The Jose Movie Review
Jack Ryan: Shadow Recruit



Overview

Jack Ryan sebenarnya adalah sosok yang cukup populer, terutama bagi penggemar novel. Karakter karangan Alm. Tom Clancy (meninggal Oktober 2013 lalu) ini dikenal sebagai analis CIA yang cerdas lewat novel-novel yang jadi Best Seller. Di media film pun, karakter ini pernah diperankan oleh Alec Baldwin, Harrison Ford, dan terakhir Ben Affleck. Hampir kesemuanya mencapai sukses yang cukup baik untuk pasar US, namun tidak di luar US. Mulai dari The Hunt for the Red October, Patriot Games, Clear and Present Danger, dan terakhirThe Sum of All Fears. Maklum, cerita yang lebih banyak berisi tentang intrik politik tidak begitu familiar bagi penonton di luar US. Apalagi film yang hanya membangun ketegangan melalui dialog juga kurang begitu diminati dibandingkan film sejenis yang lebih mengandalkan adegan aksi. Bisa juga menarik jika dituangkan dalam media novel, namun menjadi “segmented” ketika diterjemahkan dalam bahasa film.
Melihat “kawan-kawan” sejawatnya seperti James Bond milik Sony Pictures dan Jason Bourne milik Universal yang sangat berhasil di seluruh dunia, Paramount tentu ingin investasinya dengan membeli hak cipta Jack Ryan tidak sia-sia. Maka meski sudah tidak berpijak pada novel Tom Clancy, dibuatlah sebuah re-boot (atau reborn?) dari karakter Jack Ryan. Konon awalnya, skenario film ini berjudul Dubai karya Adam Cozad dengan bintang Eric Bana. Paramount akhirnya memutuskan untuk me-rewrite skenario ini dengan bantuan David Koepp dan mengganti karakter utamanya dengan Jack Ryan.
Maka hasilnya cukup beragam. Bagi penggemar setia baik novel maupun film-film Jack Ryan sebelumnya, kebanyakan akan kecewa dan beranggapan bahwa ini sama sekali bukan film tentang Jack Ryan. Banyak unsur-unsur khas, terutama ketegangan analisis yang rumit dan cerdas, disederhanakan di sini dan seolah menjadi komoditas nomor sekian di bawah adegan-adegan aksinya. Di sisi lain, Jack Ryan – Shadow Recruit (JRSR) akhirnya bisa dinikmati oleh penonton yang lebih luas, berasal dari latar belakang budaya dan negara manapun.
As for me, saya masih bisa menerima dan memaklumi alasan perubahan ini. Toh hasilnya juga sama sekali tidak buruk. Kenneth Branagh yang terakhir bisa dibilang cukup sukses mengarahkan Thor, sangat berhasil menjadikan JRSR film espionage yang seru, lengkap dengan adegan baku hantam, baku tembak, dan kejar-kejaran. Setidaknya ia mampu menjaga tensi ketegangan menjadi sangat enjoyable hingga sama sekali tidak terasa membosankan.
Minusnya, JRSR jatuh menjadi just another thrilling espionage action movie. Exciting, but that’s all. Bagi yang baru mengenal Jack Ryan susah untuk mencintainya sebesar Jason Bourne atau James Bond karena memang tidak begitu berbeda jauh. Apalagi penggemar lama yang bakal merasa asing dengan karakter yang mereka kenal selama ini. Apabila porsi ‘Jack Ryan’ seperti yang selama ini dikenal ditambah, mungkin bakal menjadi keseimbangan yang baik dan ideal untuk franchise Jack Ryan. Strutktur cerita yang menurut saya terlalu standard dan cenderung terlalu cepat untuk disudahi turut menjadikan JRSR menjadi aksi espionage yang biasa saja. Seru, memikat, mengagumkan, namun terlalu cepat disudahi. Sayang sekali. Semoga saja franchise Jack Ryan masih terus berlanjut, dengan style action seperti ini namun penokohan yang sekuat cerita aslinya. Barulah Tom Clancy, penggemar asli, dan penggemar barunya bisa sama-sama tersenyum puas.

The Casts

Pemilihan Chris Pine sebagai Jack Ryan baru menurut saya adalah keputusan yang sangat pas. Di saat karirnya sedang naik berkat franchise baru Star Trek, Chris Pine bisa menggaet banyak penggemar baru yang sudah terlebih dahulu menjadi fans sang aktor. Toh, Pine bisa membawakan karakter Jack Ryan dengan kharisma yang setara pemeran-pemeran sebelumnya, bahkan di atas Ben Affleck. Image cerdas, analitik, dan bad-ass namun berkelas berhasil dihidupkan dalam pribadi Jack Ryan. Bahkan di beberapa adegan, seperti saat tangannya bergetar setelah aksi pembunuhan pertamanya, berhasil mengundang simpati penonton.
Selain mengarahkan, Kenneth Branagh turut mengisi karakter villain, Viktor Cherevin dan dibawakan dengan sangat baik. Elegan namun bengis. Seperti biasa, Kevin Costner masih mampu menunjukkan wibawanya sebagai seorang petinggi CIA. Sebagai bonus, Alec Utgoff yang memerankan karakter Aleksandr Borovsky, berhasil mencuri perhatian meski porsinya tak begitu banyak.
Sementara Keira Knightley masih belum mampu tampil memikat secara maksimal. Terutama sekali gara-gara skenario yang tidak banyak memberinya ruang untuk terlihat lebih menonjol.

Technical

Secara keseluruhan tidak ada kendala, pun tak ada juga yang terlalu istimewa sebagai sebuah film espionage. Mungkin hanya kecanggihan teknologi yang dimiliki CIA dan gedung kantor Cherevin yang cukup membuat takjub. Penoramic kota Moskow juga terlihat memikat berkat sinematografinya.
Editing yang dinamis dan tepat momen sangat membantu menjaga intensitas ketegangan sepanjang film. Serta tentu saja sound effect yang renyah dan mampu memaksimalkan fasilitas surround.

The Essence

Keterampilan bela diri dan menggunakan senjata memang penting, namun tak ada gunanya jika tidak disertai kemampuan analisis yang tajam.

They who will enjoy this the most


  • General audiences who seek for thrilling and exciting action movie
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.