4/5
Action
Blockbuster
Box Office
Comedy
environmental
Franchise
Futuristic
Hindi
Humanity
Kollywood
Pop-Corn Movie
Revenge
Robot
SciFi
sequel
Socio-cultural
Tamil
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
2.0
Dibandingkan sinema Hindi mainstream, sinema Tamil (salah satu etnis di India) punya ciri khas yang bahkan sulit ditemukan di sinema dunia manapun. Ide ceritanya bisa sangat out of the box dengan adegan-adegan yang inovatif. Tak heran jika kemudian banyak film Tamil (Kollywood) yang diadaptasi oleh Bollywood dan bahkan sinema negara-negara lain. Terutama sekali genre action, thriller, dan sci-fi yang mana Kollywood kerap melakukan fantasi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Selain Joseph Vijay yang sudah menjadi ikon idola action Tamil, ada aktor veteran karismatik, Rajinikanth yang dinobatkan sebagai aktor dengan bayaran tertinggi di Asia setelah Jackie Chan pada tahun 2007 lewat Sivaji (senilai ₹26 crore atau setara US$ 7.8 juta dengan inflasi tahun 2017). Peran sebagai ilmuwan bernama Vaseegaran sekaligus bionic bernama Chitti di Enthiran (2010) melambungkan namanya menjadi salah satu ikon aksi Kollywood yang patut diperhitungkan.
Tahun 2018, sekuel yang sudah diproduksi sejak tahun 2015 oleh sutradara/penulis naskah yang sama, S. Shankar, bertajuk 2.0, dirilis. Meski merupakan sebuah sekuel, Shankar menegaskan bahwa 2.0 bisa berdiri sendiri dengan plot yang yang sama sekali tak saling berkelanjutan, hanya saja masih mempertahankan beberapa karakter dari film pertamanya, seperti Dr. Vaseegaran, Chitti, dan penyebutan Dr. Bohra. Sementara banyak elemen, termasuk desain dan tone film secara keseluruhan, berbeda sama sekali. Meski Aishwarya Rai tak kembali, masih ada aktris Inggris yang kerap tampil di film India dan Tamil seperti Madrasapattinam, I, dan Singh is Bliing, Amy Jackson, dan aktor papan atas Bollywood, Akshay Kumar yang untuk pertama kalinya tampil di film Tamil. Rajinikanth kembali tampil, begitu juga musik dari A. R. Rahman yang sudah bak jaminan mutu di sinema Hindi.
2.0 langsung mencatat berbagai rekor baru, seperti film India dengan budget tertinggi sekaligus tertinggi kedua di Asia setelah film Cina, Asura (2018), yaitu ₹543 crore atau setara US$ 76 juta, film India berpenghasilan hari pertama di seluruh dunia terbesar kedua setelah Baahubali 2, yaitu sebesar ₹117.34 crore (US$16 juta), dan direncanakan tayang di Cina pada 19 Mei 2019 dengan 56.000 layar, termasuk 47.000 layar 3D (layar terbanyak untuk film asing yang rilis di Cina).
Wilayah Tamil Nadu dihebohkan oleh peristiwa melayangnya semua telepon seluler milik warga ke langit dan mendadak menghilang. Disusul tewasnya seorang pemilik ritel telepon seluler bernama Jayanth Kumar, pemilik menara pemancar seluler bernama Ranjit Lulla, dan menteri telekomunikasi, Vairamurthy. Menteri dalam negeri, Vijay Kumar meminta bantuan Vaseegaran yang pernah menghebohkan dengan penemuan robot bernama Chitti, untuk menyelidiki kasus misterius ini.
Dari trailer, jelas bahwa daya tarik utama 2.0 terletak pada gelaran visual effect dan adegan-adegan aksi yang inovatif serta imajinatif. Benar saja, ia memang punya begitu banyak tampilan visual yang mencengangkan. Bahkan layak disetarakan kualitas realismenya dengan visual effect Hollywood di film-film berbudget US$ 100-200 juta. Begitu juga gelaran adegan-adegan aksi fantasinya yang meski highly imaginative tapi masih relevan dengan tema sci-fi yang diusung.
Namun rupanya kekuatan 2.0 tak hanya sampai di situ saja. Ide cerita setup berupa ponsel yang beterbangan dan menghilang saja serta kasus pembunuhan sadis sudah menjadi premis misteri yang menarik dan bikin penasaran. Ketika apa yang sebenarnya terjadi mulai tersingkap, plot menjadi makin menarik dengan pertanyaan korelasi antar subjeknya di benak penonton. Kemudian penonton berbalik dibuat tergugah oleh karakter villain, Pakshirajan yang diperankan oleh Akshay Kumar. Isu lingkungan hidup yang dibenturkan dengan teknologi serta perilaku sosial manusia sehubungan dengan teknologi tersebut dihadirkan dengan relevansi yang tak terbayangkan sebelumnya, meski sempat sedikit demi sedikit ditampilkan sebagai elemen komedi di paruh pertama. Setelah itu masih ada konflik klasik a la Frankenstein yang sempat diusung di Enthiran tapi kali ini terasa lebih dilematis dan ber-‘hati’. Kesemuanya dirangkai menjadi satu dengan korelasi antar elemen yang terjaga dengan sangat baik, tanpa sedikit pun terasa saling tumpang-tindih.
