3D
4/5
Action
Adventure
Animation
Blockbuster
Box Office
Dragon
Drama
Family
Franchise
Hollywood
Mythology
Oscar 2015
Pop-Corn Movie
Romance
The Jose Movie Review
War
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
How to Train Your Dragon 2
Overview
Di antara
sekian banyak animasi yang diproduksi oleh DreamWorks, How to Train Your Dragon (HTTYD) termasuk salah satu yang paling
tidak memorable bagi saya. Maafkan saya jika judul tersebut masuk dalam daftar
film animasi favorit Anda, tetapi memori tidak bisa bohong. Saya sempat
mengecek kembali review saya sendiri atas HTTYD pertama. Saya mendapati
komentar-komentar positif dari diri saya sendiri (itulah pentingnya
mendokumentasikan pendapat tentang film-film yang sudah ditonton, bagi saya),
tapi jujur, saya tidak mengingat sama sekali detail film ini, kecuali nama
karakter Toothless dan Hiccup. Bukan perkara bagus atau tidaknya, tetapi
kekuatan brand franchise bisa punya pengaruh yang lebih besar ketimbang kualitas filmnya sendiri. Coba tanya siapa saja, jika menyebut DreamWorks
Animation, maka jawaban yang bakal sering keluar adalah Shrek, Kung Fu Panda,
atau Madagascar. Mungkin dengan
bertambahnya seri, seharusnya HTTYD bisa juga menjelma menjadi salah satu
franchise yang kuat andalan DreamWorks. Semoga.
Maka ketika muncul sekuelnya, HTTYD2,
jujur saya tidak begitu bersemangat. But I was watching it anyway with no
expectation (and of course with no story of the first part remains on my
memory), just to spend my spare time. And hey, ternyata saya sangat menikmati
petualangan Hiccup, Toothless, dan karakter-karakter barunya. Ingatan saya
tentang cerita dan universe yang dibangun bagian pertamanya sedikit demi
sedikit muncul. Kisah yang tergolong sederhana itu ternyata mampu dikembangkan
dengan sangat baik di bagian ke-dua ini. Mulai twist bertemakan keluarganya
yang hangat dan menyenangkan, hingga tampilan naga-naga yang semakin beragam
dan harus saya akui, desain karakternya semakin bagus dan menarik. Kesemuanya
menjadi paket cantik yang sayang untuk dilewatkan di layar lebar.
Kisah petualangan yang ditawarkan di sini
sebenarnya sudah sering diangkat di film serupa dan tidak begitu memberikan
efek ketegangan. Tak ada pula yang istimewa dari perkembangan karakter-karakter
yang ada. Sama sekali tidak buruk, tetapi memang tidak ada yang benar-benar
baru. Semuanya sudah kerap dilakukan di film-film animasi sejenis. Saya tidak
begitu merasakan ketegangan dari adegan-adegan aksinya. Tidak juga merasakan
keterancaman dari kehadiran villain utama, Drago Bludvist. Mungkin, cerita dan
adegan-adegan yang disajikan lebih ditujukan kepada penonton anak-anak. Tapi
yang pasti, saya menikmati petualangan bak mengendarai naga sungguhan berkat tata
kamera dan efek 3D yang bekerja dengan sangat efektif.
HTTYD2 mungkin akan lebih bisa dinikmati
oleh penonton anak-anak, namun sisi komikal dan humor yang terasa kurang bisa
jadi membuatnya mudah dilupakan oleh penontonnya. Mungkin faktor itu juga yang
membuat saya tidak begitu mengingat seri pertamanya. Ada sih momen-momen lucu,
tetapi hanya sekilas-sekilas. Sisanya kelewat serius. Hanya penampilan
naga-naganya yang menggemaskana yang mungkin akan membuat beberapa penonton
otomatis berceletuk “awwww...”.
Di balik segala ke-standard-annya, jelas
kemampuannya membawa penonton seolah ikut bertualang naik naga menembus awan
serta kehangatan sisi kekeluargaannya, sudah cukup membuat HTTYD2 menjadi
sebuah pengalaman yang asyik dan wajib dinikmati di layar lebar. Perkara akan
bertahan lama dalam ingatan atau tidak, itu urusan nanti.
The Casts
Tak ada yang begitu unik dan menonjol dari
jajaran pengisi suaranya, terutama yang sudah pernah tampil di seri pertamanya,
seperti Jay Baruchel (Hiccup), Gerard Butler (Stoick), dan America Ferrera
(Astrid). Tapi suara kharismatik Cate Blanchett sebagai Valka menjadi daya
tarik tersendiri. Sementara Kit Harington (Eret) dan Djimon Hounsou (Drago)
cukup merepresentasi karakter masing-masing dengan baik.
Technical
Seperti yang pertama, HTTYD2 menawarkan
visualisasi yang luar biasa. Detail gambar latar yang sangat nyata, sehingga
kita tidak akan mengira sebagai film animasi jika tak ada karakter-karakternya.
Desain kota Berk dan pulau tempat Valka tinggal terlihat luar biasa indah.
Desain karakter-karakter naga yang dihadirkan juga mengalami perkembangan cukup
besar dari yang pertama.
Efek 3D menjadi salah satu faktor yang
membuat HTTYD2 wajib disaksikan di layar lebar (yang memiliki format 3D, tentu
saja). Efek depth-nya sangat luar biasa. Meski tak ada efek pop-out yang begitu
terasa, namun efek sinematografinya, terutama setiap kali ada objek bergerak
menuju ke arah layar, berhasil membuat saya beberapa kali memicingkan mata.
Clever trick.
Tata suara yang menggelegar turut
mendukung visualisasi yang membawa penonton ke dalam petualangannya, terutama
berkat efek surround yang dimanfaatkan secara maksimal.
The Essence
Well, not everything will work on what we
believed in. Sometimes, we need to take other than our way.
They who will enjoy this the most
- Anak-anak, terutama di bawah usia 10 tahun
- General audiences who seek for an exciting adventure experience
- Penggemar makhluk-makhluk menggemaskan
- Cocok ditonton bersama sekeluarga
The 87th Annual Academy Awards nominee(s) for
- Best Animated Feature Film of the Year