Overview
Tak
banyak yang berani menyandingkan genre sci-fi dengan komedi. Dalam
ingatan saya, hanya ada judul Mars Attacks!, Evolution,
dan terakhir Paul yang terbersit. Special mention untuk Men
in Black yang lebih berat ke
action ketimbang komedi. Ditambah dengan ensamble cast
komedian-komedian Hollywood favorit saya; Ben Stiller, Vince Vaughn,
dan Jonah Hill, tanpa pikir panjang segera saja The Watch (TW)
mengisi daftar wajib tonton meski banyak review negatif di mana-mana. I mean what's the worst these gank could have been?
Entah kenapa 20th Century Fox
tampak tak begitu banyak melakukan promosi untuk film yang awalnya
berjudul Neighborhood Watch ini. Bisa jadi karena terkait
kasus penembakan Trayvon Martin yang dilakukan seorang kapten
neighborhood watch di Florida yang akhirnya juga membuat studio
mengganti judulnya. Padahal dengan ensamble cast seperti itu, nama
Seth Rogen di salah satu penulis naskahnya, dan rating R yang
disandangnya sudah cukup menjadi faktor pengundang penonton.
TW memang
memiliki premise utama sci-fi (alien) namun sebenarnya invasi alien
hanya dijadikan background cerita. Fokus utama cerita justru pada
bagaimana perilaku karakter-karakter utamanya dalam menghadapi
alien-alien. Malah delapan puluh persen guyonan-guyonan yang
disuguhkan adalah humor seks dan kata-kata kotor, sisanya Anda akan
diajak untuk mentertawai aneka perilaku manusia yang tergambar
melalui karakter-karakter utama. The good is hampir kesemuanya berhasil
membuat saya terbahak-bahak di dalam studio. Bahkan tertawa saya di
sini lebih keras dibandingkan ketika menonton 21 Jump Street
yang juga dibintangi Jonah Hill.
Sayang,
porsi humor yang ditampilkan tidak konstan merata di sepanjang film.
Ada kalanya film terlalu serakah dalam menyampaikan (baca :
menyindir) poin-poin serius sehingga lupa kodrat utamanya sebagai
film komedi. Ada banyak kesempatan yang seharusnya bisa dimanfaatkan
untuk diselipi aneka humor baik berupa celetukan dialog maupun
tingkah laku namun pada akhirnya terlalu asyik ber-drama ria. Permasalahan demi permasalahan tersebut disusun secara
langsung berurutan sehingga terasa bertele-tele dan parahnya lagi tak satupun tampil menyentuh maupun mendalam. Kesannya cuma tempelan dan hanya berniat menyentil tanpa memberi efek apa-apa. Bagi penonton yang
sudah terlebih dulu mengharapkan cerita sci-fi murni mungkin malah akan
merasa subplot-subplot ini tidak nyambung dan tidak penting.
Untung
saja menjelang klimaks hingga akhir, TW berhasil menaikkan sisi
komedi maupun aksi sci-fi dengan porsi yang pas sehingga ekpektasi
penonton yang mengharapkan cerita sci-fi, action, dan komedi cukup
terbayarkan.
Di balik
kelebihan dan kekurangannya, bagi saya TW sangat sayang untuk
dilewatkan apalagi jika Anda menikmati humor-humor seks dan mengerti
bahasa-bahasa slang Amerika. Sekedar saran, jangan terpaku pada
subtitle Bahasa Indonesia-nya yang terlalu ‘sopan’ dan mengurangi
efek kelucuannya. Memang plotnya tak sebaik Paul yang cerdas dan unsur sci-fi-nya sangat kental, namun karakter-karakter berkelakuan ajaib di sini lebih dari cukup untuk menghibur dan berkesan (bagi saya lho...).
The Casts
Keempat
karakter utama diisi oleh aktor-aktor yang memiliki ciri khas
tersendiri dalam membawakan peran komedik dan itu menjadi modal yang
sangat kuat untuk TW. Ben Stiller boleh menjadi aktor utama namun
penampilannya di sini tidak semenonjol karakter-karakter lainnya.
Sisi komediknya masih terletak pada keluguan ekspresi wajahnya ketika
menjadi bahan bercandaan orang lain, sisanya ia lebih banyak
berakting serius ketimbang anggota gank lainnya maupun
karakter-karakter yang pernah ia mainkan sebelumnya.
Sementara
Vince Vaughn dan Jonah Hill masih memerankan karakter yang tidak jauh
berbeda dengan tipikal peran-peran mereka sebelumnya, misalnya Vince
Vaughn di Dodgeball dan Jonah Hill di 21 Jump Street.
Dari
keempat karakter utama, yang paling menonjol justru Richard Ayoade
yang ternyata memang belum banyak membintangi film. Aktor Inggris
yang angkat nama lewat serial The IT Crowd ini berhasil stand
out ketimbang karakter-karakter utama lainnya berkat keunikan
pembawaannya. Tanpa banyak bicara atau overacting, kelucuan alaminya
keluar begitu saja. He just have that comedic charm.
Di luar karakter utama, Billy Crudup tampil mengesankan berkat karakter Paul, tetangga yang tak kalah unik dan creepy-nya.
Technical
Meski
tema sci-fi hanya menjadi latar belakang cerita namun TW tak mau
main-main menggarap special effectnya. Tampilan alien, transmitter,
hingga adegan-adegan ledakan digarap dengan mumpuni, sekelas Men
in Black lah. Tak hanya
visual effect tetapi juga sound effect yang terdengar dahsyat, crisp,
namun tetap jernih.
The Essence
Ada
banyak sekali sindiran yang disampaikan sepanjang film yang patut
menjadi pemikiran bagi penonton, terutama bagaimana concerned citizen
saat ini ironisnya lebih banyak menjadi bahan tertawaan oleh
masyarakat umum. Ketidak pedulian dan individualisme justru dianggap
sikap yang lebih wajar.
TW juga
mengolok-olok perilaku manusia, mulai sikap sok pintar, sok tahu, dan
sok keren bak film-film Hollywood meski akhirnya malah tampak bodoh,
sikap mudah menuding orang lain padahal ia sendiri melakukan hal
yang sama jika dihadapkan pada kasus yang sama atau serupa (dalam
kasus ini, antara kewajiban dalam keluarga dan dalam masyarakat),
seseorang tanpa teman yang berusaha eksis dengan membentuk kelompok-kelompok, hingga betapa jauh fantasi seseorang akibat dari kecurigaan terhadap orang lain yang tidak
disukainya.
They who will enjoy this the most
- Penggemar komedi seks dan kata-kata kotor, apalagi jika Anda mengerti bahasa Inggris slang tanpa perlu membaca subtitle Bahasa Indonesia yang terlalu sopan dan terlalu ilmiah.
- Penonton yang menganggap humor-humor Ben Stiller, Vince Vaughn, dan Jonah Hill lucu.
- Penonton yang gemar mentertawai perilaku-perilaku manusia di sekitarnya.
- Nonton rame-rame bersama gank gila-gilaan lebih nikmat.