The Jose Flash Review
Animal World
[动物世界]

Sinema Cina daratan beberapa tahun terakhir didominasi oleh film-film fantasi yang mengandalkan spektakel visual dan efek visual bombastis meski tak selalu tampak mulus. Meski banyak yang membuat penonton internasional mengernyitkan dahi dengan hasil akhirnya, tampaknya film yang demikian sudah sesuai dengan selera penonton setempat. Ini terbukti dari makin banyak film lokal mereka yang saling menyusul memecahkan rekor box office di negara sendiri. Maka tak heran jika spektakel visual lantas menjadi ‘modal jualan’ utama film-film asal Cina daratan. Begitu juga upaya adaptasi bebas dari manga Jepang Kaiji (Gambling Apocalypse Kaiji atau Ultimate Survivor Kaiji) karya Nobuyuki Fukumoto yang pernah diangkat dalam bentuk live action di negaranya sendiri dengan judul Kaiji: The Ultimate Gambler tahun 2009 silam. Adalah Han Yan (First Time dan Go Away Mr Tumour) yang menggagas proyek ambisius ini. Bertindak sebagai penulis naskah sekaligus sutradara, film bertajuk Animal World (AW) ini tampaknya sengaja menarget pasar internasional. Selain menggandeng aktor idola remaja, Li Yifeng (Mr. Six, Forever Young), Zhou Dongyu (Under the Hawthorn Tree, SoulMate), dan Cao Bingkun (Welcome to Shamatown, Personal Tailor), Han Yan juga ‘mengimpor’ aktor Hollywood sekelas Michael Douglas. Penonton Indonesia beruntung bisa turut menyaksikan film fantasi ambisius asal Cina ini di layar lebar.

Zheng Kaisi merasa sudah mentok dengan hidupnya. Selain harus bekerja sebagai badut di sebuah tempat bermain anak-anak meski membencinya, ia juga sedang menantikan sadarnya sang ibu yang koma selama bertahun-tahun dan punya hutang yang kian menumpuk. Hanya sahabat sejak masa kecil yang sekarang bekerja sebagai perawat, Liu Qing, yang menjadi semangat hidupnya. Nasibnya berubah ketika sahabat masa kecilnya yang lain, Li Jun, mendatanginya dan menawarkan kerjasama bisnis besar yang potensial tapi mengharuskannya menggadaikan akta apartemen atas nama sang ibu. Meski awalnya menolak, kondisi hidup yang kian memburuk membuat Zheng akhirnya setuju. Malang, Li Jun ternyata menipunya. Zheng justru dikejar-kejar pihak misterius yang menculiknya dan membawanya ke dalam sebuah permainan  tersembunyi judi kartu batu-gunting-kertas tapi nyawa yang menjadi taruhannya bak The Hunger Games. Mau tak mau Zheng mengikuti permainan sambil terus memikirkan strategi untuk memenangkan permainan, pulang dengan selamat dan uang untuk melunasi hutang-hutangnya.
Jika Anda tertarik untuk menonton AW dari trailernya, siap-siap untuk menghadapi sesuatu yang berbeda di film utamanya. Trailer yang seolah-olah membuatnya tampak seperti film superhero berkostum badut memang sedikit menyesatkan persepsi calon penonton. Bukan sepenuhnya menipu karena semua yang ditampilkan di trailer memang ada di dalam film, tapi mengaburkan persepsi bahwa AW sebenarnya menengahkan plot permainan judi kartu batu-gunting-kertas dengan berbagai intrik dan strateginya untuk memenangkan permainan atau setidaknya bertahan hidup hingga akhir permainan yang ditentukan. Justru jika Anda datang menonton tanpa ekspektasi apa-apa ataupun menyaksikan trailernya, AW bisa menjadi sajian yang lebih dari sekedar menarik untuk ditonton.
