3.5/5
Adventure
Asia
Comedy
Drama
Friendship
fucked up comedy
Indonesia
Pop-Corn Movie
Road Trip
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Berangkat!
Petualangan road trip gila-gilaan adalah
kemasan sekaligus bumbu yang meresap baik dengan tema persahabatan. Toh katanya
persahabatan akan semakin erat ketika sama-sama melewati banyak peristiwa yang
menguji kekuatan dan ketulusan sebuah persahabatan. Jika di Hollywood paduan
ini sudah sangat sering digunakan, seperti Road
Trip dan yang ‘dibumbui’ kelewat batas, Hangover
Trilogy. Di film Indonesia, MVP Pictures pernah memproduksi Punk in Love (2009) yang membawa trio
Vino G. Bastian, Andhika Pratama, Yogi Finanda, dan Aulia Sarah bertualang
dalam sebuah road trip dari Malang ke Jakarta untuk bertemu kekasih salah satu
dari mereka yang akan dinikahkan. Tahun 2017 ini MVP Pictures kembali mengajak
penonton untuk bertualang bersama tiga sahabat. Kali ini digawangi oleh trio
Tarra Budiman, Ringgo Agus Rahman, dan Ayushita Nugraha. Film petualangan
komedi gila-gilaan bertajuk Berangkat!
ini dipercayakan di tangan sutradara wanita, Naya Anindita, yang pernah
memvisualisasikan secara menarik biopic pendiri Kaskus, Sundul Gan!. Sementara naskahnya disusun oleh Nicholas Raven dan
komika sekaligus penulis komedi, Isman HS.
Jano, Joana, dan Dika sudah bersahabat sejak
lama. Ketiganya sudah melewati banyak peristiwa bersama dan selalu saling
menolong ketika ada salah satu yang membutuhkan. Jano yang mahasiswa teknik
kimia kerap jadi bahan bulan-bulanan orang-orang di sekitarnya dan tentu saja
imbasnya seret jodoh. Maka ketika ada seorang gadis cantik yang terlihat
‘berpotensi’ tertarik pada dirinya, Kayla, Jano pun tak mau menyia-nyiakannya.
Berkat bujuk rayu Joana dan Dika, undangan untuk datang ke sebuah konser yang
di-organize-nya di Bali tak disia-siakan begitu saja. Kebetulan Joana juga
butuh diantar Dika ke Kawah Ijen untuk membuat video presentasi demi beasiswa
di Amerika Serikat. Mulailah mereka bertualang jalan darat dari Jakarta ke
Kawah Ijen lanjut Bali. Secara tak sengaja turut bergabung, Gimbal, pemilik
combi tua yang mereka sewa, yang membuat perjalanan darat mereka makin
‘berwarna’ dan absurd. Seperti biasa, keseriusan dan ketulusan persahabatan
mereka diuji.
Berangkat!
memang masih menggunakan formula dasar yang cukup
sering digunakan di tema persahabatan dengan bumbu petualangan-komedi absurd
yang mengarah ke gila-gilaan. Namun naskah Nicholas Raven dan Isman HS ternyata
tersusun dengan cukup rapih, terutama dalam upayanya untuk membangun struktur
yang runtut. Absurd dan masih terasa ‘dikondisikan’, tapi tidak come out of
nowhere. Selalu ada hint atau setup yang jelas di adegan-adegan sebelumnya, pun
juga adegan-adegan yang punya fungsi jelas untuk adegan berikutnya. Masih
sangat formulaic memang, tapi tetap saja termasuk penyusunan naskah yang baik.
Bahkan penulisan latar belakang ketiga karakter utama pun punya fungsi dalam
plot, terlepas dari sifatnya yang memang faktual atau fiktif semata.
Sebagai sebuah komedi absurd gila-gilaan,
upaya-upaya guyonan (yang mostly berupa komedi situasi) masih banyak yang
berhasil memancing tawa meski persebarannya bisa lebih merata dan punya potensi
lebih gila-gilaan lagi. Terinspirasi dari banyak film lain, misalnya seperti
mimicking dialogue dari Ant-Man dan
shadow illusion dari Austin Powers: The
Spy Who Shagged Me, tapi masih tetap berhasil memancing tawa. Bahkan konsep
mimicking dialogue yang dilakukan Ringgo Agus Rahman menurut saya jauh lebih
berhasil membuat saya terbahak-bahak daripada di Ant-Man.
Sayangnya sebagai sebuah sajian petualangan, Berangkat! terasa masih sedikit kurang
dinamis dan energetic. Padahal sinematografi Hani Pradigya sudah menyuguhkan
camera work yang sinematis, baik sebagai sebuah komedi maupun petualangan.
Begitu pula editing Dinda Amanda yang sebenarnya menyusun adegan dengan porsi
yang tergolong pas, serta ilustrasi musik Joseph S Djafar yang meski masih
tergolong generik di genrenya, tapi cukup suportif dalam upaya membangun nuansa
komedik maupun adventure-nya. Bisa jadi faktor pergerakan karakter yang masih
belum bisa bersinergi tepat dengan pergerakan kamera dan editing per-shot. Momen
titik balik persahabatan tiga karakter utama juga masih kurang ‘menyentuh’
penonton secara emosional, sehingga penanaman friendship-on-screen ke dalam
benak penonton masih belum maksimal.
Dengan tampilan fisik dan gesture yang sudah
menjadi image-nya selama ini, peran Jano terasa begitu pas dibawakan oleh Tarra
Budiman. Hanya saja sebagai lead comedy-adventure, kharisma Tarra masih terasa
kurang. Ringgo Agus Rahman masih menampilkan karakter tipikal yang ia perankan
selama ini untuk peran Dika (which he’s best at). Hasilnya, seperti biasa, ia
berhasil menjadi sumber kelucuan utama yang mencuri perhatian penonton nyaris
di sepanjang film. Sementara Ayushita Nugraha tampil sekedar cukup meyakinkan
sebagai sosok mahasiswi yang cerdas dan pemberani. Ketiganya membentuk
chemistry persahabatan yang cukup natural meski belum sampai pada bonding yang
memorable dalam jangka waktu panjang.
Tanta Ginting agaknya memang harus
memfokuskan pada peran-peran komedik. Karakter Gimbal yang ‘setengah teler’
memang terasa kelewat komikal, tapi masih sah-sah saja dalam konteks komedi yang
memang jauh dari kesan realistik. Apalagi beberapa kali masih berhasil menjadi pemicu
gelak tawa. Duet Martin Anugrah dan Reza Nangin (keduanya juga sempat tampil
bersama di Mars Met Venus) sebagai
duo polisi cukup mencuri perhatian lewat comedic banter mereka. Terakhir, scene
stealer juga datang dari sang produser, Amrit Punjabi, yang tampi sebagai
cameo.
Secara keseluruhan, Berangkat! memang punya potensi menjadi sajian komedi petualangan
yang lebih seru dan gila-gilaan (baca: adegan-adegan komedi situasi yang lebih
inovatif). Apalagi dengan naskah yang meski formulaic tapi tersusun dengan
baik. Nevertheless, Berangkat! tetap
layak menjadi pilihan film seru-seruan untuk ditonton bersama para sahabat.
Lihat data film ini di filmindonesia.or.id.