The Jose Movie Review
Step Up Revolution (Step Up 4 : Miami Heat)

Overview

Oh no... Step Up franchise again..! Begitu gumam saya dalam hati ketika mendengar kemunculan installment ke empat ini. Bagi saya, tidak ada lagi hal yang menarik hati saya untuk menyaksikan Step Up Revolution (SUR) kecuali format 3D-nya yang terbukti cukup menghibur di installment sebelumnya. Tentu saja siapa pun tahu franchise Step Up tidak perlu kontinuitas dengan installment-installment sebelumnya. Sama halnya dengan franchise Final Destination, modal jualan sebenarnya adalah premise dasar yang terus-menerus didaur ulang dengan berbagai gaya. Saya menyadari hal tersebut dan membuang jauh-jauh ekspektasi dari segi cerita yang cliché bak dongeng. Nikmati saja sajian di layar layaknya music video di MTV.
Pun ternyata dari ekspektasi saya tersebut, rupanya SUR gagal untuk menarik perhatian saya menjadi tontonan yang berkesan. Tidak buruk, tetapi saya sadar saya akan dapat dengan mudah melupakannya hanya dalam hitungan bulan. Saya menghargai usaha untuk meniupkan nafas baru dalam film : flashmob, yang beberapa tahun belakangan menjadi trend di Youtube sampai-sampai dibuatkan reality shownya. Harus diakui konsep mob yang ditampilkan sangat keren, terutama mob di galeri seni, kantor, maupun restoran mewah. Namun jika membandingkan dengan installment-installment sebelumnya, koreografi dari masing-masing performer terkesan biasa saja. Tidak ada yang begitu istimewa, unik, dan menonjol.
Belum lagi pilihan track pengiring adegan-adegan dance-nya tidak catchy dan signatural seperti layaknya installment-installment sebelumnya. Sayang track-track hits yang catchy malah diletakkan pada adegan-adegan non dance, contohnya Goin' In-nya Jennifer Lopez feat Flo Rida yang hanya mengiringi credit title.

The Casts

Ryan Guzman memang cukup tampan, berbadan atletis, dan gaya dance-nya keren, tetapi secara keseluruhan biasa saja. Tidak ada yang istimewa dan sangat tipikal karakter pria utama di installment-installment Step Up sebelumnya, seperti Rick Malambri dan Channing Tatum.
Karakter tipikal juga terjadi pada karakter wanita utamanya yang kali ini dibebankan kepada Kathryn McCormick. She got a hot face and body namun porsinya yang membuat ia tampak biasa saja, tak beda dengan Sharni Vinson dan Jenna Dewan Tatum.
Satu-satunya nama aktor terkenal yang tampil adalah Peter Gallagher. Menarik di awal hingga pertengahan, namun berubah payah di akhir berkat skrip ala fairy tale.
Tak ketinggalan our hero and heartthrob dari franchise Step Up, Adam Sevani (Moose) tampil sebagai cameo di act terakhir.

Technical

Keindahan aksi mob tak lepas dari sinematografi yang kreatif dan dinamis. Beruntung SUR menampilkan sinematografi yang baik sepanjang film. Tak lupa efek 3D yang cukup berhasil mendukung tampilan keseluruhan walau tidak se-memanjakan Step Up 3D. Depth of field 3D-nya tidak begitu kelihatan, kecuali logo The Mob yang berupa lapisan kaca. Sementara efek pop-out berupa pasir dan cipratan air cukup menghibur.
Tema Miami yang menjadi salah satu sub-judulnya kurang begitu terasa, baik berupa setting lokasi maupun musik pengiring. Miami seolah hanya dijadikan nama lokasi saja, tanpa nuansa eksotisme kultur setempat yang seharusnya justru mampu menjadikan installment ini lebih menarik.

The Essence

Satu hal yang tidak saya sukai dari film seperti ini adalah ide bahwa melanggar aturan itu keren. Memang sih aksi mob di tempat umum terlihat keren di layar tapi pada kenyataannya mengganggu ketertiban umum. Apalagi kalau sampai ada lebih dari satu kelompok yang beraksi bersamaan di satu tempat. Bisa dibayangkan betapa kacaunya atau malah bakal terjadi perselisihan. Bahkan aksi flashmob di reality show AXN butuh ijin dari otorasi setempat. Flashmob-flashmob yang kondang di Youtube pun kebanyakan bertujuan untuk kampanye tertentu yang jelas sudah mengantongi ijin. Apa jadinya jika tiap orang merasa keren dengan bebas merekam aksi masing-masing di tempat umum dan dengan mudah mengunggahnya di Youtube? Tak sedikit pula kan aksi di Youtube yang populer justru menjadi bahan cemoohan masyarakat?
Nyatanya dunia tari profesional sekalipun tidak semudah dan semulus fairy tale yang ditunjukkan di SUR. Butuh usaha yang keras dan keberuntungan yang luar biasa untuk bisa survive dan menggapai popularitas yang stabil. Memang bagus untuk memberikan semangat generasi muda untuk mengejar cita-cita yang diimpikannya. Namun dengan mimpi yang terlalu berlebihan dan dapat dengan mudah digapai, justru mengkerdilkan mentalitas generasi muda. Semoga saja generasi muda kita hanya menganggap film seperti SUR sebagai hiburan semata, tak sampai terinsepsi menjadi mentalitas.
Lihat data film ini di IMDB.
Diberdayakan oleh Blogger.