The Jose Movie Review
Edge of Tomorrow

Overview

Tom Cruise dikenal sebagai aktor yang hampir selalu menjadi karakter one-man show yang digambarkan sempurna. Punya keahlian apa saja, selalu beruntung dalam segala situasi, dan selalu berhasil menjadi seorang pahlawan meski beraksi seorang diri. Karena fanbase-nya sudah cukup besar, so it’s okay to be that way. Tapi tidak sedikit penonton yang bosan dengan sosok tipikal karakter yang dimainkannya ini, bahkan ada juga yang menganggapnya menyebalkan. So pasca ’prahara’ dengan Paramount yang sampai sekarang masih berujung damai atas nama uang, Tom Cruise kembali berperan murni hanya sebagai aktor, tak lagi duduk di kursi produser seperti selama ini dilakukannya di film-film produksi Paramount yang berpihak pada egonya sebagai one-man show. Jika tahun lalu ia bermain di Oblivion produksi Universal, maka tahun ini pilihannya jatuh pada another sci-fi berjudul Edge of Tomorrow (EoT) yang merupakan produksi Warner Bros.
Diangkat dari novel Jepang berjudul All You Need is Kill dan sutradara Doug Liman yang sudah menjadi semacam jaminan mutu untuk kategori action thriller, EoT jelas menarik untuk disaksikan. Apalagi trailer dan tagline-nya yang sangat menjanjikan: Live. Die. Repeat. Sayang EoT tidak mendapatkan promo yang layak sehingga gaungnya tidak begitu terdengar di mana-mana.
EoT adalah sebuah action thriller sci-fi yang mencampurkan tema alien ala Starship Troopers dengan premise time loop ala Source Code dan Groundhog Day. I know, belum lama ini kita sudah disuguhi tema time travel untuk mengubah masa lalu lewat X-Men: Days of Future Past. Tapi trust me, it’s different. In my opinion, it’s a fresh, interesting, and cool story concept, meski kalau mau dianalsisis sebenarnya bisa dikatakan campuran dari berbagai premise yang sudah ada sebelumnya.
Menggunakan konsep mengulang kejadian berkali-kali bukanlah visualisasi yang mudah. Salah pace dan peletakan sedikit saja beresiko membuat penonton bosan dan akhirnya tak lagi tertarik mengikuti kisahnya. Tetapi apa yang dilakukan Doug dan editor James Herbert untuk EoT adalah sesuatu yang patut diacungi jempol. Jika biasanya adegan yang diulang dibuat berdasarkan sudut pandang karakter utama dimana ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya selanjutnya meski merupakan pengulangan kejadian, maka di sini dibuat campuran. Terkadang dari sudut pandang karakter utama, Cage (Tom Cruise) yang belum tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Di lain adegan visualisasi berada di sudut pandang karakter Rita (Emily Blunt) yang belum tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi Cage tahu. Percampuran sudut pandang inilah yang membuat alur cerita EoT menjadi lebih menarik. You’ll never really really know what will happen next or how they will be dead next. Thriller pun turut terpompa ketika mengikuti tiap chapter kisahnya, bak menonton Final Destination, dengan sentuhan sense of humor tentunya.
So, EoT jelas menjadi paket hiburan yang sangat menghibur. Bagi penonton yang sudah terbiasa dengan gaya penceritaan seperti ini, jelas akan mampu mengikuti kisahnya dengan asyik. Sementara yang belum terbiasa mungkin akan mendapati alurnya membingungkan. Well, there will always be the first time for everything. Try to understand from scene to scene and think about it using your logic. Hitung-hitung latihan daya analisis otak lah. And at some point, you will find how fun this kind of film is.

The Casts

Tom Cruise masih bisa dikatakan bermain sebagai one-man show, tetapi untunglah tidak digambarkan serba sempurna. Justru sejak awal karakternya digambarkan sebagai karakter yang pengecut atau setidaknya hanya mau main aman dan menghindari konfrontasi. Tetapi lambat laun melalui latihan-latihan yang mungkin akan Anda anggap lucu, perlahan kharisma heroiknya muncul. Cara yang lebih baik untuk mengundang simpati penonton daripada tampil serba sempurna sejak awal. Sisi komikal dari karakter Cage pun sedikit memberikan nilai plus bagi penampilan Tom Cruise yang biasanya selalu terkesan cool.
Pujian juga sepantasnya dialamatkan kepada Emily Blunt yang semakin mantap memerankan karakter kick-ass. Well, cukup impressive ketika di Looper, tetapi ia semakin memantapkannya di sini. Sirna sudah image wanita berkelas angkuh yang melekat pada dirinya sejak The Devil Wears Prada.
Selain mereka berdua, di lini pemeran pendukung tak banyak aktor-aktor yang dikenal. Hanya Bill Paxton dan Brendan Gleeson yang tetap saja kalah oleh kharisma Cruise-Blunt gara-gara porsinya yang memang tidak terlalu mendukung mereka. Justru Noah Tyler sebagai Dr. Carter yang cukup berkesan. Itu pun berkat kemiripan perannya dengan karakter Bryce yang pernah dimainkannya di duologi Tomb Raider.

Technical

Tak perlu diragukan lagi. Selain visual effect yang luar biasa, terutama terlihat pada desain alien Mimics dan kostum-kostum robotic dari pasukan manusia.
Sound effect pun terdengar dengan maksimal dengan suara ledakan, tembakan, dan gerakan alien yang begitu detail serta bombastis, termasuk efek surround yang dimanfaatkan.

The Essence

Ketika apapun yang dilakukan sudah terlanjur menjadi buruk, lebih baik mengulanginya lagi dari awal.

They who will enjoy this the most

  • Penggemar film action sci-fi, terutama yang melibatkan alien, robot, dan time loop
  • Tom Cruise’s fans
  • Audiences who love kick-ass chick
  • Auidences who seek for exciting and entertaining action movie
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.