketika ada seorang gadis cantik yang terlihat ‘berpotensi’ tertarik pada dirinya, Kayla, Jano pun tak mau menyia-nyiakannya. Berkat bujuk rayu Joana dan Dika, undangan untuk datang ke sebuah konser yang di-organize-nya di Bali tak disia-siakan begitu saja. Kebetulan Joana juga butuh diantar Dika ke Kawah Ijen untuk membuat video presentasi demi beasiswa di Amerika Serikat. Mulailah mereka bertualang jalan darat dari Jakarta ke Kawah Ijen lanjut Bali. Secara tak sengaja turut bergabung, Gimbal, pemilik combi tua yang mereka sewa, yang membuat perjalanan darat mereka makin ‘berwarna’ dan absurd. Seperti biasa, keseriusan dan ketulusan persahabatan mereka diuji.
Berangkat! memang masih menggunakan formula dasar yang cukup sering digunakan di tema persahabatan dengan bumbu petualangan-komedi absurd yang mengarah ke gila-gilaan. Namun naskah Nicholas Raven dan Isman HS ternyata tersusun dengan cukup rapih, terutama dalam upayanya untuk membangun struktur yang runtut. Absurd dan masih terasa ‘dikondisikan’, tapi tidak come out of nowhere. Selalu ada hint atau setup yang jelas di adegan-adegan sebelumnya, pun juga adegan-adegan yang punya fungsi jelas untuk adegan berikutnya. Masih sangat formulaic memang, tapi tetap saja termasuk penyusunan naskah yang baik. Bahkan penulisan latar belakang ketiga karakter utama pun punya fungsi dalam plot, terlepas dari sifatnya yang memang faktual atau fiktif semata.
Sebagai sebuah komedi absurd gila-gilaan, upaya-upaya guyonan (yang mostly berupa komedi situasi) masih banyak yang berhasil memancing tawa meski persebarannya bisa lebih merata dan punya potensi lebih gila-gilaan lagi. Terinspirasi dari banyak film lain, misalnya seperti mimicking dialogue dari Ant-Man dan shadow illusion dari Austin Powers: The Spy Who Shagged Me, tapi masih tetap berhasil memancing tawa. Bahkan konsep mimicking dialogue yang dilakukan Ringgo Agus Rahman menurut saya jauh lebih berhasil membuat saya terbahak-bahak daripada di Ant-Man.
Sayangnya sebagai sebuah sajian petualangan, Berangkat! terasa masih sedikit kurang dinamis dan energetic. Padahal sinematografi Hani Pradigya sudah menyuguhkan camera work yang sinematis, baik sebagai sebuah komedi maupun petualangan. Begitu pula editing Dinda Amanda yang sebenarnya menyusun adegan dengan porsi yang tergolong pas, serta ilustrasi musik Joseph S Djafar yang meski masih tergolong generik di genrenya, tapi cukup suportif dalam upaya membangun nuansa komedik maupun adventure-nya. Bisa jadi faktor pergerakan karakter yang masih belum bisa bersinergi tepat dengan pergerakan kamera dan editing per-shot. Momen titik balik persahabatan tiga karakter utama juga masih kurang ‘menyentuh’ penonton secara emosional, sehingga penanaman friendship-on-screen ke dalam benak penonton masih belum maksimal.
Dengan tampilan fisik dan gesture yang sudah menjadi image-nya selama ini, peran Jano terasa begitu pas dibawakan oleh Tarra Budiman. Hanya saja sebagai lead comedy-adventure, kharisma Tarra masih terasa kurang. Ringgo Agus Rahman masih menampilkan karakter tipikal yang ia perankan selama ini untuk peran Dika (which he’s best at). Hasilnya, seperti biasa, ia berhasil menjadi sumber kelucuan utama yang mencuri perhatian penonton nyaris di sepanjang film. Sementara Ayushita Nugraha tampil sekedar cukup meyakinkan sebagai sosok mahasiswi yang cerdas dan pemberani. Ketiganya membentuk chemistry persahabatan yang cukup natural meski belum sampai pada bonding yang memorable dalam jangka waktu panjang.
Tanta Ginting agaknya memang harus memfokuskan pada peran-peran komedik. Karakter Gimbal yang ‘setengah teler’ memang terasa kelewat komikal, tapi masih sah-sah saja dalam konteks komedi yang memang jauh dari kesan realistik. Apalagi beberapa kali masih berhasil menjadi pemicu gelak tawa. Duet Martin Anugrah dan Reza Nangin (keduanya juga sempat tampil bersama di Mars Met Venus) sebagai duo polisi cukup mencuri perhatian lewat comedic banter mereka. Terakhir, scene stealer juga datang dari sang produser, Amrit Punjabi, yang tampi sebagai cameo.
Secara keseluruhan, Berangkat! memang punya potensi menjadi sajian komedi petualangan yang lebih seru dan gila-gilaan (baca: adegan-adegan komedi situasi yang lebih inovatif). Apalagi dengan naskah yang meski formulaic tapi tersusun dengan baik. Nevertheless, Berangkat! tetap layak menjadi pilihan film seru-seruan untuk ditonton bersama para sahabat.
Lihat data film ini di filmindonesia.or.id.
Diberdayakan oleh Blogger.