The Jose Movie Review
Monsters University


Overview

Pixar adalah salah satu pionir animasi panjang 3D di dunia. Tak hanya itu, setiap karyanya jelas punya signature tersendiri dengan berbagai kelebihannya dibanding animasi 3D garapan studio sebelah. Yang paling terasa tentu saja ide cerita yang unik, kreatif, dan digarap dengan manis, serta menghibur untuk semua kalangan usia. Beberapa tahun belakangan jelas terasa ada kekendoran dalam signatural-signatural tersebut di karya-karya mereka. Let’s say Cars 2 dan Brave. Tak buruk memang, tapi image yang sudah terlanjur melekat itu mau tak mau menimbulkan ekspektasi yang cukup tinggi dari penonton, terutama fansnya. Tentu ini adalah sebuah beban bagi Pixar yang kadangkala ingin juga keluar dari pakemnya selama ini.

Monsters, Inc. (MI) mungkin bukan judul animasi paling populer di antara karya Pixar lainnya. Toy Story jelas yang terkuat. Up, Wall-E, The Incredibles, Finding Nemo, dan Cars bahkan masih di atas MI dari segi popularitas. Namun bagi saya pribadi, MI memiliki ide cerita yang brilian dan desain karakter yang keren, satu tingkat di bawah Toy Story di antara karya Pixar yang lain. That’s why ketika kabar prekuelnya tersiar, saya adalah salah satu yang paling antusias untuk melihat lagi Mike, Sulley, dan monster-monster lainnya di layar lebar.

Menilik ceritanya yang berlatar belakang dunia kampus, jelas ada banyak sekali unsur-unsur klise Hollywood khas film remaja yang dipakai di sini. Mulai dari nama-nama asrama berbau Yunani hingga yang paling penting, persaingan mahasiswa populer dan geek. Oh yes, Monsters University masih mengusung tema klasik film remaja : perjuangan seorang (atau sekelompok) geek dalam melakukan aksi social-climbing ke lingkungan yang populer. Namun penulis naskah Gerson-Baird-Scanlon berhasil merangkai tema klise tersebut dalam sebuah plot yang masih terasa menarik, fun, dan yang paling penting mampu membangkitkan nuansa warm dari karakter-karakter yang ada sehingga dengan mudah mengundang simpati penonton.

Kisah disampaikan dalam kemasan “scare game” yang sedikit banyak mengingatkan kita akan Harry Potter and the Goblet of Fire atau film Hindi Student of the Year. Cara yang cukup jitu dalam mendeliver cerita dengan sajian yang seru dan menghibur. Belum lagi berbagai jenis humor, mulai yang bersifat karakteristik, slapstick, hingga dialog, dilontarkan di sana-sini untuk menghibur berbagai kalangan usia penonton. Tak hanya anak-anak, remaja dan orang dewasa pun akan menikmatinya. Barangkali Pixar belajar dari animasi-animasi DreamWorks yang lebih menghibur (baca: lebih gokil) untuk golongan penonton yang tak lagi anak-anak. Bagi penonton anak-anak sekalipun, guyonan-guyonan MU masih aman dan menyisakan humor-humor ringan yang mudah dipahami oleh anak-anak. In short, Pixar kali ini memang terasa lebih banyak mengedepankan sisi menghibur untuk berbagai kalangan ketimbang sisi “manis” dan “pesan moral” seperti biasanya, namun tanpa menghilangkannya sama sekali. It really works.

Sisi “fun” dari film lantas mendadak berubah menjadi serius di seperempat terakhir film. Tentu saja perubahan yang cukup drastis ini membuat (bahkan) saya shock. Sekilas seolah merusak aura yang telah dibangun sejak awal. Namun mengikutinya hingga akhir, saya pun menyadari bagian itu memang harus ada untuk memberikan jalinan cerita (dan karakteristik) yang utuh. Untung saja MU menutup bagian ini dengan manis yang akhirnya membuat penonton tersenyum puas menyaksikan gelaran Pixar kali ini. Prosentase komposisi yang tak biasa dari Pixar namun masih efektif dan tentu saja masih sangat menghibur.

PS. : animated short sebelum film utama, Blue Umbrella manis dan cantik. Sedikit mengingatkan saya akan music video I Do-nya Colbie Caillat (termasuk musik pengiringnya). Jangan ketinggalan pula after credit yang gokil!

The Casts

Billy Crystal dan John Goodman kembali mengisi suara Mike dan Sulley dengan kualitas karakteristik serta chemistry yang sama kuat. Di lini karakter baru, jelas suara Helen Mirren sebagai Dean Hardscrabble terdengar paling khas dan sesuai dengan karakternya. Begitu pula Alfred Molina yang mengisi suara Professor Knight.

Technical

Animasi 3D Pixar tak perlu diragukan lagi, selalu setingkat lebih maju di tiap karyanya. Mulai tingkat kedetailan gambar hingga pergerakan yang semakin hidup. Unsur yang tak kalah menonjol di MU adalah sound yang remarkable dan semakin menghidupkan adegan-adegan ambience. Dukungan Dolby 7.1 (dan mungkin lebih lagi di tata suara Dolby Atmos) jelas termanfaatkan secara maksimal di tiap detail suaranya, termasuk score Randy Newman.

The Essence

Ada cukup banyak esensi yang bisa ditarik dari MU. Namun mengingat kesinambungan cerita dengan MI, saya menyukai yang satu ini : those who you think are your closest friends could be your worst enemy and otherwise, those who you hate the most could be your best friends one day. And above all, yang sedang aktual dengan keadaan saya sekarang: selalu ada cara untuk mencapai cita-cita meski tak sesuai rencana. Believe and make it happen (laaah….?!).

They who will enjoy this the most

  • Monsters, Inc.'s fans
  • Pixar's fans
  • General audiences, from toddlers, kids, teenagers, adults, to elderly
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.