3.5/5
Action
Comedy
Crime
Drama
Family
Hindi
Politic
Pop-Corn Movie
Psychological
Remake
Romance
Socio-cultural
The Jose Movie Review
Thriller
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Jai Ho
Overview
Salman Khan adalah seorang aktor legendaries
Bollywood era ini, sama seperti SRK di era 90-an. Jika SRK punya image
spesialis drama romantis, Salman Khan lebih dikenal karena film-film action
yang pure for entertainment only dan konon menurut beberapa orang, brainless.
Tak salah jika ada dua kubu yang punya jumlah sama banyaknya, bahkan di India
sendiri: fans dan haters. Tidak ada yang salah dengan film-film jenis ini,
selama masih mampu menghibur penonton. Setidaknya masih memiliki alur cerita
yang masih tertata baik, meski repetitif ataupun klise, sah-sah saja. Di mata
saya, meski memiliki premise yang sudah sering diangkat terutama oleh Hollywood dan kebanyakan adegan yang comot sana-sini,
film-film Bollywood, yang bergenre brainless action sekalipun, tetap memiliki
kedalaman tersendiri. Baik dari segi esensi cerita maupun keberhasilannya dalam
menggugah emosi penonton. Tak terkecuali dengan filmografi Salman terbaru, Jai Ho yang disutradarai oleh adik
kandungnya sendiri, Sohail Khan.
Bukan, Jai Ho
sama sekali tidak ada hubungannya dengan soundtrack dari film Slumdog Millionaire yang versi Bahasa
Inggris-nya dibawakan oleh Pussycat Dolls. Dalam dunia hiburan Bollywood,
adalah hal yang biasa jika sebuah film memiliki judul yang sama dengan judul
lagu dari film lain. Contoh kasus sebelumnya adalah Koi Mil Gaya, film tahun 2003 yang juga merupakan salah satu judul
lagu dari soundtrack film Hindi fenomenal, Kuch
Kuch Hota Hai (1998). Tak berbeda dengan film-film aksi Salman sebelumnya
seperti Dabangg, Readyy, dan Bodyguard, Jai Ho juga menyajikan aksi yang
beberapa terkesan mustahil (terutama karena aksi one-man-show Salman Khan yang
seolah-olah die hard) sebagai porsi terbesarnya. Hanya saja kali ini didominasi
oleh adegan aksi tangan kosong dan beberapa dengan senjata seadanya. Brutal,
diedit dengan rapi sehingga menimbulkan efek empati tersendiri bagi penonton,
fast-paced, dan memicu adrenalin penonton dengan cukup maksimal.
Soal cerita, Jai
Ho mengusung premise yang sangat simple, sesuai dengan tujuannya agar bisa
dinikmati segala lapisan masyarakat (India, khususnya). Diangkat dari
film berbahasa Telugu, Stalin: Man for
the Society, Jai Ho sedikit
mengingatkan akan premise film Hollywood Pay
It Forward tahun 2000 yang dibintangi Kevin Spacey dan Haley Joel Osment,
ditambah bumbu-bumbu politik otoriter, serta sosial yang luckily memiliki
persamaan dengan kondisi di Indonesia, jadilah Jai Ho sajian lengkap seperti film-film Bollywood lainnya. Tak
ketinggalan tentu saja humor-humor slapstick dan tarian-nyanyian yang sering
dikeluhkan penonton umum (di Indonesia). Bagi yang tak keberatan atau malah
sangat menikmatinya, seperti saya sendiri, maka Jai Ho bisa jadi sajian penyentil isu politik dan sosial dengan
cara yang sangat sangat menghibur. Bayangkan Anda dihidangkan adegan-adegan
brutal melawan pejabat yang selalu membuat Anda sebal setiap hari. Seperti
itulah fun dan gregetnya menonton Jai Ho.
Durasinya yang tergolong di bawah standar durasi film
Bollywood kebanyakan, yaitu ‘hanya’ 145 menit, membuatnya tak begitu terasa,
meski harus diakui ada beberapa adegan repetisi meski disampaikan oleh
karakter-karakter yang berbeda. Lagu-lagu yang ditampilkan memang terasa biasa
saja, tidak begitu memikat, namun tarian-tariannya tetap indah untuk
disaksikan.
The Casts
Sekali lagi Salman Khan memerankan karakter bad-ass
namun berhati mulia. Di satu saat dia tampak beringas bak hewan buas, di saat
yang lain ia mampu membuat penonton tersentuh oleh perbuatan-perbuatan mulia
atau quote-quote yang dilontarkan karakternya. Tak istimewa, namun juga tidak
bisa dikatakan buruk. He’s just becoming the way he used to be.
Pendatang baru, Daisy Shah dengan fisik yang luar
biasa mempesona dan kemampuan tarian yang membius pandangan mata, jelas tidak
bisa diremehkan begitu saja. Meski belum menunjukkan performa terbaik dan
tergolong bermain aman, Daisy menunjukkan bakat yang bersinar. Begitu juga
dengan Haroon Qazi yang menampilkan pertarungan one-on-one dengan Salman di
menjelang klimaks film dalam kondisi bare-chested.
Tabu yang pernah kita saksikan aktingnya di Life of Pi sekali lagi memerankan wanita
matang yang bijaksana. Jangan lupakan banyaknya wajah-wajah populer pengisi
karakter figuran yang menjadi hiburan tersendiri bagi yang mengenalnya. Sebut
saja Genelia D’Souza, Vikas Bhalla, Mahesh Manjrekar, Mohnish Behl, Danny
Denzogpa, Mukul, Tulip Joshi, Varun Badola, Aditya Pancholi, Pulkit Samrat, Sudesh
Lehri dan tentu saja, Suniel Shetty.
Technical
Adegan-adegan aksi tangan kosong yang brutal diedit
dengan ketepatan timing dan sound effect yang dahsyat sehingga menghasilkan
adegan-adegan thrilling pemicu adrenalin. Sinematografi pun memikat dengan
membidik setting-setting indah, seperti latar adegan-adegan tari dan
kejar-kejaran di tengah hiruk pikuk kota
dan latar adegan pertarungan.
Kalaupun ada kekurangan, mungkin datangnya dari tone
warna yang kurang terasa sinematik jika tidak ingin dikatakan bernuansa FTV.
The Essence
Tak perlu cara yang muluk-muluk untuk mengabdi pada
masyarakat dan membuat perubahan. Hal sekecil menularkan semangat kebaikan saja
sudah lebih dari cukup. Seperti reaksi obat, mungkin hasilnya tidak bisa
dirasakan secepat penyakit yang menyebar, tapi sekecil apapun itu pasti
menimbulkan efek. Sooner or later.
They who will enjoy this the most
- Hindi movie audiences
- Salman Khan’s fans
- Penonton yang memendam kekesalan terhadap pejabat otoriter yang memperburuk kondisi sosial masyarakat
Lihat data film ini di IMDb.