4/5
Comedy
Drama
Family
Indonesia
Romance
Socio-cultural
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Kapan Kawin?
Pertanyaan
“Kapan Kawin” memang menjadi fenomena sosial, khususnya di Indonesia. Bagaimana
sejak sekian generasi yang lalu, baik pria apalagi wanita berumur 20-30 sudah
dihantui untuk segera menikah seperti halnya generasi 50 tahun yang lalu. Usia
demikian dianggap paling ideal dan normal untuk menikah dan melanjutkan
keturunan. Tentu saja seiring dengan tuntutan jaman yang makin modern dan
dinamis, pertanyaan dan tuntutan itu semakin menjadi momok. Maka fenomena ini
adalah aset yang sangat berharga untuk diangkat ke layar lebar. Lebih dari
sekedar eksploitasi fenomena menjadi tontonan hiburan, tapi bisa juga sekaligus
menjadi bahan refleksi dari pihak yang terlibat, terutama generasi yang lebih
tua yang menjadi subjek tekanan sosial ini. Mungkin itu yang ada di benak
Robert Ronny lewat karya perdana lewat PH yang baru dibentuknya, Legacy
Pictures, bersama istri tercinta yang juga sekaligus corporate secretary group
XXI, Catherine Keng.
Di atas kertas, Kapan Kawin? (KK) didukung oleh
orang-orang yang sangat menjanjikan untuk mejadi karya yang bagus. Mulai
penulis naskah yang disusun Robret Ronny sendiri (Hattrick, Dilemma),
dibantu oleh Monty Tiwa, sutradara Ody C. Harahap (Kawin Kontrak), editor Aline Jusria, dan tentu saja aktor-aktris
berkualitas serta populer yang mengisi jajaran cast-nya.
Ternyata
“dream-team” ini memang mampu menghadirkan sebuah komedi romantis yang pas
dalam segala aspeknya. Meski menggunakan formula komedi romantis ringan yang
cukup familiar dan cliché, KK dikemas dengan sangat santai, mengalir, manis,
dan hangat. Tak seperti beberapa tuduhan jiplak The Proposal, alur KK terasa lebih mengalir lancar, termasuk
komedi-komedinya yang jauh lebih halus dan elegan (baca: tidak slapstick maupun
meledak-ledak).
Tak hanya
kemasannya yang menarik dan ringan untuk diikuti, KK ternyata mengupas lebih
dalam fenomena pertanyaan “kapan kawin?” lebih dalam daripada sekedar
permasalahan tidak kawin-kawin di usia matang. KK menelurusi lebih dalam
sebab-akibat di balik fenomena ini, terutama sekali yang berkaitan dengan
hubungan orang tua-anak yang dianut masyarakat kita. Namun baiknya lagi, KK
tidak memihak salah satu kubu dan menyalahkan kubu yang lain. Keduanya seolah
diperdamaikan di klimaks film. Inilah yang membuat KK terasa sebagai film
“keluarga” yang hangat.
Aspek yang
menjadikan KK semakin enak dinikmati adalah chemistry yang dibangun antara
aktor-aktris papan atas Indonesia saat ini; Reza Rahadian dan Adinia Wirasti.
Sementara Reza sekali lagi tampil memikat dengan akting komikal namun masih
terasa wajar dan tetap mengundang tawa, Adinia terasa pas dengan tipikal
perannya di sini. Selain itu, pasangan Adi Kurdi-Ivanka Suwandi juga mampu
tampil mencuri perhatian, tanpa harus mendistraksi porsi Reza-Adinia.
Di lini teknis
pun, KK tidak main-main. Terutama sekali sinematografi yang ditata dengan
sangat baik dalam merekam desain produksinya yang juga sangat indah, termasuk
dalam hal tone warna. Mulai tata interior rumah orang tua Dinda, lanskap alam
perkebunan, hingga pantai. Editing Aline Jusria yang pas sesuai dengan mood KK
turut membuatnya menjadi enak dinikmati. Satu aspek yang membuat saya turn off
adalah pemilihan lagu Panah Asmara
dari Afgan yang image-nya sudah terlanjur sangat FTV.
In the end, KK
hadir sebagai romantic comedy dengan tampilan yang fresh dan penggalian
fenomena yang cukup mendalam dan disajikan dengan hangat. Sayang untuk
melewatkannya begitu saja.
Lihat data film ini di IMDb dan filmindonesia.or.id
Lihat situs resmi film ini.