4/5
Action
Based on TV show
Crime
Gore
Hollywood
Mafia
The Jose Movie Review
Thriller
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Equalizer
Overview
Denzel
Washington selama ini kita kenal sebagai black action hero yang kharismatik.
Apalagi di tangan almarhum Tony Scott yang sudah beberapa kali menjalin
kerjasama, mulai Man on Fire, Déjà vu, dan The Taking of Pelham 123, Denzel mampu menjadi salah satu aktor
action hero yang patut diperhitungkan dan melahirkan karakter-karakter
memorable. Tak hanya Tony, sutradara Antoine Fuqua pun rupanya menjadikan
Denzel sebagai aktor favoritnya, terlebih setelah Tony telah tiada. Antoine
Fuqua pun yang awalnya punya karya-karya film action yang kuat secara
penokohan, akhir-akhir ini lebih banyak memilih film-film action pop-corn
seperti terakhir Olympus Has Fallen.
Begitu juga dengan The Equalizer yang
diangkat dari serial TV tahun 80-an tapi saya yakin tidak banyak yang masih
mengingatnya.
Jika membaca
premise-nya, The Equalizer mungkin
adalah sebuah cerita cliché yang sudah berkali-kali diangkat: bad-ass oldman
yang berhasil menghajar musuh-musuhnya tanpa kendala berarti. Ranah yang
akhir-akhir ini dikuasai oleh Liam Neeson lewat franchise Taken dan bahkan yang head-to-head langsung dengan The Equalizer, A Walk Among the Tombstones. Tapi siapa yang peduli dengan tired
premise jika memang masih punya energi cukup tampil memikat penonton dengan
stylish action-nya? Untuk itu The
Equalizer sudah memenuhi persyaratan untuk menghibur. Tapi ternyata The Equalizer punya lebih dari sekedar
stylish violence untuk ditawarkan.
Mulai dari
script serba rapi yang ditulis oleh Richard Wenk. Saking rapinya, kadang terasa
kurang kejutan maupun inovasi dan karakter utama, Robert McCall yang terkesan
terlalu sempurna. But still, script The
Equalizer menyuguhkan alur yang rapi, efektif menyampaikan
informasi-informasi tanpa harus dijabarkan terlalu blak-blakan, terutama dalam
menjawab pertanyaan penonton tentang jati diri McCall di masa lalu. Meski
sebagian dari penonton yang sudah punya jam terbang tinggi tentu dengan mudah
menerkanya. Script yang terlalu berfokus pada karakter McCall dan musuhnya,
Teddy, membuat karakter Teri yang sebenarnya menjadi motivasi utama aksi McCall
jadi dianak tirikan. Padahal di awal-awal film, koneksi dan chemistry yang
dibangun antara keduanya terjalin dengan begitu bagus. Sayang jatahnya hanya di
awal dan akhir saja.
Untuk
meng-counter script yang ‘terlalu rapi’ ini, peran sutradara Antoine Fuqua lah
yang bermain dalam memvisualisasikannya secara tepat. Meski ada cukup banyak
elemen yang mengingatkan kita akan film Denzel, Man on Fire, namun The
Equalizer terasa berbeda dengan pace-nya yang tergolong santai dan
slow-burn bak Drive-nya Nicolas
Winding Refn. Pace yang mungkin terasa terlalu lambat dan membosankan bagi
beberapa penonton, namun akan terasa lebih berkelas bagi penonton yangn lain.
Karena meski tergolong lambat dan sunyi, atmosfer dark thriller yang diciptakan
masih terasa sangat kuat. Bagi saya pribadi, durasi yang termasuk cukup panjang
(131 menit) di sini jadi tak begitu terasa. Setiap momennya, ups and downs,
ditata serapi script-nya. Tetap menjadikan The
Equalizer terasa menarik dan tetap gripping di genrenya meski sudah
berkali-kali diangkat.
The Casts
Seperti biasa,
Denzel Washington masih berhasil bermain one man show dengan kharismanya yang
perpaduan antara noble heart dan badass attitude. Kharismanya bahkan bisa
mengungguli Liam Neeson di franchise Taken.
Sementara Chloë Grace Moretz yang meski punya running time yang tidak begitu
banyak, namun mampu mencuri perhatian saya, terutama di awal-awal film. Jauh
dari image karakter-karakter yang ia perankan selama ini.
Di sisi
villain, Marton Csokas mampu mengimbangi ke-badass-an Denzel Washington. Aura
evil-nya tak kalah gahar dari attitude Denzel, apalagi dengan tattoo-tattoo
Satanic yang diekspos di salah satu adegan.
Technical
Salah satu
kekuatan teknis yang melengkapi kerapian script dan visualisasi adalah
sinematografi Mauro Fiore yang membingkai adegan-adegan dengan sangat indah,
pun juga efektif dalam menyampaikan adegan.
Scoring dari
Harry Gregson-Williams serta pemilihan-pemilihan soundtrack lainnya juga mampu
memperkuat nuansa silent thriller-nya. Terutama sekali adegan kucing-kucingan
di labirin Home Mart menjelang klimaks yang diiringi komposisi dari Zack
Hemsey.
The Essence
Masih sama
dengan genre sejenis. No matter how hard you try to hide your sense of fighting
crime and badass abilities, it’s always in you and will come out anytime
needed. Because the crime is never really stopped.
They who will enjoy this the most
- Action thriller’s fans
- Audiences who enjoy slow burn action
- Denzel Washington’s fans
- Audiences who love badass character with brutal attitude