3D
4/5
Action
Adventure
Based on Book
Fable
Fantasy
Franchise
Hollywood
Oscar 2015
pop
Pop-Corn Movie
Rivalry
SciFi
Summer Movie
The Jose Movie Review
War
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Guardians of the Galaxy
Overview
Marvel Enterprise terus melebarkan
sayapnya di dunia sinema, terutama setelah dibeli oleh Disney, dan selalu
meraup keuntungan yang luar biasa di setiap installment-nya. Salah satu
faktornya bisa jadi adalah konsep besar yang mana mengindikasikan bahwa cerita
dan karakter-karakter di dalamnya berada di dalam sebuah universe yang sama,
dan saling “mempromosikan” dalam bentuk after credit scene. Mungkin sebenarnya
tak secara langsung berkaitan, tapi berada dalam sebuah universe yang sama bisa
jadi keuntungan. Setidaknya penonton akan selalu penasaran. Terbukti strategi
ini sangat berhasil. Di samping tentu saja kualitas per film yang memang
digarap dengan sangat baik.
Teaser Guardians of the Galaxy (GotG) sendiri sempat muncul di after
credit Thor: The Dark World tahun
lalu. Namun tak banyak informasi jelas saat itu, apalagi bagi penonton yang
belum mengenal kisah GotG. Jawaban jelas baru muncul ketika GotG akhirnya
dirilis ke pasaran. Sedikit berbeda dengan kisah-kisah superhero Marvel yang
tergabung dalam The Avengers, GotG
lebih berfokus pada kisah luar angkasa seperti Star Wars. Tiga perempat film bersettingkan di luar angkasa dan
planet-planet lain yang mau tidak mau mengingatkan saya akan planet Naboo dan
Tatooine dari seri Star Wars, serta
kota masa depan yang pernah ditunjukkan di Star
Trek versi J. J. Abrams. Begitu juga dengan desain-desain karakter yang
jelas-jelas bak perpaduan dari dua franchise luar angkasa akbar itu. Yang
membedakan adalah nuansa cerita yang lebih mendekati kebanyakan cerita Marvel
lainnya; fun, tidak terlalu serius, dan seru. Jadilah GotG hiburan yang fresh
di genre fantasy-sci-fi- adventure.
Cerita GotG sendiri sebenarnya
tergolong sederhana dan cukup cliché di genre sci-fi adventure. Sekelompok
bounty hunter yang masing-masing punya kepentingan sendiri, harus bekerja sama
agar bisa mendapatkan sebuah orb yang juga menjadi rebutan banyak pihak. Belum
lagi ternyata ada sosok villain yang ikut memburu dan tak segan-segan
menghabisi siapa saja yang menghalangi, dengan tujuan utama, apalagi kalau
bukan menguasai alam semesta. Jelas cerita yang sudah berkali-kali diangkat dan
merupakan campur-aduk dari berbagai cerita yang sudah ada, bisa jadi biasa saja
jika treatment-nya tidak istimewa. Untungnya tim penulis GotG mampu meramu
kisah sederhana tersebut menjadi kisah yang menarik untuk diikuti. Kekuatan
utama jelas pada desain karakter-karakter yang kuat, unik, punya porsi yang
pas, dan mampu dihidupkan dengan sangat baik oleh tiap cast-nya.
James Gunn pun mampu memvisualisasikan
konsep besar cerita dengan segar, seru, menyenangkan, dan jauh dari kesan
membosankan meski punya durasi yang lumayan panjang untuk tipe film sejenis.
Belum lagi pemilihan soundtrack lagu-lagu dari era 70-80’an yang nge-blend
dengan nuansa film secara keseluruhan, dan menjadikannya ke-khas-an tersendiri
bagi franchise GotG.
The Casts
Sebagai karakter utama, Chris Pratt
yang sebelumnya tidak terlalu populer dan hanya mengisi peran-peran pendukung,
tak disangka-sangka mampu tampil remarkable. Karakter Peter Quill yang komikal
tapi juga kick-ass berhasil dihidupkannya dengan sempurna. Begitu juga dengan
Zoe Saldana yang sekali lagi harus berada di balik kulit berwarna (dari biru di
James Cameron’s Avatar menjadi hijau
di sini), membuktikan diri bahwa dia memang bagus dalam memerankan karakter
kick-ass chick. Bradley Cooper meski hanya melalui suara juga berhasil mencuri
perhatian lewat karakter Rocket. Sementara karakter Groot jelas banyak menjadi
favorit penonton berkat karakteristiknya, ditambah suara Vin Diesel yang meski
hanya melafalkan dua kata: “I’m Groot”.
Strategi yang bagus untuk mengisi
peran-peran pendukung dengan nama-nama terkenal. Dengan mudah penampilan mereka
menarik perhatian meski porsinya sangat sedikit. Sebut saja Benecio Del Toro,
Glenn Close, dan John C. Reilly. Alhasil kehadiran karakter-karakter mereka
juga ikut diingat dengan mudah oleh penonton.
Technical
Sebagai sebuah fantasy sci-fi, GotG
jelas butuh desain produksi yang mumpuni. Meski mengingatkan akan berbagai
universe sci-fi fantasy lainnya, Charles Wood mampu membangun universe GotG
tetap menjadi unik dengan warna-warni yang lebih cerah. Didukung pula
sinematografi Ben Davis yang mampu merekam semuanya dengan cantik dan sesuai
dengan kebutuhan. Tata suara yang mendukung keseruan adegan juga turut
memberikan sumbangsih yang cukup besar dalam menghidupkan film. Termasuk efek
surround yang dimanfaatkan secara maksimal.
Gimmick 3D yang ditawarkan pun termasuk
impressive. Depth-nya sangat terasa dengan beberapa adegan pop-out yang memanjakan
mata. Namun trik 3D yang paling berhasil adalah adegan-adegan yang di-shot
begitu dekat dengan objek sehingga seringkali memberikan efek pop-out ke arah
penonton. Sangat worth to try.
Pemilihan musik era 70-80’an sangat
tepat untuk mengiringi cerita yang ceria dan “berwarna-warni”. Hasilnya sebuah
paket hiburan yang segar. Di sisi lain, lagu-lagu yang sempat populer di eranya
seperti Hooked on a Feeling, Cherry Bomb, Ain’t No Mountain High Enough, dan I Want You Back jadi populer lagi dan tak terasa seperti lagu-lagu
jadul.
The Essence
Selalu ada tujuan tertentu lainnya yang
jauh lebih besar dan hanya bisa dicapai jika bersatu dan saling bekerja sama,
ketimbang hanya memprioritaskan motif pribadi masing-masing.
They who will enjoy this the most
- Sci-fi fantasy adventure’s fans
- Marvel Universe’s fans
- The original comic book’s fans
- General audiences who seek for an exciting entertainment
The 87th Annual Academy Awards nominee(s) for
- Best Achievement in Makeup and Hairstyling
- Best Achievement in Visual Effects