The Jose Movie Review
Haji Backpacker

Overview

Melihat judul dan posternya, mungkin Anda akan berpikir, ah another religious themed movie. Tidak salah jika Anda sudah muak dengan film-film nasional bertemakan reliji. Apalagi semakin banyak yang ala-ala sinetron: menjual drama kacrut dengan label Islami supaya dikira reliji. Tapi tunggu dulu, ada kata ‘backpacker’ di belakangnya. Jadi setidaknya mampu menarik perhatian penonton yang doyan traveling, meski tidak punya latar belakang Islami. Belum lagi trailernya yang ternyata sangat menjanjikan.

Benar saja, Haji Backpacker (HB) ternyata memang tidak termasuk film-film reliji yang preachy. Ditulis oleh Jujur Prananto dan Danial Rifki, HB basically film reliji yang realistis dan logis. Setidaknya berpandangan bahwa iman bertumbuh seiring dengan pengalaman hidup. Pemikiran imani yang masih langka ditemukan di khazanah perfilman kita.

Namun jangan dulu berharap mendapatkan pencerahan spiritual melalui pengalaman selama perjalanan panjang karakter utama kita, Mada, dari Thailand menuju Tanah Suci. Sayangnya HB masih belum sampai tahap mem-blend pencerahan spiritual dengan peristiwa-peristiwa nyata seperti halnya perjalanan spiritual Elizabeth Gilbert di Eat, Pray, Love. Naskah masih membutuhkan literatur-literatur dan preach dari karakter-karakter pendukung yang ditemui sepanjang perjalanan, sebagai penggerak perkembangan spiritual Mada. Dengan demikian, setiap negara yang disinggahi Mada terasa hanya seperti latar belakang semata. Meski adat kebudayaan (terutama yang Islami) di tiap negara ditampilkan dengan cukup detail.

Kekurangan lainnya adalah masih ada beberapa bagian yang membutuhkan peran figuran yang ‘asal masuk dan lewat’ sebagai penggerak adegan. Especially kehadiran karakter yang diperankan Dion Wiyoko dan pria pemilik toko di perbatasan Cina-India.

Tapi yang mampu menutupi semua kekurangan HB adalah beberapa momen penting yang berhasil membangkitkan emosi penonton (setidaknya bagi saya sendiri). Terutama sekali adegan Mada harus mempertaruhkan nasibnya dengan membaca Surat Yassin, diiringi flashback yang menyentuh.

Above all, HB masih termasuk tontonan spiritual yang relevan bagi umat agama manapun, sekaligus menghibur dengan bonus pemandangan landscape maupun gelaran budaya dari negara-negara yang dilewati Mada. Belum mampu dengan maksimal menyentuh emosi dan nurani saya, tetapi sayang juga untuk melewatkan pengalaman di sini begitu saja.

The Casts

Sebagai lead character, Abimana Aryasatya jelas semakin menunjukkan kematangan akting yang cukup signifikan sekaligus terasa natural. Sementara di deretan pemeran wanita, Laura Basuki dan Laudya Cynthia Bella jelas menjadi scene stealer yang tak disangka-sangka. Laura menampilkan karakter yang sedikit berbeda dengan tipikal karakter yang pernah dimainkannya, dan she did it well. Begitu juga Laudya yang tampak semakin matang daripada sebelumnya.

Sementara Dewi Sandra tak begitu memberikan kesan tersendiri karena masih tidak jauh beda dari peran biasanya, atau malah bisa semakin menegaskan image yang sudah melekat pada dirinya beberapa tahun belakangan. Sorry, Dewi! Sosok yang ditampilkan Kenes Andari sebagai kakak Mada justru lebih memorable meski porsinya tak begitu banyak.

Technical

Salah satu yang membuat HB tampak menarik dan tak terasa membosankan adalah sinematografinya yang mampu menangkap keindahan tiap negara dengan maksimal, terutama untuk shot-shot landscape dan penggunaan color tone yang serba vibrant dan dengan saturasi tinggi. Namun saya rasa tidak  perlu juga untuk menggunakan teknik time-lapse di setiap shot landscape.

HB sebenarnya punya scoring yang beragam sesuai dengan karakteristik tiap negara dan bagus. Tapi karena dijejalkan di tiap adegan secara beruntun tanpa henti, sehingga memberikan kesan berisik dan mengganggu kenikmatan menyaksikan panorama yang tersaji di layar maupun merasakan emosi adegan.

The Essence

Sang Pencipta selalu punya cara tersendiri untuk membawa umat kembali kepada jalan-Nya. Pengalaman hidup punya peranan penting dalam membentuk spiritual seseorang yang kuat dan kokoh.

They who will enjoy this the most

  • Religious material’s fans
  • Travelers
  • Audiences who enjoys the story of spiritual journey
Lihat data film ini di filmindonesia.or.id
Diberdayakan oleh Blogger.