3D
4.5/5
4DX
Action
Adventure
Based on Book
Blockbuster
Box Office
Fantasy
Franchise
Hollywood
leadership
Pop-Corn Movie
Psychological
quotebanner
SciFi
Superheroes
The Jose Flash Review
War
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Captain America: Civil War
Kesuksesan Marvel (di bawah
kendali Disney) merangkai konsep besar Marvel Cinematic Universe alias MCU
terus-terusan diraih. Khusus menjelang summer tahun ini, Marvel berani
terang-terangan head-to-head dengan pesaingnya dengan jadwal rilis yang hanya
sekitar satu bulan setelah most-anticipated DC’s installment, Batman v Superman: Dawn of Justice (BvS).
Bahkan konsep ‘versus’ terkesan mirip. Jika Batman melawan Superman di BvS,
maka Marvel memasang Captain America untuk kontra Iron-Man di Captain America: Civil War (CACW).
Penonton awam sekalipun hampir pasti akan membandingkan keduanya. Tentu
jawabannya mana yang lebih baik, terutama akan tergantung terhadap tingkat
familiaritas tiap penonton atas masing-masing franchise. Sisanya, urusan
selera. Meski mengusung tema yang lebih cocok menyandang titel The Avengers, installment ini memakai
judul Captain America. Keputusan ini
bukan tanpa alasan. Dimotori oleh Anthony & Joe Russo yang sudah duduk di
bangku sutradara sejak Captain America:
The Winter Soldier, serta penulis naskah, Christopher Markus & Stephen
McFeeiy yang juga sudah di-hire sejak Captain
America: The First Avenger, seharusnya tak ada yang perlu dicemaskan dengan
CACW.
Pasca Avengers: Age of Ultron, tim Avengers mendapatkan kecaman dari PBB
yang menginginkan Avengers bertindak sesuai persetujuan mereka, tidak lagi
menjadi badan independen. Pasalnya, ada banyak peristiwa yang menewaskan banyak
korban tak bersalah akibat aksi mereka menumpas musuh-musuh. Sebagai investor
dan founder, Tony Stark memilih untuk ‘main aman’ dan berniat menanda-tangani
perjanjian dengan PBB. Sebaliknya, Steve Rogers merasa timnya harus bertindak
secara independen, tanpa intervensi pihak manapun. Perpecahan kubu pun terjadi.
Natasha Romanoff (Black Widow), James Rhodes (War Machine), T’challa (Black
Panther), dan Vision memilih berpihak pada Tony, sementara Sam Wilson (Falcon)
dan Wanda Maximoff (Scarlet Witch) sependapat dengan Rogers. Untuk memperkuat
kubu, Rogers memanggil Scott Lang (Ant-Man) dan Clint Barton (Hawkeye) yang
telah pensiun. Stark tak mau kalah. Ia merekrut pemuda bernama Peter Parker
yang video aksinya sebagai Spider-Man menjadi viral. Sementara itu Rogers
menduga ada konspirasi di balik serangan-serangan yang menyulut kecaman PBB. Terlebih
setelah dari kamera pengamanan, muncul sosok Bucky Barnes alias Winter Soldier
yang ada di TKP.
CACW tentu tak butuh basa-basi
untuk memperkenalkan tiap karakter yang menjejali installment ini. Ia langsung
masuk ke konflik utama yang jika ditelaah, mengusung beberapa isu sekaligus:
perseteruan akibat perbedaan pendapat antara kubu Stark dan Rogers. Konflik ini
mempertajam karakter masing-masing, beserta dengan seluruh anggota kubunya.
Even further, bisa jadi analisis gaya leadership. Lalu, isu mana yang lebih
penting: membiarkan korban collateral damage berjatuhan demi menghindarkan
bencana dengan korban yang jauh lebih banyak, atau sebaliknya. Keputusan dengan
beban moral yang sedikit mengingatkan saya akan tema serupa di Eye in the Sky. Terakhir, isu dendam
yang alih-alih menyelesaikan masalah, justru memperburuk segalanya. Ketiga isu
ini terjalin saling mendukung dengan porsi seimbang dan sama-sama terasa kuat.
Kudos to duo screenwriter yang telah menulis naskah CACW secara efektif. Juga,
naskah berhasil membuat semua karakter dari kedua buku punya porsi yang
seimbang. Tak ada yang terasa kalah porsi ketimbang yang lain. Penonton manapun
punya alasan jelas untuk mengidolakan salah satu dari mereka atau kesemuanya
sekalipun.
