4/5
Asia
Based on a True Event
Documentary
History
Indonesia
Socio-cultural
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Banda:
The Dark Forgotten Trail
Di pelajaran sejarah ketika duduk di bangku sekolah dulu
selalu disebutkan bahwa bangsa-bangsa Eropa datang dan menjajah Indonesia
karena memperebutkan rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, tapi saya tidak
pernah tahu kenapa. Apa yang membuat rempah-rempah punya signifikansi bagi
peradaban Barat? Sebuah film dokumenter produksi Lifelike Pictures yang pernah
memproduksi Pintu Terlarang, Modus Anomali, dan Tabula Rasa, memberikan jawabannya. Tak hanya tentang seluk-beluk
pala, tapi juga mengeksplorasi Kepulauan Banda yang pernah menjadi rebutan
bangsa-bangsa Barat di abad ke 18. Di bawah sutradara Jay Subiyakto yang selama
ini lebih dikenal sebagai sutradara video musik dan pertunjukan (terutama konser),
Banda: The Dark Forgotten Trail (BTDFT)
tak hanya mencoba menjadi film dokumenter yang sangat informatif, tapi juga
disusun dengan pendekatan video musik yang stylish dan dinamis. Apalagi
ditambah dengan narasi dari Reza Rahadian (untuk narasi berbahasa Indonesia)
dan Ario Bayu (untuk narasi berbahasa Inggris), BTDFT tampak begitu menarik dan
penting untuk disimak.
Penelusuran Kepulauan Banda dimulai dari tanaman yang menjadi
komoditas utama, yaitu pala. Mengapa ia menjadi rebutan antara Portugis, Spanyol,
Belanda, dan Inggris dalam sejarahnya. Lantas apa yang terjadi setelah pala
sudah tidak lagi menjadi komoditas yang menguntungkan dalam perdagangan dunia.
Bagaimana kondisi demografi dan sosiologi penduduknya. Bagaimana ia menjadi
bagian sejarah terpenting dalam kemerdekaan bangsa Indonesia, dimana
tokoh-tokoh besar seperti Moh. Hatta dan Sutan Sjahrir pernah diasingkan di
Pulau Banda Naira. Bagaimana pula sejarah panjang tersebut mempengaruhi kondisi
Banda kini dan signifikansinya terhadap bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Sebagai sebuah dokumenter tentang Banda, BTDFT menyajikan
informasi-informasi yang tergolong komplit, terutama dalam kaitannya untuk
memahami mengapa Banda (pernah dan hingga kini pun masih) punya pengaruh
penting bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Disusun dengan runtut, baik
secara kronologis maupun korelasi antar subjek. Secara keseluruhan
menjadikannya sebuah pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh terhadap Banda.
Dengan visualisasi dinamis a la video musik (atau mungkin malah title film-film
thriller) dan sangat pop, pengalaman yang disuguhkan terasa sangat asyik untuk
diikuti dan mampu menjaga daya tarik subjek.
Kemasan yang menarik dan punya impact emosional terhadap
penonton tak lepas dari dukungan teknis yang menurut saya punya peran penting
yang setara dalam membangunnya. Sinematografi Ipung Rachmat Syaiful (dengan
dukungan kamera dari Oscar Motuloh, Dodon Ramadhan, hingga Davy Linggar) yang
sangat berpengalaman sebagai DoP tentu tahu betul bagaimana bercerita lewat bahasa
gambar, kendati menceritakan kejadian-kejadian yang telah lampau. Animasi karya
SMK Raden Umar Said Kudus pun menambah dramatis shot-shot yang dihasilkan.
Editing Aline Jusria, Cundra Setiabudhi, dan Syauqi ‘Bimbo’ Tuasikal tak hanya
berhasil menyusun adegan menjadi kronologis yang runtut dan punya korelasi yang
koheren, tapi juga mampu menciptakan bangunan emosi yang sesuai dengan
keperluan adegan. Apalagi masih ditambah iringan musik Lie Indra Perkasa yang
membuat segala bangunan artistik maupun emosinya terasa lebih hidup, stylish,
sekaligus powerful.
Voice talent dari Reza Rahadian merupakan pilihan yang tepat
untuk menyampaikan narasinya. Gesture pengucapan naskah Irfan Ramli (dengan
pilihan-pilihan kata yang mudah dipahami oleh semua umur dan lapisan masyarakat
dari berbagai tingkat pendidikan) dan pilihan intonasi di berbagai kesempatan,
menjadikan narasinya tak hanya informatif tapi juga punya kekuatan storytelling
tersendiri.
Tak banyak film dokumenter yang disajikan dengan style
semenarik dan se-pop BTDFT. Apalagi dengan informasi-informasi yang cukup
mendalam dan disampaikan dengan runtutan yang enak untuk diikuti, BTDFT menjadi
sebuah pengalaman sekaligus pemahaman yang menyeluruh tentang subjeknya, Banda.
Baik sejarah masa lampau, kini, ide-ide tentang masa depan. Tentu saja
harapannya membuat penonton semakin mengenal bangsa kita sendiri dan pada
akhirnya semakin menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab untuk memajukan
bangsa. Dengan visual yang tertata apik, sayang rasanya jika tidak mengalaminya
di layar lebar dengan fasilitas audio-visual yang mumpuni.
Lihat data film ini di filmindonesia.or.id.