Overview
Oh
no... Step Up franchise
again..! Begitu gumam saya dalam hati ketika mendengar kemunculan
installment ke empat ini. Bagi saya, tidak ada lagi hal yang menarik
hati saya untuk menyaksikan Step
Up Revolution (SUR)
kecuali format 3D-nya yang terbukti cukup menghibur di installment
sebelumnya. Tentu saja siapa pun tahu franchise Step
Up
tidak perlu kontinuitas dengan installment-installment sebelumnya.
Sama halnya dengan franchise Final
Destination,
modal jualan sebenarnya adalah premise dasar yang terus-menerus
didaur ulang dengan berbagai gaya. Saya menyadari hal tersebut dan
membuang jauh-jauh ekspektasi dari segi cerita yang cliché bak
dongeng. Nikmati saja sajian di layar layaknya music video di MTV.
Pun
ternyata dari ekspektasi saya tersebut, rupanya SUR gagal untuk
menarik perhatian saya menjadi tontonan yang berkesan. Tidak buruk,
tetapi saya sadar saya akan dapat dengan mudah melupakannya hanya
dalam hitungan bulan. Saya menghargai usaha untuk meniupkan nafas
baru dalam film : flashmob, yang beberapa tahun belakangan menjadi
trend di Youtube sampai-sampai dibuatkan reality shownya. Harus
diakui konsep mob yang ditampilkan sangat keren, terutama mob di
galeri seni, kantor, maupun restoran mewah. Namun jika membandingkan
dengan installment-installment sebelumnya, koreografi dari
masing-masing performer terkesan biasa saja. Tidak ada yang begitu
istimewa, unik, dan menonjol.
Belum
lagi pilihan track pengiring adegan-adegan dance-nya tidak catchy dan
signatural seperti layaknya installment-installment sebelumnya.
Sayang track-track hits yang catchy malah diletakkan pada
adegan-adegan non dance, contohnya Goin'
In-nya
Jennifer Lopez feat Flo Rida yang hanya mengiringi credit title.
The Casts
Ryan
Guzman memang cukup tampan, berbadan atletis, dan gaya dance-nya
keren, tetapi secara keseluruhan biasa saja. Tidak ada yang istimewa
dan sangat tipikal karakter pria utama di installment-installment
Step Up
sebelumnya, seperti Rick Malambri dan Channing Tatum.
Karakter
tipikal juga terjadi pada karakter wanita utamanya yang kali ini
dibebankan kepada Kathryn McCormick. She got a hot face and body
namun porsinya yang membuat ia tampak biasa saja, tak beda dengan
Sharni Vinson dan Jenna Dewan Tatum.
Satu-satunya
nama aktor terkenal yang tampil adalah Peter Gallagher. Menarik di
awal hingga pertengahan, namun berubah payah di akhir berkat skrip
ala fairy tale.
Tak
ketinggalan our hero and heartthrob dari franchise Step
Up,
Adam Sevani (Moose) tampil sebagai cameo di act terakhir.
Technical
Keindahan
aksi mob tak lepas dari sinematografi yang kreatif dan dinamis.
Beruntung SUR menampilkan sinematografi yang baik sepanjang film. Tak
lupa efek 3D yang cukup berhasil mendukung tampilan keseluruhan walau
tidak se-memanjakan Step
Up 3D.
Depth of field 3D-nya tidak begitu kelihatan, kecuali logo The Mob
yang berupa lapisan kaca. Sementara efek pop-out berupa pasir dan
cipratan air cukup menghibur.
Tema
Miami yang menjadi salah satu sub-judulnya kurang begitu terasa, baik
berupa setting lokasi maupun musik pengiring. Miami seolah hanya
dijadikan nama lokasi saja, tanpa nuansa eksotisme kultur setempat
yang seharusnya justru mampu menjadikan installment ini lebih
menarik.
The Essence
Satu
hal yang tidak saya sukai dari film seperti ini adalah ide bahwa
melanggar aturan itu keren. Memang sih aksi mob di tempat umum
terlihat keren di layar tapi pada kenyataannya mengganggu ketertiban
umum. Apalagi kalau sampai ada lebih dari satu kelompok yang beraksi
bersamaan di satu tempat. Bisa dibayangkan betapa kacaunya atau malah
bakal terjadi perselisihan. Bahkan aksi flashmob di reality show AXN
butuh ijin dari otorasi setempat. Flashmob-flashmob yang kondang di
Youtube pun kebanyakan bertujuan untuk kampanye tertentu yang jelas
sudah mengantongi ijin. Apa jadinya jika tiap orang merasa keren
dengan bebas merekam aksi masing-masing di tempat umum dan dengan
mudah mengunggahnya di Youtube? Tak sedikit pula kan aksi di Youtube
yang populer justru menjadi bahan cemoohan masyarakat?
Nyatanya
dunia tari profesional sekalipun tidak semudah dan semulus fairy tale
yang ditunjukkan di SUR. Butuh usaha yang keras dan keberuntungan
yang luar biasa untuk bisa survive dan menggapai popularitas yang
stabil. Memang bagus untuk memberikan semangat generasi muda untuk
mengejar cita-cita yang diimpikannya. Namun dengan mimpi yang terlalu
berlebihan dan dapat dengan mudah digapai, justru mengkerdilkan
mentalitas generasi muda. Semoga saja generasi muda kita hanya
menganggap film seperti SUR sebagai hiburan semata, tak sampai
terinsepsi menjadi mentalitas.
Lihat data film ini di IMDB.