3/5
Crime
Drama
Father-and-Son
Heist
Hollywood
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Forger
Beberapa bulan belakangan bioskop
jaringan terbesar di Indonesia rajin memutar 'film-film gudang '‘tidak jelas’ dari aktor
Nicolas Cage. Entah apa yang membuat distributornya masih percaya dengan nama
Nicolas Cage untuk menarik perhatian penonton. Aktor yang pernah menjadi aktor
kelas A Hollywood, John Travolta, agaknya menjadi komoditas baru bagi
distributornya di Indonesia dengan masuknya
The Forger. Meski menurut saya, John Travolta punya bintang yang masih
cukup bersinar dan berkelas sampai sekarang dibandingkan Nicolas Cage. Apalagi
dengan dukungan aktor legendaris Christopher Plummer dan juga Tye Sheridan,
mantan bintang cilik yang dikenal lewat perannya di salah satu masterpiece
Terrence Mallick, Tree of Life. Tentu
nama-nama ini masih menjadi semacam jaminan mutu, meski disutradarai Philip
Martin yang sebelumnya belum pernah mengarahkan film layar lebar, serta ditulis
oleh penulis naskah yang karyanya belum benar-benar bisa dikatakan bagus,
Richard D’Ovidio (Thir13en Ghosts, Exit Wounds, dan The Call). Apalagi The
Forger bukan termasuk film mainstream yang didistribusikan secara luas. Premiere-nya
saja dilakukan lewat gelaran Toronto International Film Festival, dengan resepsi
yang rata-rata negatif.
Dari trailer, poster, dan membaca
premise-nya, membuat saya mengira The
Forger adalah kisah heist yang seru, menegangkan, sekaligus menggelitik,
layaknya Ocean’s Eleven, The Thomas Crown’s Affair, atau Entrapment. Namun ternyata heist
hanyalah kendaraan yang digunakan untuk men-drive cerita. Satu jam pertama kita
hanya difokuskan pada kisah father and son dari keluarga Cutter. Baik antara Raymond (John Travolta) dengan
putranya, Will (Tye Sheridan), Raymond dengan ayahnya, Joseph (Christopher
Plummer), serta Joseph dan cucunya, Will. Dari sini baru kita tahu motivasi
karakter utama kita, Raymond, rela berurusan dengan mafia kelas kakap agar bisa
keluar penjara lebih cepat. Sampai titik ini saya sempat khawatir kalau-kalau
cerita akan bermuara pada tearjerker di akhir. Namun saya berusaha mengikuti
dan menikmati alurnya yang ternyata berjalan dengan cukup manis.
Setengah jam berikutnya, barulah
kita diajak untuk melihat bagaimana Raymond beraksi mencuri (lebih tepatnya,
menukar) lukisan Monet dari
museum. Sempat memberikan sedikit tensi di bagian ini, namun akhirnya menjadi tidak begitu menarik lagi
karena naskah terlalu menggampangkan prosesnya menjadi begitu mulus. Untung
saja ending-nya benar-benar tidak menjadi sebuah tearjerker cengeng dan
menye-menye. Tenang dan lagi-lagi, cukup manis.
Penampilan John Travolta
sebenarnya tidak buruk. Malahan chemistry-nya dengan Tye Sheridan maupun dengan
Christopher Plummer terjalin dengan kuat dan hasilnya pun baik. Namun sekali
lagi, naskah yang membuat cerita menjadi terlalu simple dan plain, tidak
memberikan cukup kesempatan bagi ketiganya untuk membekas dalam benak penonton.
Christopher Plummer, seperti biasa, tampil sebagai ayah dengan kharisma yang
tinggi, bahkan melampaui kharisma John Travolta sendiri. Sementara di jajaran
pemeran pendukung, Jennifer Ehle sebagai Kim, mantan istri Raymond, berhasil
mencuri perhatian berkat pesonanya dalam menghidupkan karakter ibu yang pemabuk
namun harus tampak sukses di mata anaknya.
In the end, tanpa ekspektasi
apa-apa sebenarnya The Forger bisa
menjadi pilihan tontonan drama father and son yang menarik dan manis, meski
harus rela kalau nantinya jadi cukup mudah dilupakan dalam waktu yang tak begitu
lama.
Lihat data film ini di IMDb.