The Jose Movie Review
One Direction: This Is Us


Overview

Kesuksesan sebuah band/artis yang akhirnya diangkat ke layar lebar sudah sangat sering terjadi akhir-akhir ini. Tentu saja mengeruk keuntungan finansial tak bisa terelakkan sebagai alasan utamanya. Massa (baca: fans setia) yang jumlahnya tidak sedikit, apalagi secara global, jelas menjadi tambang emas yang pasti bagi produser. Maka tak heran jika vocal-band jebolan X-Factor UK yang sukses luar biasa secara global di era 2010’an ini menjadi tambang emas yang tidak boleh dilewatkan begitu saja untuk dikeruk semaksimal mungkin.

One Direction: This Is Us (TIU) terbukti tidak asal-asalan digarap sebagai tambang emas. Memang merupakan sebuah film dokumenter yang merangkum kegiatan Harry, Zayn, Liam, Louis, dan Niall sehari-hari yang berubah drastis setelah ketenaran dalam genggaman. Tak ketinggalan potongan penampilan mereka di atas panggung, terutama ketika konser di O2 Arena, London, sebagai pemanis yang menghibur. Namun merangkainya menjadi satu paket sajian yang informatif, enak diikuti, sekaligus membuat penonton yang paling awam sekalipun jadi mengenal mereka berlima secara personal, bukanlah tugas yang mudah. Thankfully, sutradara Morgan Spurlock yang memang berpengalaman menggarap film dokumenter yang bagus seperti Super Size Me, Where in the World is Osama bin Laden, dan Freakonomics, mampu membungkus TIU menjadi paket komplit yang saya sebutkan tadi.

Dimulai dari sejarah terbentuknya 1D, interview dengan beberapa orang penting di balik kesuksesan mereka, termasuk Simon Cowell, mengenal kepribadian masing-masing personel sehari-hari, hingga yang paling saya favoritkan; bagaimana ketenaran mereka mempengaruhi hubungan mereka dengan keluarga (baca: orang tua).
Semua tersaji bersama footage-footage konser yang tak hanya mengajak penontonnya sing-along, tetapi juga dimanjakan berkat gabungan permainan animasi yang “mencolok mata”. Eye-candy and very entertaining.

Secara keseluruhan, mungkin kisah “mendadak terkenal” bukan lagi hal baru yang menarik. Tapi setidaknya TIU masih merupakan sajian yang menarik dan menghibur, bahkan bagi saya yang sebelumnya hanya mengenal 1D melalui lagu What Makes You Beautiful dan Live While We’re Young karena saking seringnya diputar. Momen-momen emosional yang terutama melibatkan keluarga personel juga mampu tereksploitasi dengan cukup tanpa harus terasa berlebihan atau overdramatic.

The Casts

Well, this is a documentary. Terlepas apakah aslinya mereka seperti itu atau hanya untuk kepentingan image-building, TIU cukup informatif dalam menggambarkan karakter-karakter tiap personel, terutama dari segi kepribadian remaja mereka.

Technical

TIU dihadirkan dalam format 3D yang cukup baik. Efek 3D-nya sangat terasa terutama saat footage-footage konser. Depth panggung yang artistically beautiful dan pop-out gimmick dari personel-personel 1D, mampu memuaskan dahaga para penggila 3D. Ditambah tampilan animasi yang digitally added to pop-out from the background yang semakin menambah tingkat eye-candy film.

Dialog pada footage-footage sehari-hari terdengar sama jernihnya dengan footage-footage interview maupun konser. Membuat audio terdengar stabil serta seimbang antara vokal dan music.

The Essence

Sebuah wawancara dengan orang tua dari salah satu pesonel mengungkapkan sebuah fakta menarik. Jika biasanya (dan seharusnya) orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk melihat dunia, maka justru para personel 1D-lah yang mengajak orang tuanya untuk melihat dunia. Ironis? Begitulah. Betapa sebuah aturan tak tertulis tentang hakekat orang tua-anak yang ada dalam masyarakat adalah sesuatu yang fleksibel untuk berubah, sesuai dengan kondisi masing-masing. Yang terpenting adalah ketenaran tidak membuat mereka lupa akan keluarga tempat mereka berasal.

Those who will enjoy this the most

  • One Direction’s fans, absolutely
  • General audiences who’s interested to find out the real life of famous celebrities
  • Musical documentary enthusiasts
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.