Babak ketiga mungkin terasa sengaja sedikit dipanjang-panjangkan (mungkin juga faktor klimaks babak kedua yang sudah terasa sangat bombastis) tapi bukan berarti coming out of nowhere. Ada hint ke arah tersebut di paruh pertama dan tunggu saja menikmati klimaks dari keseluruhan film yang ternyata jauh lebih gila-gilaan dan dahsyat daripada klimaks babak kedua. Aksi bombastis dan berbagai isu nyata yang diusungnya tak lantas membuat 2.0 menjadi sajian yang kelewat serius. Berbagai joke, termasuk yang bereferensi pada budaya pop India (bahkan di salah satu adegan karakter robot Nila menyebutkan empat ketertarikan utama manusia: TV, film, makanan, dan gosip), plesetan, maupun dialog berima yang mampu menggelitik syaraf tawa secara spontan di tengah rasa decak kagum sajian aksi bombastis serta inovatifnya.
Rajinikanth masih punya cukup kharisma sebagai peran utama, baik Vaseegaran yang lebih serius maupun Chitti yang lebih playful. Keduanya menunjukkan karakteristik yang sama sekali berbeda sehingga bagi yang belum tahu sebelumnya mungkin tidak akan menyangka bahwa keduanya diperankan oleh orang yang sama. Sementara Akshay Kumar yang memang sudah punya kharisma sangat kuat di peran apapun, termasuk lewat suaranya yang khas, jelas mampu mengimbangi penampilan Rajinikanth. Karakter Pakshirajan mampu menjadi sosok yang sangat simpatik bagi penonton tapi di sisi lain begitu mengintimidasi (bahkan di beberapa dandanan tampak sangat menyeramkan!). Sementara penampilan Amy Jackson sebagai Nila cukup menjadi pemanis yang mengimbangi sisi-sisi maskulin dengan aura kecantikan dan keanggunannya tanpa melupakan sisi kecerdasan, sense of humor, serta sepak terjang aksi yang cukup memukau.
Selain tampilan special effect yang memukau, departemen-departemen teknis lainnya tak kalah mumpuni. Sinematografi Nirav Shah tahu betul bagaimana memframing dan menggerakkan kameranya untuk tampilan serba megah, bombastis, tapi tetap bisa dramatis sesuai porsinya. Editing Anthony menjaga pace dengan pas untuk semua babak dan kebutuhan aksinya. Desain produksi futuristik Muthuraj sangat meyakinkan, termasuk kostum Mary E. Vogt yang tak kalah fashionable-nya dengan produksi-produksi Hollywood tanpa harus terlihat konyol dan berlebihan. Terakhir, tentu saja tak boleh mengabaikan musik dari A. R. Rahman yang seperti biasa megah, bersahaja, dengan dosis suspense dan thriller yang efektif, serta warna-warna hip-hop yang menambah keasyikan mengikuti kerennya sajian visual.
Sebagaimana judulnya, 2.0 bak sebuah upgrade dalam cukup banyak lini dari predesesornya. Mungkin bagi beberapa kritikus (dan juga penonton), 2.0 terasa punya cukup banyak isu yang ingin diusung dibandingkan Enthiran yang lebih fokus terhadap satu tema/isu. Namun 2.0 masih disajikan dengan porsi yang serba pas dan punya korelasi antar elemen yang relevan. Jadi, kenapa tidak? Isu yang relevan dengan kondisi saat ini di belahan bumi manapun dan mampu menjadi bahan perenungan yang meggugah dengan kemasan hiburan bombastis dan imajimatif yang memanjakan mata, sudah lebih dari cukup untuk memukau saya. Tak heran jika lantas effort yang luar biasa ini juga disambut tanggapan yang tak kalah luar biasanya.
Lihat data film ini di IMDb.
Sebagaimana judulnya, 2.0 bak sebuah upgrade dalam cukup banyak lini dari predesesornya. Mungkin bagi beberapa kritikus (dan juga penonton), 2.0 terasa punya cukup banyak isu yang ingin diusung dibandingkan Enthiran yang lebih fokus terhadap satu tema/isu. Namun 2.0 masih disajikan dengan porsi yang serba pas dan punya korelasi antar elemen yang relevan. Jadi, kenapa tidak? Isu yang relevan dengan kondisi saat ini di belahan bumi manapun dan mampu menjadi bahan perenungan yang meggugah dengan kemasan hiburan bombastis dan imajimatif yang memanjakan mata, sudah lebih dari cukup untuk memukau saya. Tak heran jika lantas effort yang luar biasa ini juga disambut tanggapan yang tak kalah luar biasanya.
Lihat data film ini di IMDb.