3.5/5
Action
Adventure
Based on Book
Comedy
Family
Fantasy
Franchise
Hollywood
Magic
Monster
Mythology
Pop-Corn Movie
Summer Movie
Teen
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Percy Jackson: Sea of Monsters
Overview
Masih ingat dengan Percy Jackson and the Lightning Thief
(LT) yang diangkat dari novel fantasi laris berjudul sama di tahun 2010? Well,
kesuksesan yang dirasa “cukup” membuat Fox memutuskan untuk melanjutkan
franchise ini. Bukan perkara mudah lagi mengangkat novel fantasi ke film
setelah beberapa judul bisa dikatakan gagal di pasaran. Let’s take Eragon atau Narnia as examples. Selera pasar yang semakin susah dibaca,
menjadikan proyek semacam ini menjadi pertaruhan yang nilainya tidak sedikit.
So, here goes Percy Jackson: The Sea of Monsters (SoM),
tanpa sutradara Christopher Columbus yang spesialis film keluarga. Dengan
arahan Thor Freudenthal (yang juga cukup baik menangani proyek film keluarga,
seperti Diary of a Wimpy Kid dan Hotel for Dogs, meski belum sekelas
Columbus), most of the cast masih dipertahankan. Saya yang sangat menikmati
installment pertamanya sebagai tontonan fantasi yang seru dan menghibur,
setidaknya masih berharap menemukan fun yang sama di installment ini.
SoM rupanya sedikit berbeda
dengan LT. Tidak seperti ekspektasi awal saya, banyak unsur-unsur fun berkaitan
dengan teenage life, seperti tipsy, soundtrack-soundtrack yang lagi hits,
hilang begitu saja. Padahal menurut saya, unsur-unsur tersebut yang membuat
franchise Percy Jackson terasa lebih segar ketimbang cerita-cerita fantasi yang
berlatarkan mitologi Yunani sejenis yang sangat marak ketika installment
pertamanya rilis.
Jadi apa yang tersisa yang masih
bisa dinikmati dari SoM? Tentu saja, sajian petualangan seru masih mendominasi
durasi. Ada kejadian-kejadian seru dan gimmick-gimmick keren dari “dunia
antah-berantah” yang diperkenalkan di sini. Sedikit mengingatkan kita akan
formula franchise petualangan lain, terutama Harry Potter di beberapa adegan,
tetapi dibungkus dalam kemasan yang berbeda dan tetap keren. My favorite part,
of course, the trip with the Gray Sisters’ Chariot of Damnation. It’s fun,
wild, and exciting.
Kehadiran karakter-karakter baru,
seperti Tyson, half-brother Percy, Kronos, dan Clarisse, tampaknya tidak begitu
memberikan pengaruh impresi apa-apa bagi keseluruhan film. Bukan salah para
aktornya. Mungkin hanya porsinya dalam cerita yang kurang mendukung.
Overall, SoM masih merupakan
tontonan yang enjoyable di waktu
senggang. Meski tidak bisa dipungkiri, easily forgettable, even more than the
first installment.
The Casts
Tidak ada perubahan signifikan
dari ketiga pemeran karakter utama, Logan Lerman, Brandon T. Jackson, dan
Alexandra Daddario. But I have to admit, Daddario terlihat (dan juga terasa)
lebih menarik di sini. Mungkin faktor kedewasaan.
Di lini karakter baru, Douglas
Smith sebagai Tyson terasa yang paling menonjol. Selain karakteristiknya yang
memang menarik dan porsinya cukup banyak, Smith mampu membawakannya dengan
sangat baik. Sementara pemeran Kronos, Robert Knepper, terasa agak miscast.
Selain posturnya yang menurut saya tidak cocok, kharismanya sebagai villain
juga masih teramat sangat kurang. Untung saja pemilihan Leven Rambin sebagai Clarisse
terasa lebih fit in, meski belum bisa dikatakan berkarakter cukup kuat.
Di antara semua cast pendukung,
mungkin hanya nama Stanley Tucci yang paling senior. Meski perannya tidak
begitu banyak, namun kemunculannya cukup memberikan momen tersendiri.
Technical
Ada banyak penonton yang
mencemooh visual effect SoM. Di mata saya, memang sih banyak visual effect,
terutama tampilan pusaran air di Sea of Monster. But I won’t complain at all.
It’s not that bad anyway. In matter of fact, I like the monsters’ designs.
Terutama mechanical bull yang didesain dengan sangat keren.
Divisi sound effect menghasilkan
kualitas yang cukup baik untuk tipikal film aksi petualangan seperti ini. Tidak
luar biasa, tapi cukup menghidupkan adegan sebagaimana mestinya.
The Essence
Sama seperti filmnya sendiri,
everything isn’t always as bad as it looks.
They who will enjoy this the most
- Those who enjoyed the first installment
- Greek-mythology-based adventure story
- General audiences who seek for light entertainment, including kids below 10