The Jose Flash Review
Teefa in Trouble
[طیفا اِن ٹربل‬]

Belum banyak sinema Pakistan yang dikenal dunia internasional. Maka apa yang dilakukan oleh Ali Zafar, aktor Pakistan yang sudah beberapa kali berkiprah di sinema Hindi, seperti di duologi Tere Bin Laden, London Paris New York, Kill Dil, dan Dear Zindagi, dalam memproduksi film action-comedy,Teefa in Trouble (TiT) untuk pertama kalinya di bawah bendera Lightingale Productions patut mendapatkan perhatian lebih. Zafar memberikan kesempatan kepada sutradara video musik, Ahsan Rahim, untuk menggarapnya sebagai debut penyutradaraan layar lebar. Zafar menggandeng aktor dan aktris serial TV Pakistan, Maya Ali dan Faisal Qureshi, serta pembuat film dokumenter di Dubai, Marhoom Ahmad Bilal. Menyandang gelar film Pakistan paling mahal hingga saat ini, TiT berhasil menarik perhatian Yash Raj Films untuk mendistribusikannya di seluruh dunia. Dengan demikian TiT menjadi film Pakistan pertama di bawah bendera Yash Raj Films dan di beberapa negara, merupakan film Pakistan pertama yang diputar. Sebuah pencapaian baru bagi sinema Pakistan yang sayang untuk dilewatkan.

Teefa, pemuda yang sering menjadi antek lepasan bagi gangster lokal, Butt Sahab, sejak kecil percaya bahwa uang adalah hal terpenting dalam hidup meski sang ibu terus meyakinkan bahwa respek adalah yang lebih penting daripada uang. Kesempatan besar bagi Teefa mendapatkan banyak uang datang ketika Butt menugaskannya menculik Anya, putri Bonzo, sahabat masa kecil Butt yang sekarang sudah sukses berbisnis di Polandia. Sedianya Anya akan dinikahkan dengan putra Butt, Billu, tapi Bonzo menolak karena sudah berencana menikahkan Anya dengan anak sesama pengusaha lainnya. Sementara Anya sedang jatuh cinta dengan sahabat bulenya, Andy. Ketika hari H pernikahan, Teefa dengan dibantu temannya yang sudah lama tinggal di Polandia, Tony, merencanakan penculikan. Di saat yang bersamaan Anya juga merencanakan kabur dari rumah dengan bantuan sahabatnya, Sara. Anya mengira Teefa adalah suruhan Sara untuk membuat plot penculikan dirinya. Seperti bisa diduga, Teefa dan Anya mulai saling jatuh cinta dalam perjalanan. Teefa pun tak tega untuk menyerahkan Anya kepada Butt. Ia dihadapkan pada ujian, lebih memilih uang atau cinta. Tentu saja Butt sendiri tidak tinggal diam mendengar kabar rencana penculikan Anya tak kunjung berhasil juga.
Kisah cinta tak terduga antara si penculk dengan yang diculik tentu bukan materi baru lagi. Dalam ingatan saya ada A Life Less Ordinary, Excess Baggage, atau bahkan The Big Hit. Beruntung materi yang sudah generik ini dipoles dengan menarik oleh naskah dan pengarahan yang cukup tepat dari Rahim. Baik komedi maupun aksinya terangkai dengan keseimbangan yang baik dan timing yang serba tepat untuk menjaga excitement-nya. Berbagai jenis humor disebar secara merata sepanjang durasi, mulai yang bersifat slaptick, dialog quirky, plesetan, maupun yang bereferensi pada budaya pop Bollywood maupun internasional. Penanganan aksi dengan koreografi yang tertata baik meski beberapa bersifat komikal didukung camera work Zain Haleem yang bergerak dinamis dengan timing yang pas dan editing Ahsan Rahim sendiri bersama Taha Ali yang kian mempertajam presentasi aksinya sekaligus menjaga porsi sepanjang durasi yang cukup pas. Tema dilema pilihan antara uang atau cinta pun terjaga konsisten sepanjang film. Nomor musikal yang memorable hanyalah Item Number. Untung masih ada score music yang berperan cukup besar dalam memperkuat ‘rasa-rasa’ dari adegan yang ditampilkan.
Masih ditambah screen charisma dari para cast, baik dari Ali Zafar yang bak perpaduan wajah aktor Thailand Sunny Suwanmethanont, gestur Johnny Depp, dan suara Shah Rukh Khan, maupun pesona memikat dari Maya Ali. Keduanya pun membentuk chemistry yang meyakinkan meski secara keseluruhan penanganan romance-nya kurang terasa manis dibandingkan porsi komedi dan aksi-nya. Penampilan Faisal Qureshi sebagai Tony Dot Shah pun turut mencuri perhatian lewat celetukan-celetukan menggelitik bak Michael Peña di Ant-Man
Sebagai sebuah paket hiburan aksi-komedi-drama romantis, TiT cukup menghibur lewat penanganan yang serba tepat. Meski tak sampai tahap eksepsional, mengingat ini adalah produksi Pakistan yang jarang terdengar kiprahnya di dunia internasional, maka apa yang ditampilkan TiT mampu membuktikan bahwa sinema Pakistan pun bisa memproduksi film kelas blockbuster yang tak kalah dengan Bollywood dalam berbagai aspek dan teknisnya. Menarik mengingat TiT dirilis berbarengan dengan film Hindi Dhadak yang kebetulan sama-sama mengangkat tema ‘membawa lari anak gadis orang’. Endingnya pun nyaris sama tapi untung saja ternyata tidak. Maka jika Anda berniat untuk menonton dua film tersebut, saya sarankan nonton Dhadak dulu baru kemudian TiT untuk menjaga mood akhir yang lebih menyenangkan setelah dibuat merinding oleh ending Dhadak.
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.