3.5/5
Based on Book
British
Comedy
Drama
Feel-good
Romance
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Salmon Fishing in the Yemen
Overview
Dalam ingatan saya, nyaris tak
ada film yang mengangkat tema memancing (fishing). Mungkin karena olahraga
memancing membutuhkan kesabaran ekstra dan kurang begitu seru (baca:
membosankan) untuk dijadikan sebuah film. Maka Salmon Fishing in the Yemen (SFY) yang diangkat dari novel karya
Paul Torday ini bisa menarik perhatian hanya dari premisenya saja. Belum lagi
judulnya yang menggelitik itu. Bagamana bisa memancing ikan salmon di tanah
segersang Yeman?
Mungkin Anda bisa menebak bahwa
istilah “memancing salmon di Yemen” hanyalah sebuah metafora. Memang benar
demikian tetapi film yang digarap oleh sutradara Lasse Hallström yang
sebelumnya dikenal lewat Chocolat, The Cider House Rules, Hachiko, dan Dear John ini juga menghadirkannya
secara harafiah. Tenang, Anda tidak perlu pengetahuan khusus atau hobby memancing untuk dapat menikmati sajian yang satu ini.
Berkat SFY, saya baru menyadari
alangkah banyaknya wisdom yang tersimpan dari olah raga memancing. Kesemuanya
ditunjukkan melalui hubungan karakter seorang Sheikh kaya raya, Sheikh
Muhammed; asistennya, Harriet; dan seorang pakar perikanan, Dr. Alfred Jones.
Porsi plot utama diisi oleh hubungan asmara antara Harriet dan Fred dengan
aneka problematika masing-masing. Uniknya, keromantisan hubungan mereka tidak
ditunjukkan secara blak-blakan dengan dialog-dialog yang klise tetapi melalui
perkembangan kejadian dan kedekatan mereka yang terjalin secara alami. We know
they both were in love without saying any sentences containing the word “love”
in it.
Seiring dengan plot romantisme,
SFY menyelipkan berbagai subplot, seperti tentang perbedaan sosial antara orang
Eropa dan Timur Tengah yang seolah-olah sangat bertolak belakang. Plot dan
subplot tersebut dirangkai dengan alur yang sangat enak untuk diikuti, tidak
terasa dragging maupun bertele-tele. Tentu saja aneka humor cerdas diselipkan
di sana-sini untuk menambah kesegaran film, menjadikan SFY sebuah feel-good
movie dengan cerita yang sederhana namun digarap dengan indah dan sangat
menginspirasi.
Namun bukan berarti tak ada
kelemahan sama sekali. Saking feel-good-nya, tak ada sama sekali lonjakan
cerita yang begitu berarti. Bagi yang tidak terbiasa mungkin malah akan
menganggapnya kelewat datar. Seperti salah satu dialog Patricia; “It’s
just what we need right now, a bit of Anglo-Arab news that isn’t about things
that explode”, SFY seperti sengaja dibuat untuk tidak 'explode'. Selain itu karakter Sheikh mungkin terasa charming. Namun
sisi yang terlalu ‘saint’ tersebut justru membuatnya menjadi tidak manusiawi.
Apalagi image seorang Sheikh yang setidaknya memiliki sedikit arogansi.
Satu-satunya penghidup suasana
film adalah karakter Patricia Maxwell, sekretaris press Perdana Menteri yang
memanfaatkan proyek sang Sheikh demi kepentingan politisnya. She’s witty and
definitely the funniest element of the movie. Well, karakter Dr. Fred pun
sebenarnya cukup lucu dengan gaya sinis-nya. Tapi harus diakui Patricia lebih
mencuri layar.
The Casts
Bagi penikmat kisah romantis,
chemistry antara Ewan McGregor dan Emily Blunt akan menjadi highlight yang tak
terlupakan. Seperti yang sudah saya sampaikan di segmen sebelumnya, tanpa
dialog flirting terang-terangan spark asmara di antara mereka bisa terasa
dengan jelas berkat chemistry yang terjalin dengan sangat kuat.
Aktor asal Mesir, Amr Waked
berhasil menghidupkan karakter Sheikh Muhammed yang kaya raya dan tergolong
masih muda namun bijaksana. Karakternya mengubah image seorang Sheikh selama
ini yang cenderung arogan berkat kekayaan dan posisi yang dimilikinya di dalam
masyarakat. What a charming Sheikh.
Dari semua karakter yang ada,
saya memfavoritkan Patricia Maxwell. Salut untuk Kristin Scott Thomas yang
membuat karakter sekretaris press Perdana Menteri ini menjadi sangat menarik
dan witty. Nilai plus ketika menyadari betapa banyaknya adegan yang
mengharuskannya berinteraksi dengan karakter lain hanya melalui telepon
seluler. Tak mudah berakting tanpa lawan main yang nyata ketika pengambilan
gambar.
Technical
Selain sinematografi yang
meng-capture gambar-gambar indah dari lokasi-lokasi yang kontras; London yang
hectic dengan kehidupan urbannya, Skotlandia yang hijau dan asri, dan Maroko
(lokasi syuting untuk merepresentasi Yemen) yang gersang, SFY juga bermain-main
dengan variasi editing. Adegan percakapan melalui chatting window, teks
e-mail yang dipertegas dengan ditulis ulang di frame, dan multi-panel adalah
beberapa varian editing yang semakin mendukung gambar-gambar menarik untuk
dinikmati.
Aura witty dan wise didukung pula
score oleh Dario Marianelli yang cukup menghidupkan kedua aura tersebut.
The Essence
Ada banyak wisdom dalam olahraga
memancing yang sering dianggap membosankan. Selain melatih kesabaran, memancing
juga menjadi bukti bahwa pada dasarnya semua orang memiliki faith di dalam
dirinya, tak terkecuali bagi mereka yang lebih menganut paham sains ketimbang
religius. Faith yang membuat manusia percaya bahwa tidak ada yang mustahil
dalam hidup, termasuk bahwa ikan salmon dapat hidup di alam sekering dan
segersang Yemen.
Lihat data film ini di IMDB.