The Jose Movie Review
Jai Ho



Overview

Salman Khan adalah seorang aktor legendaries Bollywood era ini, sama seperti SRK di era 90-an. Jika SRK punya image spesialis drama romantis, Salman Khan lebih dikenal karena film-film action yang pure for entertainment only dan konon menurut beberapa orang, brainless. Tak salah jika ada dua kubu yang punya jumlah sama banyaknya, bahkan di India sendiri: fans dan haters. Tidak ada yang salah dengan film-film jenis ini, selama masih mampu menghibur penonton. Setidaknya masih memiliki alur cerita yang masih tertata baik, meski repetitif ataupun klise, sah-sah saja. Di mata saya, meski memiliki premise yang sudah sering diangkat terutama oleh Hollywood dan kebanyakan adegan yang comot sana-sini, film-film Bollywood, yang bergenre brainless action sekalipun, tetap memiliki kedalaman tersendiri. Baik dari segi esensi cerita maupun keberhasilannya dalam menggugah emosi penonton. Tak terkecuali dengan filmografi Salman terbaru, Jai Ho yang disutradarai oleh adik kandungnya sendiri, Sohail Khan.
Bukan, Jai Ho sama sekali tidak ada hubungannya dengan soundtrack dari film Slumdog Millionaire yang versi Bahasa Inggris-nya dibawakan oleh Pussycat Dolls. Dalam dunia hiburan Bollywood, adalah hal yang biasa jika sebuah film memiliki judul yang sama dengan judul lagu dari film lain. Contoh kasus sebelumnya adalah Koi Mil Gaya, film tahun 2003 yang juga merupakan salah satu judul lagu dari soundtrack film Hindi fenomenal, Kuch Kuch Hota Hai (1998). Tak berbeda dengan film-film aksi Salman sebelumnya seperti Dabangg, Readyy, dan Bodyguard, Jai Ho juga menyajikan aksi yang beberapa terkesan mustahil (terutama karena aksi one-man-show Salman Khan yang seolah-olah die hard) sebagai porsi terbesarnya. Hanya saja kali ini didominasi oleh adegan aksi tangan kosong dan beberapa dengan senjata seadanya. Brutal, diedit dengan rapi sehingga menimbulkan efek empati tersendiri bagi penonton, fast-paced, dan memicu adrenalin penonton dengan cukup maksimal.
Soal cerita, Jai Ho mengusung premise yang sangat simple, sesuai dengan tujuannya agar bisa dinikmati segala lapisan masyarakat (India, khususnya). Diangkat dari film berbahasa Telugu, Stalin: Man for the Society, Jai Ho sedikit mengingatkan akan premise film Hollywood Pay It Forward tahun 2000 yang dibintangi Kevin Spacey dan Haley Joel Osment, ditambah bumbu-bumbu politik otoriter, serta sosial yang luckily memiliki persamaan dengan kondisi di Indonesia, jadilah Jai Ho sajian lengkap seperti film-film Bollywood lainnya. Tak ketinggalan tentu saja humor-humor slapstick dan tarian-nyanyian yang sering dikeluhkan penonton umum (di Indonesia). Bagi yang tak keberatan atau malah sangat menikmatinya, seperti saya sendiri, maka Jai Ho bisa jadi sajian penyentil isu politik dan sosial dengan cara yang sangat sangat menghibur. Bayangkan Anda dihidangkan adegan-adegan brutal melawan pejabat yang selalu membuat Anda sebal setiap hari. Seperti itulah fun dan gregetnya menonton Jai Ho.
Durasinya yang tergolong di bawah standar durasi film Bollywood kebanyakan, yaitu ‘hanya’ 145 menit, membuatnya tak begitu terasa, meski harus diakui ada beberapa adegan repetisi meski disampaikan oleh karakter-karakter yang berbeda. Lagu-lagu yang ditampilkan memang terasa biasa saja, tidak begitu memikat, namun tarian-tariannya tetap indah untuk disaksikan.

The Casts

Sekali lagi Salman Khan memerankan karakter bad-ass namun berhati mulia. Di satu saat dia tampak beringas bak hewan buas, di saat yang lain ia mampu membuat penonton tersentuh oleh perbuatan-perbuatan mulia atau quote-quote yang dilontarkan karakternya. Tak istimewa, namun juga tidak bisa dikatakan buruk. He’s just becoming the way he used to be.
Pendatang baru, Daisy Shah dengan fisik yang luar biasa mempesona dan kemampuan tarian yang membius pandangan mata, jelas tidak bisa diremehkan begitu saja. Meski belum menunjukkan performa terbaik dan tergolong bermain aman, Daisy menunjukkan bakat yang bersinar. Begitu juga dengan Haroon Qazi yang menampilkan pertarungan one-on-one dengan Salman di menjelang klimaks film dalam kondisi bare-chested.
Tabu yang pernah kita saksikan aktingnya di Life of Pi sekali lagi memerankan wanita matang yang bijaksana. Jangan lupakan banyaknya wajah-wajah populer pengisi karakter figuran yang menjadi hiburan tersendiri bagi yang mengenalnya. Sebut saja Genelia D’Souza, Vikas Bhalla, Mahesh Manjrekar, Mohnish Behl, Danny Denzogpa, Mukul, Tulip Joshi, Varun Badola, Aditya Pancholi, Pulkit Samrat, Sudesh Lehri dan tentu saja, Suniel Shetty.

Technical

Adegan-adegan aksi tangan kosong yang brutal diedit dengan ketepatan timing dan sound effect yang dahsyat sehingga menghasilkan adegan-adegan thrilling pemicu adrenalin. Sinematografi pun memikat dengan membidik setting-setting indah, seperti latar adegan-adegan tari dan kejar-kejaran di tengah hiruk pikuk kota dan latar adegan pertarungan.
Kalaupun ada kekurangan, mungkin datangnya dari tone warna yang kurang terasa sinematik jika tidak ingin dikatakan bernuansa FTV.

The Essence

Tak perlu cara yang muluk-muluk untuk mengabdi pada masyarakat dan membuat perubahan. Hal sekecil menularkan semangat kebaikan saja sudah lebih dari cukup. Seperti reaksi obat, mungkin hasilnya tidak bisa dirasakan secepat penyakit yang menyebar, tapi sekecil apapun itu pasti menimbulkan efek. Sooner or later.

They who will enjoy this the most

  • Hindi movie audiences
  • Salman Khan’s fans
  • Penonton yang memendam kekesalan terhadap pejabat otoriter yang memperburuk kondisi sosial masyarakat

 Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.