3.5/5
3D
Documentary
Drama
Friendship
Musical
Personality
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
One Direction: This Is Us
Overview
Kesuksesan sebuah band/artis yang
akhirnya diangkat ke layar lebar sudah sangat sering terjadi akhir-akhir ini.
Tentu saja mengeruk keuntungan finansial tak bisa terelakkan sebagai alasan
utamanya. Massa (baca: fans setia) yang jumlahnya tidak sedikit, apalagi secara
global, jelas menjadi tambang emas yang pasti bagi produser. Maka tak heran
jika vocal-band jebolan X-Factor UK yang sukses luar biasa secara global di era
2010’an ini menjadi tambang emas yang tidak boleh dilewatkan begitu saja untuk dikeruk
semaksimal mungkin.
One Direction: This Is Us (TIU) terbukti tidak asal-asalan digarap
sebagai tambang emas. Memang merupakan sebuah film dokumenter yang merangkum
kegiatan Harry, Zayn, Liam, Louis, dan Niall sehari-hari yang berubah drastis
setelah ketenaran dalam genggaman. Tak ketinggalan potongan penampilan mereka
di atas panggung, terutama ketika konser di O2 Arena, London, sebagai pemanis
yang menghibur. Namun merangkainya menjadi satu paket sajian yang informatif,
enak diikuti, sekaligus membuat penonton yang paling awam sekalipun jadi
mengenal mereka berlima secara personal, bukanlah tugas yang mudah. Thankfully,
sutradara Morgan Spurlock yang memang berpengalaman menggarap film dokumenter
yang bagus seperti Super Size Me, Where in the World is Osama bin Laden,
dan Freakonomics, mampu membungkus
TIU menjadi paket komplit yang saya sebutkan tadi.
Dimulai dari sejarah terbentuknya
1D, interview dengan beberapa orang penting di balik kesuksesan mereka,
termasuk Simon Cowell, mengenal kepribadian masing-masing personel sehari-hari,
hingga yang paling saya favoritkan; bagaimana ketenaran mereka mempengaruhi
hubungan mereka dengan keluarga (baca: orang tua).
Semua tersaji bersama
footage-footage konser yang tak hanya mengajak penontonnya sing-along, tetapi
juga dimanjakan berkat gabungan permainan animasi yang “mencolok mata”.
Eye-candy and very entertaining.
Secara keseluruhan, mungkin kisah
“mendadak terkenal” bukan lagi hal baru yang menarik. Tapi setidaknya TIU masih
merupakan sajian yang menarik dan menghibur, bahkan bagi saya yang sebelumnya
hanya mengenal 1D melalui lagu What Makes
You Beautiful dan Live While We’re
Young karena saking seringnya diputar. Momen-momen emosional yang terutama
melibatkan keluarga personel juga mampu tereksploitasi dengan cukup tanpa harus
terasa berlebihan atau overdramatic.
The Casts
Well, this is a documentary.
Terlepas apakah aslinya mereka seperti itu atau hanya untuk kepentingan
image-building, TIU cukup informatif dalam menggambarkan karakter-karakter tiap
personel, terutama dari segi kepribadian remaja mereka.
Technical
TIU dihadirkan dalam format 3D
yang cukup baik. Efek 3D-nya sangat terasa terutama saat footage-footage
konser. Depth panggung yang artistically beautiful dan pop-out gimmick dari
personel-personel 1D, mampu memuaskan dahaga para penggila 3D. Ditambah
tampilan animasi yang digitally added to pop-out from the background yang
semakin menambah tingkat eye-candy film.
Dialog pada footage-footage
sehari-hari terdengar sama jernihnya dengan footage-footage interview maupun
konser. Membuat audio terdengar stabil serta seimbang antara vokal dan music.
The Essence
Sebuah wawancara dengan orang tua
dari salah satu pesonel mengungkapkan sebuah fakta menarik. Jika biasanya (dan
seharusnya) orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk melihat dunia, maka
justru para personel 1D-lah yang mengajak orang tuanya untuk melihat dunia.
Ironis? Begitulah. Betapa sebuah aturan tak tertulis tentang hakekat orang
tua-anak yang ada dalam masyarakat adalah sesuatu yang fleksibel untuk berubah,
sesuai dengan kondisi masing-masing. Yang terpenting adalah ketenaran tidak
membuat mereka lupa akan keluarga tempat mereka berasal.
Those who will enjoy this the most
- One Direction’s fans, absolutely
- General audiences who’s interested to find out the real life of famous celebrities
- Musical documentary enthusiasts