The Jose Flash Review
Kedarnath
[केदारनाथ]

Selain tema keluarga, romansa adalah bingkai (atau lebih tepatnya, bumbu) yang paling sering digunakan untuk mengangkat kejadian nyata sebuah bencana. Sebut saja yang paling legendaris, Titanic, yang kemudian formulanya digunakan Michael Bay di Pearl Harbor. Sebuah pilihan yang wajar untuk menarik perhatian range penonton yang luas sekaligus penggunaan bencana sebagai penggerak emosi penonton yang relatif ‘lebih mudah’ dicapai secara maksimal. Formula yang juga dipercaya oleh Abhishek Kapoor (Rock On!! dan Kai po che!) tepat dalam mengangkat kejadian banjir besar yang menimpa Lembah Kedarnath di Uttarakhand pada Juni 2013 silam. Aktor Sushant Singh Rajput (Kai po che!, PK, M.S. Dhoni: The Untold Story, Raabta) didapuk untuk mendampingi debut akting Sara Ali Khan, putri Saif Ali Khan dengan sang mantan istri, Amrita Singh. Sempat menjadi kontroversi karena tema cinta beda agama, tuduhan mempromosikan sentimen terhadap kaum Hindu dan ‘love jihad’ (fenomena sosial dimana muslim India sengaja menikahi wanita non-muslim untuk di-convert), film bertajuk Kedarnath disambut dengan resepsi yang sedang-sedang saja di negaranya sendiri. Namun pencapaian special visual fx tanah Hindustan akhir-akhir ini yang semakin  mengagumkan, tentu Kedarnath masih punya daya tarik tersendiri.

Mukku, seorang putri pendeta Hindu yang tinggal di kawasan wisata ziarah Kuil Kedranath di pegunungan Uttarakhand, jengah dengan kehidupan sekitarnya yang dianggap ketinggalan jaman. Terutama berkaitan dengan adat sebagaimana kaum wanita seharusnya. Takdir mempertemukannya dengan pemuda muslim yang mencari nafkah sebagai pemandu sekaligus porter di kawasan tersebut, Mansoor. Meski beragama muslim dan sering mendapatkan cibiran dari orang-orang Hindu, Mansoor tetap berdedikasi mengemban pekerjaannya dengan ramah, bahkan melakukan tradisi Hindu di dalam kuil sebagai bentuk rasa syukur. Kedekatan mereka menumbuhkan benih asmara meski tak hanya keluarga masing-masing menentang, tapi juga seisi warga Uttarakhand. Tak hanya sampai di situ, ujian cinta mereka berpuncak ketika sebuah banjir besar menyapu bersih pemukiman warga di Uttarakhand.
Romansa bertema cinta beda agama (dan juga kasta) memang sudah kerap diangkat oleh sinema Hindi, bahkan menduduki posisi teratas dalam daftar formula klasik romansa yang paling sering mereka angkat. Namun selama dituturkan dengan runtutan plot yang tertata baik, elemen-elemen pendukung yang relevan, dan kemasan yang menarik, tentu bukan menjadi masalah. Kedarnath sebenarnya termasuk dalam golongan yang demikian. Termasuk juga niatan untuk mendamaikan kedua belah pihak yang ‘berseteru’. Tema dan treatment yang generik, hasilnya sama sekali tak buruk tapi mungkin tak juga menjadi sesuatu yang begitu berkesan untuk jangka waktu lama meski chemistry antara Rajput dan Ali Khan tergolong asyik dan meyakinkan sebagai pasangan.
Sayang antara romansa dan bencana yang coba diracik hasilnya masih kurang menyatu dengan baik. Film terasa seperti terbagi dalam dua bagian; satu setengah jam pertama membangun tema cinta beda agamanya, sementara banjir-nya baru ditampilkan sekitar setengah jam terakhir tanpa aba-aba atau setup yang memadai. Jangankan memasukkan karakter-karakter penting ke dalam kejadian secara relevan, kemunculan banjirnya pun bisa dikatakan come out of nowhere. Sementara ketika mencapai klimaksnya, Kedarnath kembali ‘konsisten’ dengan formula generiknya. Termasuk untuk pilihan ending-nya meski dengan dalih yang memang benar secara moral. 
Untuk suguhan visual fx yang menjadi salah satu komoditas utama, Kedarnath menghadirkan tampilan yang sekedar moderate. Jika mau dibandingkan, kualitasnya setara tampilan banjir di Bølgen (The Wave) asal Norwegia 2015 silam. Sama sekali tak buruk tapi juga bukan sebuah pencapaian yang penting, apalagi untuk sinema Hindi. Sementara penggarapan adegan-adegan banjir untuk shot-shot di ruang sempit masih lebih meyakinkan. Bahkan berkat tata kamera dari Tushar Kanti Ray, sebagian besar adegannya berhasil mengaduk-aduk emosi penonton. Keindahan panoramik berikut desain produksi Mayur Sharma, termasuk desain kostum dari Abu Jani, Shruti Kapoor, dan Sandeep Khosla, pun turut terangkai dengan serasi dan memanjakan mata dari bidikan kamera Tushar. Sayang untuk ukuran film Hindi, Kedarnath tak punya nomor musikal yang cukup berkesan meski musik dari Hitesh Sonik cukup berhasil memperkuat emosi berbagai adegan menjadi lebih hidup.
Kedarnath memang masih mengusung formula generik romasa bersetting kejadian bencana yang benar-benar terjadi. Isu perbedaan agama disematkan dengan cukup relevan dan ditangani dengan kebijaksanaan yang benar. Meski kemasan romansa-nya masih jauh dari kesan solid dengan tema bencana, setidaknya Kedarnath masih mampu menjadi instant entertainment yang cukup asyik diikuti dan dinikmati. Apalagi jika Anda cukup terbuka dengan isu-isu yang diangkat dan menikmati genrenya. 

Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.