The Jose Movie Review
The Expendables 2

Overview

Actually, The Expendables 2 (TE2) was the last choice in my August’s movies to watch. Tapi  keadaan lah yang memaksa saya untuk menontonnya di urutan pertama. But it’s okay, karena nyatanya tidak seburuk seri pendahulunya yang sangat saya benci itu.

Sama seperti pendahulunya, TE2 masih terjebak dalam adegan-adegan aksi tidak masuk akal yang saya gambarkan sebagai fantasi para jagoan usang yang sedang mengalami post-power syndrome; seolah-olah semua musuh bisa dibasmi dengan mudah tanpa satu pun halangan dan apalagid dengan strategi yang brilian. Don’t mind nor expected them here! Mereka cuma punya otot dan mental bonek, terkecuali mungkin Jason Statham yang setidaknya masih memiliki ilmu beladiri yang impressive. Belum lagi plot-plot cliché dan adegan-adegan sadis yang kelihatan palsu sehingga mengurangi gregetnya. Saya sudah memaklumi hal-hal seperti ini sebelum menyaksikannya secara langsung.

Tapi tunggu dulu, masuknya Simon West di posisi sutradara cukup memberikan penyegaran dalam franchise ini. Setidaknya ada beberapa adegan aksi yang terlihat stylish (lagi-lagi saya memuji penampilan Jason Statham) dan yang paling menghibur adalah pada akhirnya mereka mengakui ke-payah-an masing-masing dan juga sesama anggota tim yang lain serta membuatnya menjadi bahan bercandaan. Jujur, humor seperti ini dan juga parodi dari karakter-karakter iconic yang pernah dilakoni oleh para action-heroes di sini sebelumnya -terutama Arnold Schwarzenegger, Sylvester Stallone, dan Chuck Norris- menjadi hiburan yang jauh lebih menghibur ketimbang adegan-adegan aksinya maupun film pertamanya secara keseluruhan. Jangan lupakan pula celetukan Statham yang seolah-olah menjawab tantangan Yayan Ruhian The Raid bahwa “tangan kosong lebih gereget”.

Anyway, TE2 saya rasa cukup berhasil menjalankan misi utamanya yaitu mengajak penonton (terutama fans masing-masing action-heroes) bersenang-senang dengan parade bodoh-bodohan sambil bernostalgia dengan karakter-karakter iconic yang pernah kita idolakan dulu.

The Casts

Hmmm… the baddest ass was Jason Statham, the dumbest ass was Dolph Lundgren (poor him..!). Bagi penggemar Jet Li siap-siap kecewa yang entah bagaimana hanya muncul di sepertiga awal film lalu menghilang begitu saja. Satu-satunya yang saya syukuri adalah tidak kembalinya karakter yang diperankan Mickey Rourke yang paling saya benci dari film pertamanya.

Masuknya Liam Hemsworth dalam gank sebenarnya cukup mampu menjadi penyegaran dan perbaikan kualitas karakter maupun plot secara keseluruhan, namun rupanya para senior tidak ingin kalah pamor sehingga porsinya ‘dikurangi’ di sini.

Terakhir, Nan Yu, wajah wanita oriental baru di Hollywood cukup menonjol walaupun masih belum begitu menunjukkan aura bintang yang begitu cemerlang seperti aktor-aktor wanita Asia sebelumnya (misalnya Michelle Yeoh atau Ziyi Zhang). Sebenarnya Nan Yu sudah cukup sering membintangi film Mandarin dan pernah tampil sekilas di Speed Racer, tapi TE2 adalah debutnya di Hollywood dengan peran yang cukup banyak.

Technical

Set lokasi yang paling menarik perhatian saya adalah tata pedesaan di Bulgaria, termasuk set gerejanya. Lovely!

Tidak ada masalah untuk sound effect yang membahana, di atas rata-rata film aksi sejenis. Suara tembakan dan ledakan terdengar dahsyat berkat deep-bass namun tetap jernih. Score pun blend-in dengan cukup baik dengan adegan. Even better, I love the oldies music played during the assault sequence when the gank was just arrived in the dead city.

The Essence

Ketika usia beranjak senja dan kemampuan menurun, ada baiknya mengakui dan menjadikannya lelucon ketimbang berusaha memaksa jadi jagoan tapi malah terlihat bodoh dan kehilangan kehormatan. Just move on and pass the relay stick, sir! (seriously)

Lihat data film ini di IMDB.

Diberdayakan oleh Blogger.