3D
4/5
Adventure
Animation
Blockbuster
Box Office
Buddy
Comedy
Drama
Family
Fantasy
Franchise
Friendship
Hollywood
Kids
Monster
Pop-Corn Movie
Summer Movie
Teen
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Monsters University
Overview
Pixar adalah salah satu pionir
animasi panjang 3D di dunia. Tak hanya itu, setiap karyanya jelas punya
signature tersendiri dengan berbagai kelebihannya dibanding animasi 3D garapan
studio sebelah. Yang paling terasa tentu saja ide cerita yang unik, kreatif,
dan digarap dengan manis, serta menghibur untuk semua kalangan usia. Beberapa
tahun belakangan jelas terasa ada kekendoran dalam signatural-signatural
tersebut di karya-karya mereka. Let’s say Cars
2 dan Brave. Tak buruk memang,
tapi image yang sudah terlanjur melekat itu mau tak mau menimbulkan ekspektasi
yang cukup tinggi dari penonton, terutama fansnya. Tentu ini adalah sebuah
beban bagi Pixar yang kadangkala ingin juga keluar dari pakemnya selama ini.
Monsters, Inc. (MI) mungkin bukan judul animasi paling populer di
antara karya Pixar lainnya. Toy Story
jelas yang terkuat. Up, Wall-E, The Incredibles, Finding Nemo,
dan Cars bahkan masih di atas MI dari
segi popularitas. Namun bagi saya pribadi, MI memiliki ide cerita yang brilian
dan desain karakter yang keren, satu tingkat di bawah Toy Story di antara karya Pixar yang lain. That’s why ketika kabar
prekuelnya tersiar, saya adalah salah satu yang paling antusias untuk melihat
lagi Mike, Sulley, dan monster-monster lainnya di layar lebar.
Menilik ceritanya yang berlatar
belakang dunia kampus, jelas ada banyak sekali unsur-unsur klise Hollywood khas
film remaja yang dipakai di sini. Mulai dari nama-nama asrama berbau Yunani
hingga yang paling penting, persaingan mahasiswa populer dan geek. Oh yes, Monsters University masih mengusung tema
klasik film remaja : perjuangan seorang (atau sekelompok) geek dalam melakukan
aksi social-climbing ke lingkungan yang populer. Namun penulis naskah
Gerson-Baird-Scanlon berhasil merangkai tema klise tersebut dalam sebuah plot
yang masih terasa menarik, fun, dan yang paling penting mampu membangkitkan
nuansa warm dari karakter-karakter yang ada sehingga dengan mudah mengundang
simpati penonton.
Kisah disampaikan dalam kemasan
“scare game” yang sedikit banyak mengingatkan kita akan Harry Potter and the Goblet of Fire atau film Hindi Student of the Year. Cara yang cukup
jitu dalam mendeliver cerita dengan sajian yang seru dan menghibur. Belum lagi
berbagai jenis humor, mulai yang bersifat karakteristik, slapstick, hingga
dialog, dilontarkan di sana-sini untuk menghibur berbagai kalangan usia
penonton. Tak hanya anak-anak, remaja dan orang dewasa pun akan menikmatinya.
Barangkali Pixar belajar dari animasi-animasi DreamWorks yang lebih menghibur
(baca: lebih gokil) untuk golongan penonton yang tak lagi anak-anak. Bagi
penonton anak-anak sekalipun, guyonan-guyonan MU masih aman dan menyisakan
humor-humor ringan yang mudah dipahami oleh anak-anak. In short, Pixar kali ini
memang terasa lebih banyak mengedepankan sisi menghibur untuk berbagai kalangan
ketimbang sisi “manis” dan “pesan moral” seperti biasanya, namun tanpa
menghilangkannya sama sekali. It really works.
Sisi “fun” dari film lantas
mendadak berubah menjadi serius di seperempat terakhir film. Tentu saja
perubahan yang cukup drastis ini membuat (bahkan) saya shock. Sekilas seolah
merusak aura yang telah dibangun sejak awal. Namun mengikutinya hingga akhir,
saya pun menyadari bagian itu memang harus ada untuk memberikan jalinan cerita
(dan karakteristik) yang utuh. Untung saja MU menutup bagian ini dengan manis
yang akhirnya membuat penonton tersenyum puas menyaksikan gelaran Pixar kali
ini. Prosentase komposisi yang tak biasa dari Pixar namun masih efektif dan
tentu saja masih sangat menghibur.
PS. : animated short sebelum film
utama, Blue Umbrella manis dan
cantik. Sedikit mengingatkan saya akan music video I Do-nya Colbie Caillat (termasuk musik pengiringnya). Jangan
ketinggalan pula after credit yang gokil!
The Casts
Billy Crystal dan John Goodman
kembali mengisi suara Mike dan Sulley dengan kualitas karakteristik serta
chemistry yang sama kuat. Di lini karakter baru, jelas suara Helen Mirren
sebagai Dean Hardscrabble terdengar paling khas dan sesuai dengan karakternya.
Begitu pula Alfred Molina yang mengisi suara Professor Knight.
Technical
Animasi 3D Pixar tak perlu
diragukan lagi, selalu setingkat lebih maju di tiap karyanya. Mulai tingkat
kedetailan gambar hingga pergerakan yang semakin hidup. Unsur yang tak kalah
menonjol di MU adalah sound yang remarkable dan semakin menghidupkan
adegan-adegan ambience. Dukungan Dolby 7.1 (dan mungkin lebih lagi di tata
suara Dolby Atmos) jelas termanfaatkan secara maksimal di tiap detail suaranya,
termasuk score Randy Newman.
The Essence
Ada cukup banyak esensi yang bisa
ditarik dari MU. Namun mengingat kesinambungan cerita dengan MI, saya menyukai
yang satu ini : those who you think are your closest friends could be your
worst enemy and otherwise, those who you hate the most could be your best
friends one day. And above all, yang sedang aktual dengan keadaan saya
sekarang: selalu ada cara untuk mencapai cita-cita meski tak sesuai rencana.
Believe and make it happen (laaah….?!).
They who will enjoy this the most
- Monsters, Inc.'s fans
- Pixar's fans
- General audiences, from toddlers, kids, teenagers, adults, to elderly