3/5
Adventure
Animation
Blockbuster
Box Office
Comedy
Fable
Family
Franchise
Summer Movie
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Ice Age 4 - Continental Drift
Overview
Ice
Age (IA) bisa jadi salah satu franchise animasi Fox terbesar
setelah The Simpsons. Tak heran hingga installment ketiga pun
masih menghasilkan uang yang sangat banyak dan terlihat masih belum
kelelahan dalam menggali cerita. So, why not continuing it? So this
is it, the fourth installment of the IA franchise on the movie
screen.
Saya
pribadi sangat menikmati installment terakhir (ketiga) yang mana
disajikan pertama kali dalam format 3D. In matter of fact, I remember
that was my first 3D experience in a theatre. Menurut saya,
installment ketiga adalah bagian yang paling seru, menggelitik, dan
dengan efek 3D yang sangat memanjakan mata. Sayang apa yang sudah
dicapai tersebut tidak mampu dilanjutkan oleh installment ke-empat
ini.
Melihat
adegan pembuka yang ternyata sama persis seperti teaser trailer yang
sudah dirilis tahun lalu, saya sudah curiga kalau Ice Age 4 :
Continental Drift (IACD) bakalan menjadi sebuah karya yang
dikerjakan dengan terburu-buru (terutama dalam hal penulisan skrip).
In my opinion, IACD melakukan hal sama yang dilakukan Kungfu Panda
2 tahun lalu; terlalu tergesa-gesa dalam bertutur sehingga pada
akhirnya tidak banyak yang dapat diingat oleh penonton seusai
menonton. Cukup disayangkan, padahal premise cerita dan plot yang
ditawarkan sebenarnya sangat menarik untuk diangkat, baik mengenai
fakta geologis pergeseran benua (I like how IA always put the
geological event in every installment), subplot bajak laut, maupun
social issue antar karakternya.
Don’t
get me wrong, ada cukup banyak momen menarik dan menggelitik dari
karakter-karakternya, seperti Peaches, putri Manny dan Ellie yang
tengah beranjak remaja, Diego yang akhirnya punya cukup banyak porsi,
Sid dan Granny-nya, serta tentu saja Scrat yang selalu mampu
mencairkan suasana di kondisi segaring apapun. Namun dengan eksekusi
yang terasa kurang begitu mengena, semuanya harus berakhir hanya
sekedar sebagai hiburan instan sesaat dan mudah dilupakan selepas
keluar dari gedung teater. Untung kali ini diselipkan beberapa lagu
untuk menambah nilai hiburan dan delivering some moments. Tak rugi
lah menyewa beberapa penyanyi yang sedang naik daun untuk mengisi
voice talent karakter-karakter baru.
As an
extra point, short film pembuka Maggie Simpson The Longest Daycare
actually tampil lebih mengesankan ketimbang main feature-nya sendiri.
Plus, it looked very impressive in 3D. I hope they’re preparing a
new The Simpsons movie in 3D.
The Casts
Selain
formasi originalnya, ada beberapa karakter baru yang tentu saja
berarti bakal ada voice talents baru yang mengisi installment keempat
ini. My favorite will be on Wanda Sykes yang mengisi suara Sid’s
Granny. Pengalaman menjadi voice talent di berbagai film animasi
sebelumnya (Over the Hedge, Barnyard, Brother Bear
2, dan Rio) menjadi bekal yang cukup baginya untuk
menghidupkan karakter yang memang sudah menarik ketika ditulis.
Beberapa
musisi yang sedang naik daun mengisi berbagai karakter baru dengan
cukup baik dan menyegarkan, mulai Keke Palmer (Peaches), Jennifer
Lopez (Shira), Nicki Minaj (Steffie), dan Drake (Ethan).
Technical
Dari
installment ke installment, terlihat berbagai perkembangan dari
detail animasinya. Saya terkesan dengan detail bulu
karakter-karakter, air, dan pasir yang tampak begitu nyata.
Sound
effect yang dihadirkan cukup menggelegar seperti suara badai dan
deburan air. Efek surround juga terdengar dimanfaatkan secara
maksimal di beberapa adegan.
Music
score yang tak jauh berbeda dengan installment-installment sebelumnya
masih mampu menghidupkan berbagai adegan seru. Tak lupa single We
Are di akhir film yang lebih mampu menerjemahkan rasa kebersamaan
para karakter ketimbang adegan-adegan yang ada sebelumnya, a very
good one.
Untuk
versi 3D-nya, well… depth of fieldnya lumayan terlihat dan tak
banyak pop-out gimmick. Cukup terasa di awal namun tak banyak terasa
di pertengahan hingga akhir film. Comparing to the previous
installment, the 3D effects here were just a little below.
The Essence
Ada
dualisme tentang keluarga yang disampaikan di installment keempat
ini. Yang satu mengajarkan bahwa betapa buruknya keluarga yang kita
miliki, they want the best for us. Hal ini terwakili oleh hubungan
Peaches yang beranjak remaja dengan Manny yang overprotective. Namun
keluarga Sid justru memperlihatkan keadaan keluarga yang bakal
melakukan hal apapun untuk menyingkirkan anggotanya yang dirasa
mengganggu. Sebuah kontras yang cukup menarik sekaligus membuat saya
heran. Apa yang ingin disampaikan kepada penonton-penonton ciliknya
(sebagai target audience utama) tentang keluarga? Well, at least Sid
masih punya “hati” untuk keluarga satu-satunya yang dia anggap
dan yang memang pantas disebut keluarga, sang Granny. That’s what
family do and should be, isn’t that?
Lihat data film ini di IMDB.