Overview
India.
Pencarian dalam hidup. Dua hal yang sudah lebih dari cukup untuk
membuat saya tertarik untuk menyaksikan The Best Exotic Marigold
Hotel (TBEMH). Saya tidak peduli jika tidak ada nama aktor
berusia muda di jajaran cast-nya. Yang ada malah nama-nama aktor
senior Inggris berusia lanjut, seperti Dame Judi Dench, Bill Nighy,
Maggie Smith, dan Tom Wilkinson. Jika saya sudah cukup puas dengan
pencapaian Eat, Pray, Love tahun 2010 lalu, maka TBEMH
menawarkan hal yang serupa namun dirangkai dan disajikan dengan lebih
baik.
Ketika awal film, saya mengira bahwa ini akan menjadi sebuah omnibus karena memperkenalkan karakter-karakter dengan berbagai latar belakang profesi maupun kepentingan, namun memiliki persamaan : berusia lanjut, dengan mencantumkan nama masing-masing karakter di layar. Agak membingungkan awalnya untuk mengenal satu per satu karakter yang ada. Lantas ketika sampai pada tujuan (baca : tiba di Jaipur), barulah saya sadar ini bukanlah sebuah omnibus. Kesemua karakter ini dipertemukan dan saling berbagi pengalaman pencarian dalam hidup mereka. Jangan kuatir akan bingung dengan banyaknya permasalahan dari tiap karakter karena begitu tiba di Jaipur, sutradara John Madden yang sebelumnya pernah sukses menggarap Shakespeare in Love dan Captain Correli's Mandolin merangkai alur dengan sangat baik sehingga enak untuk diikuti dan dengan porsi yang seimbang untuk tiap karakter. Apalagi di sana-sini diselipkan humor yang simpel, cerdas, namun tidak berlebihan. Durasi yang 2 jam 4 menit tidak bakal terasa panjang jika Anda menikmatinya dengan santai.
TBEMH
adalah tipikal feel-good-film yang mana Anda tidak perlu terlalu
keras ikut memikirkan permasalahan yang dimiliki oleh para
karakternya. Tidak perlu pula ada karakter antagonis. Anda hanya
perlu rileks, mengikuti alurnya, nikmati pula kota Jaipur yang
ditampilkan apa adanya; eksotis namun kumuh, serta pada akhirnya
energi-energi positif yang diusung oleh film membuat Anda merenungkan
relevansinya dengan kehidupan Anda. Bahkan seringkali menginspirasi
hidup. Untuk tujuan tersebut, TBEMH sangat berhasil memancarkan
energi-energi positifnya so that I shouldn’t be worried when I was
elder later.
The Casts
Tak perlu
meragukan lagi kualitas casting hanya dengan membaca jajaran namanya.
Semuanya bermain dengan sangat pas dan hidup. Bagi saya yang paling
menonjol tentu saja Maggie Smith, pemeran Muriel Donnelly, mantan
nanny yang berjuang pulih dari operasi pinggulnya. Walaupun porsinya
bukan yang paling banyak, namun perkembangan karakternya yang paling
menarik sepanjang film, jauh dari karakter Professor McGonagall yang
diperankannya di franchise Harry Potter.
Kedua,
Dame Judi Dench yang sekaligus menjadi narator lewat tulisan
blog-nya. Performa dan perkembangan karakter yang lovable dan
inspiring membuat saya lebih menyukainya di sini ketimbang di
franchise James Bond.
Sebagai
bumbu komedi, Ronald Pickup yang memerankan Norman Cousins cukup
berhasil membuat tersenyum di tengah permasalahan-permasalahan hidup
yang dialami karakter-karakter lainnya. Very well put, not too much.
Tak
ketinggalan Dev Patel yang angkat nama berkat Slumdog Millionaire
memerankan karakter muda yang juga inspiring dan loveable. Justru
sebenarnya karakter yang ia mainkan lah yang merubah hidup dan pola
pikir para karakter retiree di sini.
Technical
Keindahan
sinematografi menjadi pencuri perhatian utama dari sisi teknis.
Lanskap kota Jaipur yang eksotis namun kumuh ditangkap dengan sangat
baik; Modernitas kota bersanding kontras dengan perkampungan kumuh
dan kelompok orang yang selalu memanfaatkan kedatangan turis-turis
asing untuk minta uang. Semuanya terekam dengan tone warna-warni
vibrant khas India. Angle-angle dan pergerakan kamera yang dinamis
dan variatif pun turut menghidupkan berbagai sudut kota Jaipur. Tak
ketinggalan set, properti, dan kostum yang tak kalah indahnya,
terutama Marigold Hotel itu sendiri, juga The Viceroy Club dan kota
Udaipur.
Dengan
setting India tentu ada banyak score yang memanfaatkan nafas
eksotismenya. TBEMH mampu menyuguhkannya dengan sangat baik sehingga
penonton seolah ikut menjelajahi kota Jaipur, tidak hanya secara
geografis namun juga sosiokultur secara utuh.
The Essence
Pencarian
tentang pertanyaan-pertanyaan kehidupan bukan hanya milik remaja yang
beranjak dewasa dan mulai memikirkan berbagai hal dalam hidup.
Terbukti ketika memasuki usia paruh baya, krisis kepribadian sering
terjadi pada manusia mengingat pada fase ini terjadi perubahan yang
cukup drastis. Namun apa yang terjadi jika fase krisis kepribadian
terjadi pada usia senja? Kenapa tidak mungkin?
Dengan
kondisi peradaban dunia saat ini, manusia terlalu disibukkan oleh
rutinitas sehingga ketika tiba saat sudah menghadapi pensiun (baca :
usia lanjut), ia baru sadar bahwa ada banyak hal yang dilewatkan
selama ini, bahkan mungkin hal yang penting dalam hidup : kebahagiaan
yang sesuangguhnya. Makna hidup pun kembali menjadi pertanyaan.
Kebahagiaan di ujung usia seperti menjadi hal yang harus segera
dicapai sebelum semuanya terlambat.
Menonton
film ini saya menjadi sadar betapa pentingnya mengamati,
meng-appreciate, merenungkan, serta berpikir positif terhadap setiap
hal yang ada di dalam hidup saya. Dengan demikian saya merasakan
kebahagiaan dari dalam diri saya sendiri. Semoga saja saya bisa
selalu menerapkannya hingga mencapai usia para karakter di TBEMH.
Lihat data film ini di IMDB.