The Jose Flash Review
Mission: Impossible - Fallout

Sejak pertama kali diadaptasi ke layar lebar di tahun 1996, Mission: Impossible (M:I) telah menjelma menjadi salah satu franchise action espionage yang paling dinanti, sejajar atau bahkan melebihi franchise James Bond yang usianya sudah puluhan tahun. Hingga saat ini ketika sudah memasuki installment keenam, franchise yang sudah sangat identik dengan sosok Tom Cruise sebagai Agen Ethan Hunt ini tak sedikit pun menunjukkan kelelahan ataupun kebosanan. Justru semakin lama menawarkan jalinan plot yang semakin unik dan tak terduga di balik premis kasus yang sebenarnya sudah generik di genrenya. Di Mission: Impossible - Fallout (MIF) ini Christopher McQuarrie kembali dipercaya untuk menyusun naskah sekaligus menyutradarainya setelah keberhasilan installment terakhir, Mission: Impossible - Rogue Nation. Cast intinya pun kembali hadir, seperti Tom Cruise, Simon Pegg, Ving Rhames, Alec Baldwin, bahkan Rebecca Ferguson. Sayang harus minus Jeremy Renner yang konon meninggalkan franchise M:I karena kesibukannya di franchise Marvel Cinematic Universe. Sebagai kompensasinya, kali ini masuk Henry Cavill yang selama ini lekat dengan image Superman, Angela Bassett, Vanessa Kirby, dan Wes Bentley. Dengan durasi yang mencapai 2 jam 27 menit, bisa diasumsikan bahwa durasi M:I dari installment ke installment terus mengalami peningkatan. Seharusnya juga diiringi peningkatan kenekadan adegan berbahaya yang dilakoni sendiri oleh Cruise.

Agen Hunt menerima misi baru terkait tiga inti plutonium yang dicuri oleh kelompok teroris bernama The Apostles yang diduga terkait dengan The Syndicate (dari Rogue Nation). Bersama Benji dan Luther, Hunt memulai misinya dengan menyamar menjadi pembeli inti plutonium tapi terbongkar. Direktur CIA, Erica Sloane, kemudian mengutus agen operasi aktivitas khusus, August Walker untuk bekerja dalam tim Hunt. Misi pun dilanjutkan tapi Hunt mulai merasa bahwa Walker justru berniat untuk memfitnahnya di mata CIA. Pertemuannya dengan makelar senjata pasar gelap berjuluk White Widow sekali lagi harus membuat Hunt membuat keputusan krusial terkait reputas Impossible Mission Force (IMF) yang berkali-kali menjadi kambing hitam di mata pemerintah Amerika Serikat dan terancam dinon-aktifkan. Mau tak mau Hunt, Benji, dan Luther harus bekerja sendiri untuk membongkar kelompok teroris ini, menggagalkan serangan terorisme, sekaligus mempertahankan reputasi IMF.
Sebagaimana installment-installment sebelumnya, MIF pun masih mengandalkan perpaduan formula pola struktur plot dengan adegan-adegan stunt ekstrim yang dilakoni sendiri oleh Tom Cruise sebagai daya tarik utamanya. Agak membingungkan dan bertele-tele di awal, tertutama ketika menjelaskan kaitan misi kali ini dengan sosok Solomon Lane yang pernah muncul di Rogue Nation. Begitu pula korelasi antar adegan yang perlu konsentrasi sedikit lebih tinggi dan analisis yang sedikit lebih mendalam untuk benar-benar memahaminya. Munculnya berbagai pihak seperti White Widow, Erica Sloane, August Walker, dan bahkan Ilsa Faust semakin ‘memperkeruh’ plot sehingga menimbulkan pertanyaan: ‘siapa yang berkhianat?’ dan ‘ada sabotase apa sebenarnya di balik semua kekisruhan ini?’. Setelah titik terang mulai terlihat ternyata kesemuanya tak serumit yang kesan awalnya. Faktor bagaimana McQuarrie meyampaikan dan menjelaskan detail plotnya? Bisa jadi. Mungkin juga sengaja menimbulkan kesan rumit di depan sehingga penonton bisa lebih mudah melabelinya sebagai sesuatu yang cerdas dan ‘terbaik dari semua seri M:I. Yang manapun kasus yang sebenarnya, upaya McQuarrie jelas membuahkan kesan baik terhadap installment kali ini. Resikonya, bagi beberapa penonton yang hanya mencari sajian aksi berbahaya dan seru serta tak terlalu peduli dengan jalinan plot yang disodorkan, banyak bagian dari MIF yang akan terasa membosankan. 