Sedangkan elemen yang tak kalah
pentingnya adalah pengarahan Russo Brothers yang menerjemahkan naskah padat dan
bold itu menjadi sebuah experience action-adventure khas MCU yang fun untuk
range usia penonton seluas-luasnya, tanpa kehilangan esensi-esensi dari
naskahnya. For that purpose, they did it. Even much better than ever in the
MCU, so far. Saya sangat menikmati berbagai adegan aksi dan perang yang tak
hanya eye-candy, tapi juga terkesan a lot of fun. Mulai adegan pertarungan
pembuka, pertarungan akbar antara dua kubu di bandara yang begitu akbar dan so
much fun, sampai pertarungan head-to-head di klimaks yang thought-provoking.
Belum lagi elemen dari soon-to-be-Spider-Man-reboot yang exciting. Durasi yang nyaris dua setengah jam tak
terasa sama sekali. So many fun elements were stuffed here.
Aktor-aktris yang sudah mengisi
peran masing-masing sejak lama, seperti Chris Evans, Robert Downey, Jr.,
Scarlett Johansson, Anthony Mackie, Don Cheadle, Jeremy Renner, Paul Bettany,
Elizabeth Olsen, dan Paul Rudd, masih tampil semeyakinkan sebelum-sebelumnya.
Mungkin Evans dan Downey, Jr. yang terasa sedikit lebih menonjol berkat
momen-momen emosional penting yang begitu berhasil dihadirkan. Sebastian Stan
sebagai Winter Soldier juga sedikit mengalami perkembangan yang cukup banyak,
terutama dari segi emosional, dibandingkan di Captain America: The Winter Soldier, apalagi di Captain America: The First Avenger.
Daniel Brühl sebagai karakter antagonis, Zemo, menghadirkan kharisma villain
yang kuat dan manipulatif. Chadwick Boseman sebagai T’Challa alias Black Panther,
melengkapi jajaran karakter superhero di MCU yang menarik untuk disimak sepak
terjangnya. Tom Holland sebagai the brand new Peter Parker alias Spider-Man
terbukti mematahkan kecemasan saya. Ia lebih berhasil mendekati karakter Peter
Parker di komik The Amazing Spider-Man
daripada Andrew Garfield. And Aunt May… Gosh, akhirnya karkternya ikut-ikutan
dibikin fun. Tak lagi nenek-nenek tak berdaya. I definitely want to see more
Marisa Tomei as Aunt May!
Tak perlu meragukan lagi teknis
dari CACW yang sudah pasti memanjakan indera penglihatan dan indera
pendengaran. Mulai sinematografi Trent Opaloch yang mendukung adegan-adegan
aksi terasa begitu dinamis dan fun. Didukung pula editing Jeffrey Ford-Matthew
Schmidt yang mampu menjaga pace cerita tak membosankan dengan jejalan isu-isu
yang diselipkan, bisa dipahami dengan mudah oleh penonton dari range usia
manapun, dan yang terpenting, terasa begitu kuat dalam benak penonton. Scoring
dari Henry Jackman yang sudah seperti pakarnya modern action-adventure, semakin
menambah taste keseruan tiap adegan, pun juga emosional ketika dibutuhkan.
Fasilitas surround dimanfaatkan pula secara maksimal dengan begitu powerful.
Jika Anda memilih format 4DX 3D,
maka CACW menawarkan experience yang benar-benar berbeda dibandingkan format
biasa. Seat motions yang bekerja begitu presisi, tak terasa berlebihan, dan
yang paling bikin terasa maksimal adalah sinematografi dan editingnya yang
begitu mendukung. Rasakan pertarungan satu lawan satu yang melibatkan hantaman
dan tendangan, kejar-kejaran, terbang bak Falcon, melesat bak Ant-Man, serta
berayun-ayun bak Spider-Man. Water spray dari depan untuk adegan hantaman dan
tendangan, ankle water spray yang cukup banyak memberikan efek kejut yang
menyenangkan. Tak ketinggalan asap, kilatan cahaya, serta scorch aroma. I have
to admit, the best 4DX 3D experience I’ve ever had so far!
Jujur, saya sebenarnya tak begitu
into MCU, yang menurut saya tak lebih dari sekedar fun experience yang juga tak
begitu kuat berkesan dalam benak saya. Tapi kali ini saya harus mengakui
ke-solid-an konsep besar MCU yang (akhirnya) mampu menyeimbangkan unsur fun
dengan esensi cerita yang berbobot. Unsur fun-nya pun jauh lebih memorable
ketimbang installment-installment MCU sebelumnya. The most awesome, fun, and
thought-provoking movie in the MCU so far. Wajib bagi siapapun yang mengaku
moviegoers. Lebih wajib lagi bagi yang mengikuti film-film MCU. Oya, tak lupa
mengingatkan. Seperti film-film MCU lainnya, CACW punya dua aftercredit yang
sama-sama menarik. Jadi jangan sampai buru-buru keluar dari teater!
Lihat data film ini di IMDb.