4/5
Action
Adventure
Based on a Play
Blockbuster
Box Office
Buddy
Crime
Franchise
Oscar 2014
Reboot
Summer Movie
The Jose Movie Review
Western
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Lone Ranger (2013)
Overview
The Lone Ranger (TLR) bisa jadi adalah salah satu franchise tertua.
Berawal dari sandiwara radio di era 30-an, ia sudah pernah menjelma dalam
serial TV, novel, komik, hingga video game dan tentu saja
merchandise-merchandise. Bahkan ada yang berpendapat bahwa siapapun yang
mengenal dunia wild west, baik itu melalui film atau serial TV, ia mengenalnya
melalui TLR. Sayang, tema wild west yang semakin dijauhi studio (dan juga
penonton) beberapa tahun belakangan ini menjadikannya semakin dilupakan orang.
Apalagi adaptasi layar lebar terakhirnya, The
Legend of the Lone Ranger sudah 32 tahun yang lalu. Hasilnya dicaci maki
kritikus dan penonton pula. Sementara versi FTV terakhir tahun 2003 meski
dengan Chad Michael Murray sebagai pemeran utama namun tidak begitu dikenal.
So it’s about time and could be a
lil’ bit of gambling bagi Disney untuk kembali mengangkat karakter serta
universe TLR di tengah penonton yang lebih suka aksi superhero dengan special
effect modern gila-gilaan. Dana yang dianggarkan Disney pun tak main-main, US$ 250 juta! Maka pemilihan Johnny Depp dan Gore Verbinski untuk
membangun konsep teranyar TLR adalah strategi penting agar dilirik oleh
penonton modern. Merujuk pada kesuksesan franchise The Pirate of the Caribbean (PotC), kolaborasi keduanya mau tak mau
turut mempengaruhi hasil akhir dan juga ekspektasi penonton.
Dari trailernya saja sudah
terlihat bagaimana karakter legendaris Tonto dibawakan Johnny Depp dengan
banyak merujuk pada karakter Jack Sparrow. Mulai dari dandanan hingga gesture
meski tidak sama persis. Secara struktur cerita pun sebenarnya banyak mengikuti
gaya PotC. Gaya Gore Verbinski sebenarnya, jika kita juga memasukkan Rango sebagai referensi. Durasi yang
mulur hingga nyaris dua setengah jam bagi beberapa penonton mungkin terlalu
panjang apalagi pace-nya yang tidak melulu diisi adegan aksi spektakuler.
TLR memanfaatkan nyaris tiga
perempat durasinya untuk memberi ruang kedua karakter utamanya, Tonto dan John
Reid untuk mengembangkan karakter sekaligus naik-turun buddy-chemistry antara
saling dukung dan saling serang secara seimbang yang in my opinion, very
interesting. Sedikit mengingatkan chemistry antara Robert Downey Jr. dan Jude
Law di Sherlock Holmes versi Guy
Ritchie. Dibumbui dengan humor di mana-mana, mengalir lancar, namun tetap saja
bagi beberapa penonton terasa draggy terutama jika hanya melihat plot
kejar-kejaran dengan kelompok antagonis yang dipimpin Butch Cavendish saja. Alangkah
baiknya jika Anda menikmati saja alur dan gelaran humornya sepanjang durasi.
The best part dari TLR versi
terbaru tentu saja pada adegan aksi menjelang klimaks yang membangkitkan memori
saya akan keseruan dan keasyikan menonton film wild west (dengan bahasa saya
dulu ketika kecil, film koboi), baik dari segi gimmick-gimmick adegan hingga
terutama score William Tell Overture :
Finale dari Gioachino Rossini yang begitu legendaris. If you like the
adventure and action spirit from PotC (1-3), I can barely sure you will enjoy
this one too.
So as conclusion, I like this
version of TLR. Menghibur tak hanya dengan petualangan dan kelucuan khas Depp
dan Verbinski, namun juga kembali menghidupkan keseruan serta keasyikan
menonton film wild west klasik seperti dulu.
The Casts
Johnny Depp sekali lagi
memerankan karakter eksentris yang memang sudah menjadi pilihan jalan karirnya.
Tipikal terutama seperti Jack Sparrow, namun tetap appealing terutama bagi
fansnya. Tak seflamboyan Sparrow dan lebih serius. Sementara pendatang baru
yang selama ini hanya mendapatkan peran pendukung, Armie Hammer, cukup berhasil
menyeimbangkan kharisma Depp dan membangun buddy-chemistry yang kuat dengannya.
Banyak mengingatkan saya akan Bradley Cooper, but it’s okay.
William Fichtner yang kita kenal
lewat peran antagonis di serial Prison
Break berhasil menampakkan ke-fierce-an karakternya dengan sangat
meyakinkan. Aktor senior Tim Wilkinson juga tampil cukup mengesankan. Terakhir
Helena Bonham Carter yang porsinya tak banyak cukup mencuri perhatian penonton
berkat keeksentrikan karakter khasnya.
Technical
Fotografi dan sinematografi
merupakan kekuatan utama dari TLR. Angle-angle unik yang seolah seperti dibuat
dengan tujuan tampilan 3D digelar di mana-mana, lengkap dengan penempatan
opening title yang tak kalah uniknya.
Sementara teknis favorit saya
adalah sound design yang begitu detail dan terdengar begitu hidup. Dengarkan
suara ambience semilir angin yang menerbangkan pasir-pasir mengiringi dialog di
kota. Suara mesin kereta api, kaki kuda yang melaju, ledakan, tembakan,
semuanya terdengar renyah, mantap, namun jernih.
Score dari Hans Zimmer tak perlu
diragukan lagi baik dalam menghidupkan keseruan adegan maupun memberikan efek
berkelas. Ada beberapa yang mirip score PotC, terutama yang bernuansa sneaky,
serta modifikasi score asli TLR yang membawa penonton kembali ke pengalaman
wild west klasik.
The Essence
Latar belakang cerita TLR agaknya
masih relevan dengan keadaan masyarakat modern saat ini, terutama di Indonesia
yang seperti berkaca dari segi kondisi pola pikir masyarakat dan strategi
politisnya. Bagaimana pemerintah dan kapitalis menggunakan alasan pembangunan
untuk menguasai rakyat dan bagaimana reaksi rakyat dalam menyikapi keadaan
tertindasnya.
They who will enjoy this the most
- The original The Lone Ranger’s fans
- Wild west genre fans
- Johnny Depp’s fans
- General audiences who seek light and fun entertaining adventure
86th Annual Academy Awards nominee for
- Best Achievement in Makeup and Hairstyling - Joel Harlow and Gloria Pasqua Casny
- Best Achievement in Visual Effects - Tim Alexander, Gary Brozenich, Edson Williams, John Frazier
Lihat data film ini di IMDb.