Jangan khawatir jika Anda termasuk golongan penonton yang mengutamakan adegan-adegan aksi dan stunt berbahaya yang memukau. McQuarrie menyisipkan cukup banyak adegan aksi dan stunt yang ditangani dengan luar biasa pula. Lihat saja bagaimana Rob Hardy dengan kamera terikat di kepala ikut terjun bersama Tom Cruise yang melakukan lompatan ’HALO (High Altitude Low Opening)’ untuk menghasilkan adegan melayang di ketinggian puluhan ribu kaki yang lebih nyata dan mendebarkan. Atau adegan kejar-kejaran helikopter di klimaksnya. Bahkan adegan perkelahian tangan kosong di toilet antara Cruise-Cavill-Lian Yang ditata dengan perpaduan koreografi dan camerawork yang memukau. Tak boleh pula melupakan peran editing Eddie Hamilton yang membuat segala upaya menjadi lebih dinamis, tajam, serta transisi antar adegan yang mulus. Ilustrasi musik Lorne Balfe seperti biasa, memperkencang adrenaline rush ke berbagai adegan dengan masih menyemat tune musik asli khas M:I. Jika Anda terjangkau format 4DX, sangat disarankan untuk value lebih di banyak adegan aksi, terutama kejar-kejaran helikopter yang mengkombinasi berbagai efek sekaligus, yang harus saya akui sebagai pengalaman 4DX paling gila dan liar yang pernah saya alami. Konon menggunakan tekonologi 4DX Extreme yang efeknya melebihi 4DX biasa, terutama dari segi guncangan dan getaran bangku. Selama ini MIF menjadi film kedua yang menggunakan teknologi ini setelah The Fate of the Furious tahun 2017 silam.
Tom Cruise masih memperlihatkan performa yang konsisten sebagai sosok Ethan Hunt. Begitu pula Simon Pegg sebagai Benji dan Ving Rhames sebagai Luther yang team-chemistry-nya terasa makin solid dan akrab. Rebecca Ferguson tetap mencuri perhatian lewat pesona fisik dan ketangguhan beraksi karakter Ilsa Faust. Vanessa Kirby pun tak kalah mengalihkan perhatian penonton di tiap kali penampilannya sebagai White Widow. Henry Cavill menjadi highlight terbesar sepanjang film, bahkan mungkin melebihi peran-peran yang pernah ia mainkan sebelumnya selain Superman. Terakhir, tak boleh mengabaikan penampilan Michelle Monaghan dan Wes Bentley di salah satu momen terpenting.
Meski bagi banyak pihak MIF dianggap sebagai installment terbaik dari semua seri, menurut saya pribadi sulit untuk meposisikannya dalam daftar favorit saya. Ya, plotnya memang terkesan lebih rumit dan ‘cerdas’ tapi sebenarnya menggunakan formulan tak jauh berbeda dari seri-seri sebelumnya. Sajian adegan aksi dan stunt-nya pun ada yang benar-benar berkesan (apalagi dibantu efek 4DX) tapi beberapa juga kalah memorable dibandingkan beberapa aksi stunt ikonik di seri-seri sebelumnya. Konsep memposisikan IMF sebagai pihak yang difitnah dan nyaris ditutup juga bukan materi baru di franchise ini. Mungkin yang paling menarik adalah IMF masih punya kaitan dengan Rogue Nation meski masih bisa dipahami dan dinikmati sebagai film yang berdiri sendiri, sebagaimana Quantum of Solace sebagai follow-up dari Casino Royale di franchise James Bond. Ia masih belum mencapai titik balik yang signifikan sebagaimana Spectre, misalnya. Namun bagaimana pun MIF masih merupakan sajian yang memuaskan siapa saja yang sudah cocok dengan style khas M:I; plot misi yang kompleks dipadukan dengan adegan aksi memukau dan stunt breath-taking. 
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.