4.5/5
Artistic
Based on Book
Box Office
Drama
Hollywood
Oscar 2014
Personality
Romance
Socio-cultural
Summer Movie
The Jose Movie Review
Vintage
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Great Gatsby (2013)
Overview
Baz Luhrmann
adalah salah satu sutradara favorit saya karena selalu punya visi yang kuat di
setiap karyanya. Dia punya ciri khas tersendiri dan dia selalu tahu bagaimana
mengubah sebuah materi cerita sederhana menjadi visualisasi yang tampak
spektakuler. Tak banyak sutradara seperti ini di dunia. Karya-karyanya yang
terkenal dengan julukan “Ballroom Trilogy” : Strictly Ballroom, Romeo+Juliet,
dan Moulin Rouge tentu dapat mudah
dikenali style-nya. Hanya Australia
yang digarap dengan style sangat berbeda. Keempatnya gagal melewati gross
domestik US$100 juta ketika tayang di bioskop namun kesemuanya meraih
keuntungan berlipat-lipat secara worldwide, dan versi home videonya diburu
banyak kolektor. So jelas Baz Luhrmann sudah punya fanbase sendiri yang bisa
menikmati karya-karyanya. Batal menggarap Alexander
karena melihat kegagalan Oliver Stone menggarap film bertema sama, kini ia
mengangkat kisah dari novel Scott Fitzgerald bertajuk The Great Gatsby (GG).
GG sendiri
total baru lima kali diangkat ke format audio visual, baik layar lebar maupun
layar kaca, dimana versi yang paling memorable tentu saja ketika dibawakan oleh
pasangan Robert Redford dan Mia Farrow (1974). Maka versi Baz Luhrmann akan
menjadi versi ke-6 yang menjanjikan banyak hal, termasuk keterlibatan Leonardo
DiCaprio dan Carey Mulligan yang termasuk aktor-aktris papan atas Hollywood
saat ini.
Baz memikul
beban yang cukup berat untuk memuaskan ekspektasi banyak pihak, terutama
pembaca novel yang selama ini kerap susah untuk dipuaskan dengan versi adaptasi
layar lebar. Belum lagi penonton yang belum terbiasa dengan gaya penceritaan
Baz yang terkesan tertutupi oleh art directing dan visualisasi megah nan
glamour. Tak heran banyak kritik yang menilai GG versinya over the top atau
style over substance. Apapun kata kritik, saya tetap mengejarnya (apalagi
dengan jumlah layar yang sangat terbatas di kota saya).
So yes, GG
versi 2013 ini sangat Baz Luhrmann sekali. Bahkan struktur adegan yang
dihadirkan seolah template yang sangat mirip dengan yang pernah digunakannya
untuk Moulin Rouge. Dari awal kita
diajak masuk ke dunia seorang gentleman berkelas yang serba glamour dan penuh
pesta meriah. Di sinilah ke-khas-an Baz tereksploitasi dengan sempurna, sambil
penonton dibuat penasaran dengan sosok si Jay Gatsby dan motivasi-motivasinya.
Menginjak
paruh kedua baru kita dibawa ke inti cerita yang sebenarnya sederhana namun
lagi-lagi divisualisasikan dengan sangat grande oleh Baz Luhrmann, lengkap
dengan dukungan departemen art dan music yang sangat menonjol di tiap karyanya.
Klimaks hingga ending menyentuh dan mampu membuat saya berpikir tentang banyak
hal tentang esensi cerita.
Yes, as for
me, Baz Luhrmann lagi-lagi mampu menerjemahkan sebuah cerita cinta klasik
dengan latar sosial yang “sakit” dengan sangat luar biasa, sesuai ekspektasi
saya sebagai fan-nya. Mungkin terasa tak semegah Moulin Rouge (mungkin karena faktor genre musikal yang lebih cocok
memaksimalkan visi Baz), namun dalam delivering inti cerita, it’s still
spektakuler. Over the top? Yes so what? As we expected from Baz Luhrmann kan?
The Casts
GG sungguh
sebuah pack berisi dream cast. Leonardo DiCaprio tak perlu diragukan lagi
kharismanya yang sangat pas memerankan Jay Gatsby. Menurut saya semakin lama
semakin jelas bahwa DiCaprio adalah tipe aktor yang semakin kharismanya semakin
matang dan tampan seiring dengan usia, seperti halnya Richard Gere dan George
Clooney. Carey Mulligan pun memberikan performa yang tak kalah gemilangnya.
Tanpa banyak ekspresi berlebihan, ia mampu menunjukkan kesepian, kebahagiaan,
sekaligus kegundahan pada saat yang sama.
Tobey
Maguire sedikit mengingatkan karakter Christian (Ewan McGregor) di Moulin Rouge, terutama fungsinya yang
sekaligus narator cerita. But he’s living his own character to Nick Carraway.
Elizabeth Debicki (Jordan Baker) cukup mencuri perhatian meski porsinya tak
banyak. Joel Edgerton selaku antagonis tampil komikal ala The Duke sekaligus
serius dengan seimbang. Penampilan Amitabh Bachchan turut memberi warna
tersendiri.
Technical
Departemen
art, meliputi properti, kostum, dan lokasi selalu menjadi perhatian terbesar
Baz di film-filmnya. Elemen-elemen inilah yang selalu berhasil membangun
universe cerita di tiap filmnya, termasuk GG. Apalagi konsep 3D yang sengaja
digunakan untuk lebih menghidupkan dunia Gatsby dan New York era 20’an.
Film-film
Baz tak pernah luput dari peran music yang dipilih dan dimix dengan unik. Kali
ini ia meramu New York era 20’an yang merupakan golden times buat Jazz dengan
sentuhan modern, seperti R&B, hip-hop, techno, bahkan rock. Tak heran
mengingat Jay-Z duduk di bangku produser sehingga pengaruhnya terasa sekali.
Bagi beberapa orang terutama yang konservatif dalam menikmati film, dalam arti misalnya
jika film bersettingkan tahun 20’an maka semua unsurnya harus sesuai jamannya,
tentu akan mengernyitkan dahi dan mencaci maku duluan. Namun jika Anda
membiarkan Baz berkreasi sesuka hati dalam membangun dunianya (sama halnya
dengan “kegilaan” selera Quentin Tarantino dalam memadu-madankan music) dan
sekedar menikmatinya tanpa banyak berpikir logika, it’s a lot of fun. Stylishly
fun and fresh.
Tentu saja
dari kesemua nomor-nomor cantik yang dipilih untuk mengiringi sepanjang durasi,
Young and Beautiful-nya Lana Del Ray
ditempatkan pada adegan yang sangat pas sehingga mudah untuk terus menempel di
otak, selain tentu saja tune-nya yang memang sangat ear-catchy. Selain dari
itu, mulai Will.I.Am, Andre 3000 (Outkast), Beyonce, Fergie, hingga Jack White,
Gotye, Sia, dan Florence and the Machine, menyatu dengan adegan-adegan yang ada
sepanjang hampir dua setengah jam.
The Essence
Apa yang
menjadi pandangan umum dan diyakini mayoritas belum tentu benar. Jay Gatsby memberikan gambaran true gentlemen di tengah kondisi sosial yang kacau.
They who will enjoy this the most
- Baz Luhrmann’s fans
- The novel’s fans
- Penonton yang menyukai kisah berlatar kondisi sosial masyarakat
- General audience
86th Annual Academy Awards nominee for
- Best Achievement in Costume Design - Catherine Martin
- Best Achievement in Production Design - Catherine Martin and Beverley Dunn
Lihat data film ini di IMDb.