4/5
Action
Adventure
Alien
Based on Book
Blockbuster
Box Office
Hollywood
Pop-Corn Movie
Robot
SciFi
Summer Movie
The Jose Movie Review
Thriller
Time Travel
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Edge of Tomorrow
Overview
Tom Cruise dikenal sebagai aktor yang hampir
selalu menjadi karakter one-man show yang digambarkan sempurna. Punya keahlian
apa saja, selalu beruntung dalam segala situasi, dan selalu berhasil menjadi
seorang pahlawan meski beraksi seorang diri. Karena fanbase-nya sudah
cukup besar, so it’s okay to be that way. Tapi tidak sedikit penonton yang bosan dengan sosok tipikal karakter yang
dimainkannya ini, bahkan ada juga yang menganggapnya menyebalkan. So pasca
’prahara’ dengan Paramount yang sampai sekarang masih berujung damai atas nama
uang, Tom Cruise kembali berperan murni hanya sebagai aktor, tak lagi duduk di
kursi produser seperti selama ini dilakukannya di film-film produksi Paramount
yang berpihak pada egonya sebagai one-man show. Jika tahun lalu ia bermain di Oblivion produksi Universal, maka tahun
ini pilihannya jatuh pada another sci-fi berjudul Edge of Tomorrow (EoT) yang merupakan produksi Warner Bros.
Diangkat dari novel Jepang berjudul All You Need is Kill dan sutradara Doug
Liman yang sudah menjadi semacam jaminan mutu untuk kategori action thriller,
EoT jelas menarik untuk disaksikan. Apalagi trailer dan tagline-nya yang sangat
menjanjikan: Live. Die. Repeat. Sayang EoT tidak mendapatkan promo yang layak
sehingga gaungnya tidak begitu terdengar di mana-mana.
EoT adalah
sebuah action thriller sci-fi yang mencampurkan tema alien ala Starship Troopers dengan premise time
loop ala Source Code dan Groundhog Day. I know, belum lama ini
kita sudah disuguhi tema time travel untuk mengubah masa lalu lewat X-Men: Days of Future Past. Tapi trust
me, it’s different. In my opinion, it’s a fresh, interesting, and cool story
concept, meski kalau mau dianalsisis sebenarnya bisa dikatakan campuran dari berbagai
premise yang sudah ada sebelumnya.
Menggunakan konsep mengulang kejadian
berkali-kali bukanlah visualisasi yang mudah. Salah pace dan peletakan sedikit
saja beresiko membuat penonton bosan dan akhirnya tak lagi tertarik mengikuti
kisahnya. Tetapi apa yang dilakukan Doug dan editor James Herbert untuk EoT
adalah sesuatu yang patut diacungi jempol. Jika biasanya adegan yang diulang
dibuat berdasarkan sudut pandang karakter utama dimana ia tidak tahu apa yang
akan terjadi pada dirinya selanjutnya meski merupakan pengulangan kejadian,
maka di sini dibuat campuran. Terkadang dari sudut pandang karakter utama, Cage
(Tom Cruise) yang belum tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Di lain adegan
visualisasi berada di sudut pandang karakter Rita (Emily Blunt) yang belum tahu
apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi Cage tahu. Percampuran sudut pandang
inilah yang membuat alur cerita EoT menjadi lebih menarik. You’ll never really
really know what will happen next or how they will be dead next. Thriller pun
turut terpompa ketika mengikuti tiap chapter kisahnya, bak menonton Final Destination, dengan sentuhan sense
of humor tentunya.
So, EoT jelas menjadi paket hiburan yang
sangat menghibur. Bagi penonton yang sudah terbiasa dengan gaya penceritaan
seperti ini, jelas akan mampu mengikuti kisahnya dengan asyik. Sementara yang
belum terbiasa mungkin akan mendapati alurnya membingungkan. Well, there will
always be the first time for everything. Try to understand from scene to scene
and think about it using your logic. Hitung-hitung latihan daya analisis otak
lah. And at some point, you will find how fun this kind of film is.
The Casts
Tom Cruise masih bisa dikatakan bermain
sebagai one-man show, tetapi untunglah tidak digambarkan serba sempurna. Justru
sejak awal karakternya digambarkan sebagai karakter yang pengecut atau
setidaknya hanya mau main aman dan menghindari konfrontasi. Tetapi lambat laun
melalui latihan-latihan yang mungkin akan Anda anggap lucu, perlahan kharisma
heroiknya muncul. Cara yang lebih baik untuk mengundang simpati penonton
daripada tampil serba sempurna sejak awal. Sisi komikal dari karakter Cage pun
sedikit memberikan nilai plus bagi penampilan Tom Cruise yang biasanya selalu
terkesan cool.
Pujian juga sepantasnya dialamatkan kepada
Emily Blunt yang semakin mantap memerankan karakter kick-ass. Well, cukup
impressive ketika di Looper, tetapi
ia semakin memantapkannya di sini. Sirna sudah image wanita berkelas angkuh
yang melekat pada dirinya sejak The Devil
Wears Prada.
Selain mereka berdua, di lini pemeran
pendukung tak banyak aktor-aktor yang dikenal. Hanya Bill Paxton dan Brendan
Gleeson yang tetap saja kalah oleh kharisma Cruise-Blunt gara-gara porsinya
yang memang tidak terlalu mendukung mereka. Justru Noah Tyler sebagai Dr.
Carter yang cukup berkesan. Itu pun berkat kemiripan perannya dengan karakter
Bryce yang pernah dimainkannya di duologi Tomb
Raider.
Technical
Tak perlu diragukan lagi. Selain visual
effect yang luar biasa, terutama terlihat pada desain alien Mimics dan
kostum-kostum robotic dari pasukan manusia.
Sound effect pun terdengar dengan maksimal
dengan suara ledakan, tembakan, dan gerakan alien yang begitu detail serta
bombastis, termasuk efek surround yang dimanfaatkan.
The Essence
Ketika apapun yang dilakukan sudah
terlanjur menjadi buruk, lebih baik mengulanginya lagi dari awal.
They who will enjoy this the most
- Penggemar film action sci-fi, terutama yang melibatkan alien, robot, dan time loop
- Tom Cruise’s fans
- Audiences who love kick-ass chick
- Auidences who seek for exciting and entertaining action movie