4/5
Adventure
Buddy
Comedy
Drama
Friendship
Indonesia
Personality
Psychological
Road Trip
Teen
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Laura & Marsha
Overview
Road movie selalu seru untuk
diikuti, setidaknya ada bonus pemandangan-pemandangan indah seolah diajak
traveling kala menonton. Namun most of them selalu ada esensi tersendiri along
the way. Tak hanya di film, kehidupan nyata pun demikian. So road movie jelas
perlu untuk terus diproduksi dengan aneka bongkar-pasang elemen-nya. Tahun lalu
sinema kita punya Rayya – Cahaya di Atas
Cahaya, road movie dewasa yang mencoba puitis namun tetap mudah dimengerti
dengan membawa penontonnya perjalanan darat dari Jakarta ke Bali, maka tahun
ini ada road movie yang dikemas lebih ringan, fun, dan youth. Laura dan Marsha (LM) sebenarnya punya
formula yang cukup klasik untuk sebuah road movie : persahabatan sisterhood
yang bertahan di atas segala perbedaan, terutama perbedaan kepribadian dan
prinsip hidup. Apalagi background yang sering dipakai untuk tema road movie
karena memang menarik untuk diangkat : Eropa. Namun jika biasanya film-film
macam Eurotrip, Before Sunrise (dan sekuel-sekuelnya), dan masih banyak lagi yang
mengambil landmark-landmark negara besar di Eropa, LM malah memilih kota-kota
yang tak begitu banyak punya landmark terkenal, malah cenderung kota-kota kecil
: Amsterdam (Belanda), Bruhl (Jerman), Innsbruck (Austria), Verona (Italia),
dan Venice (Italia).
Sejak awal, penonton disuguhi
kehidupan Laura yang begitu kontras dengan Marsha. Singkatnya Laura hidup
teratur, sementara Marsha lebih bebas dan spontan. Alur pun bergulir lancar dan
menyenangkan berkat dialog-dialog celetukan cerdas dari keduanya, terutama
Marsha. Banyak sekali dialog yang quotable bertaburan sepanjang durasi.
Along the way, benturan-benturan
satu per satu yang semakin meruncingkan perbedaan keduanya. Dari sini terlihat
sekali konsep cerita utamanya (yakni persahabatan di atas perbedaan yang
kontras) digarap dengan sangat matang. Alhasil, kesemuanya berhasil mengalir
lancar, berarah jelas, dan nikmat diikuti. Hingga menjelang akhir pun
sebenarnya cukup memuaskan. Kelemahan terbesar memang adalah faktor “kebetulan”
yang kelewatan sehingga mengakibatkan kecenderungan tipikal sinetron atau FTV. Tetapi menurut saya itu
hanyalah merupakan side-story yang mendukung konsep cerita utama. I don’t mind
at all selama masih mampu men-drive cerita utama menjadi konsep yang kuat dan
solid.
Naskah Titien Wattimena yang
biasa tertata baik dan rapi berpadu debut penyutradaraan dari Dinna Jasanti,
menghasilkan LM tontonan yang berbobot namun terkemas ringan.
The Casts
Prisia Nasution (Laura) dan
Adinia Wirasti (Marsha) adalah irreplaceable cast di sini. Tidak ada yang lebih
cocok dalam menyatukan mereka dalam satu frame. Adinia charming dengan gayanya
yang signatural seperti biasa dan siapa yang meragukan pesona Prisia. Apalagi
adegan heartbreak yang sudah menjadi keahlian Prisia tanpa terkesan overdramatic
dan tearjerker. Chemistry yang terbangun pun terbangun dengan sangat asyik di
balik segala perbedaannya.
Technical
Dari hasilnya tentu dapat ditebak
konsep small crew untuk syuting di Eropa. Berbekal DSLR Canon 5D Mark II,
boomer, dan segala keterbatasan, LM mampu tampil cukup maksimal. Keindahan
kota-kota besar maupun kecil tertangkap dengan baik oleh kamera. Sinematografi
Roy Lolang yang lebih banyak handheld memang sesuai dengan konsep road movie
yang dinamis tanpa harus membuat pusing akibat shakey camera. Adegan
kejar-kejaran di hutan agak kurang nyaman dan kurang maksimal, untungnya tak
berlangsung lama. Konsistensi gambar di tiap negara juga beberapa kurang
terjaga. Di adegan gelap memang tidak sampai grainy, namun justru terjadi saat
adegan terang namun ramai dengan detail gambar. Untung saja tone warna sering
membantu mengangkat kualitas gambar sehingga overall di mata penonton awam
tidak begitu mengganggu.
Editing Aline Jusria yang dinamis
serta melibatkan desain grafis yang cantik melengkapi keindahan LM.
Kekuatan score Aghi Narottama dan
Bemby Gusti, pakar musik bernuansa European serta pilihan track pengiring dari
Diar (Antonius Mashdiarto Wiryanto), musisi Indonesia yang menetap di Jerman,
sangat asyik untuk mengiringi perjalanan darat, sesuai dengan konsep road
movie. Semoga saja album soundtracknya turut dirilis.
The Essence
Oh yes, perbedaan kepribadian ada
untuk saling melengkapi dan mendukung.
They who will enjoy this the most
- Best-friends
- Penonton yang suka dialog-dialog menggelitik nan cerdas
- Pecinta road movie
Lihat situs resmi film ini.