4/5
Adult
Comedy
Dialog-driven
Drama
Indie
Indonesia
Personality
Philosophical
Romance
Socio-cultural
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Cinta/Mati
Overview
Selama beberapa minggu terakhir,
absennya film Indonesia yang bermutu dan layak disaksikan di bioskop membuat
saya memendam rasa rindu. Akhirnya ada satu karya yang dari trailernya saja
sudah terlihat keunikannya. Disutradarai, ditulis, sekaligus diproduseri oleh
seorang Ody C. Harahap atau yang akrab dipanggil Ochay, sutradara yang pernah
menangani Kawin Kontrak dan Punk in Love, Cinta/Mati (C/M) memang bisa dibilang seunik trailer dan
materi-materi promosinya.
Jangan salah, judulnya saja sudah
menimbulkan ambiguitas. Jika Anda membacanya sebagai Cinta Mati (seperti judul
lagu Agnes Monica), menurut saya adalah salah. Setelah menontonnya, maka Cinta
(atau) Mati adalah cara membaca yang paling tepat. Tanda [/] di tengah-tengah
ternyata bukan tanpa maksud. Let’s get back to the film itself.
Ada seorang teman yang mengira
C/M adalah film horor thriller. Terutama dari posternya yang terkesan suram.
Belum lagi Astrid Tiar digambarkan sedang memegang gunting rumput besar di
depan Vino G. Bastian yang terlihat ketakutan di balik selimut. Jelas fantasi
calon penonton dengan mudah termainkan. Eit, Anda salah lagi. Bukan bermaksud
misleading, tapi (lagi-lagi) setelah menyaksikan filmnya, Anda baru akan
mengerti relevansi materi-materi promosinya ini dengan cerita.
C/M adalah sebuah film komedi
satir (atau black comedy?) yang didominasi sekaligus memiliki kekuatan utama
pada dialog antara dua orang sepanjang durasi. Dalam film ini, seorang gadis
yang hendak bunuh diri bernama Acid, dan seorang pemuda bertampang rock n’
roll, Jaya. Jangan lebih dulu membayangkan dialog-dialog cerdas bin manis ala
trilogi Before (Before Sunrise, Before Sunset,
dan baru saja, Before Midnight).
Tidak. Dialog Acid-Jaya mungkin tidak secerdas dan tidak se-ngalor-ngidul Jesse
dan Celine. Menjadi suram dengan tema bunuh diri-nya. Namun keduanya memiliki
ups and downs dialog yang rapi, natural, sekaligus menggelitik. Terasa terjadi
repitisi di beberapa bagian, tapi tidak sampai jatuh membosankan. Jangan
lupakan juga ending yang sukses membuat banyak penonton shocked. Tidak relevan
dengan keseluruhan tema? Mungkin saja, tetapi ia berhasil menjawab pertanyaan
judulnya sendiri; Cinta/Mati, sekaligus membuatnya menjadi memorable secara
instan. Tak lupa sindiran-sindiran sosial yang disematkan sebagai background cerita di banyak bagian. Menggelitik namun tak sampai terasa berebut porsi dengan cerita utama.
C/M mungkin bukan film yang
istimewa, tapi dengan segala keunikannya, mampu dengan mudah disukai serta
menancap lama di ingatan penontonnya. Manis, dengan caranya sendiri.
The Casts
Karena tergolong dialog-driven
film dimana kekuatan akting Vino G. Bastian dan Astrid Tiar menjadi tulang
punggung keberhasilan film dalam mencuri hati penonton. Apalagi porsi keduanya
jauh lebih mendominasi ketimbang karakter-karakter lain yang bisa dibilang
porsinya setara figuran. Untunglah Vino dan Astrid berhasil membangun chemistry
yang believable. Rangkaian proses terbangunnya chemistry pun terasa masuk akal.
Sebuah peningkatan tersendiri bagi Astrid Tiar yang baru kedua kalinya tampil
di layar lebar setelah Badai di Ujung
Negeri dua tahun lalu.
Technical
FYI, C/M adalah film yang disebut
oleh Ochay sebagai “film gerilya”, bukan “film indie”. Alasannya jelas, Ochay
tidak ingin image “apa adanya” ala film indie menjadi alasan berbagai
pemakluman teknis di sini. Tetapi dengan semangat “gerilya”-nya ini, jelas
segala keterbatasan teknis bisa ter-handle dengan sangat baik. Saya sendiri
tidak menyangka jika C/M direkam hanya dengan kamera DSLR. Memang di banyak
bagian masih terlihat grainy. Apalagi lebih dari 90% adegan bersettingkan malam
hari. But it’ s still tolerable. Ketajaman warna di lebih banyak adegan masih
mendominasi dan membuat saya memaafkan beberapa bagian yang grainy tadi.
Apalagi penataan kamera dari Patri Nadeak dan artistik yang cantik ala Lovely Man; membidik temaram urban
Jakarta di malam hari.
Sementara divisi sound yang masih
terasa kedodoran. Dialog-dialog yang menjadi kekuatan utama memang masih
terdengar dengan jelas, namun kejernihan dan ke-crisp-an suaranya masih terasa
kurang mantap.
The Essence
Cinta dan Mati adalah dua takdir
yang pasti dijalani oleh setiap manusia. Jika Anda percaya tiap kejadian di
dunia ini tidak mungkin merupakan sebuah kebetulan, maka keputusan dari maksud
pertemuan antara Jaya dan Acid adalah untuk (saling jatuh) Cinta atau Mati, ada
di tangan mereka berdua sendiri. Ada di hasil analisa persepsi Anda sebagai penonton
juga, mungkin?
They who will enjoy this the most
- Black comedy lover
- Dialog-driven-movie’s enthusiast
- Vino G. Bastian’s fans
- Coupled audiences
- General audiences, especially young adults