Sebagai sebuah drama-thriller judi, AW menyuguhkan trik-trik dan strategi yang tampak sederhana ketika dijelaskan tapi sebenarnya sangat rumit untuk sepenuhnya dipahami atau dibuktikan kebenaran teorinya. Saran saya, tak perlu pusing-pusing memikirkan kebenaran logika strategi dan teori-teorinya. Nikmati saja adu trik dari para pemain yang saling jegal dan siap-siap terpukau dengan jalan pikiran dari strategi-strategi yang dimunculkan. Di satu sisi penonton yang kritis mungkin akan sulit untuk merasakan ketegangan mengingat tak ada ancaman yang cukup serius jika sampai kalah hingga benar-benar terkuak di menjelang momen revealing. Di sisi lain struktur dan formula yang demikian membuat penonton terus penasaran atas apa yang akan terjadi selanjutnya. Begitu juga adu trik dan strategi dari para pemain yang sepertinya sengaja tak menampilkan petunjuk apapun sebelum ‘kartu’-nya dikeluarkan. Durasi yang mencapai 2 jam 12 menit terasa mengasyikkan berkat permainan adu trik dan akal-akalan ini. In the end, penonton juga akan memahami bahwa judul Animal World merupakan sebuah metafora dari kemanusiaan yang disentil di sini. Untuk tujuan penyampaian isu tersebut, harus diakui plot AW secara konsisten punya relevansi yang kuat.
Lantas apa korelasi plot utama dengan aksi sosok badut seperti yang ditampilkan dominan pada trailer? Untuk sementara dari film ini, adegan-adegan aksi tersebut hanya menjadi sedikit clue dari kondisi psikologis karakter Zheng Kalsi. Bisa jadi punya pengaruh penting pada bagian kedua (diisyaratkan dari adegan mid-credit dan title card ‘to be continued’ di akhir film) yang entah akan membawa AW ke konsep yang sama sekali berbeda atau masih bermain-main dengan judi tapi dengan varian yang berbeda sebagaimana versi asli manga-nya. So untuk sementara anggap saja adegan-adegan aksi fantastikal tersebut hanya sebagai pemanis atau tambahan hiburan yang memanjakan mata sembari mengikuti permainan sampai ada penjelasan lebih lanjut.
Li Yifeng punya kharisma yang kuat untuk mengisi porsi peran utama, Zheng Kaisi. Meski kondisi psikologisnya masih misterius, setidaknya sosok cerdas, naif, sekaligus tulus terlihat meyakinkan dari berbagai gesturnya. Tak sulit untuk mengundang simpati penonton. Cao Bingkun sebagai Li Jun dan Wang Ge sebagai Fatty Meng mampu tampil ‘menipu’. Michael Douglas pun menunjukkan kharisma villainous yang kuat dan cukup mengancam sebagai Anderson. Terakhir, Zhou Dongyu tak kalah mencuri perhatian sebagai love interest Zheng Kaisi di balik porsi yang terbatas.
Untuk berbagai kebutuhan adegan, baik aksi, drama-thriller, maupun drama kemanusiaannya, tata kamera Wang Max Da-Yung melakukan pilihan-pilihan yang tepat hingga terasa maksimal. Desain produksi yang tak main-main juga layak mendapatkan apresiasi lebih, terutama untuk desain interior kapal Destiny. Efek visual tergarap rapi, mulus, dan sesuai kebutuhan. Di atas rata-rata sinema Cina yang megedepankan efek visual akhir-akhir ini. Musik dari Neal Acree dan Michael Tuller pun menambah intensitas sekaligus keasyikan berbagai adegan aksi. Sayang sound mixing terdengar tenggelam terutama untuk dialog. Suara efek dan musik di kanal-kanal samping pun terdengar kurang ‘bertenaga’, apalagi di genrenya. Entah faktor fasilitas tata suara di auditorium tempat saya menonton atau master aslinya sudah seperti demikian.
Harus diakui AW sedikit menyesatkan lewat berbagai materi promonya. Namun jika Anda cukup terbuka untuk terus menikmatinya, gelaran plotnya berjalan dengan cukup mulus. Bahkan enjoyable dan seru untuk terus diikuti meski beberapa adegan aksinya terasa kurang relevan dengan plot utama. Nikmati saja tanpa banyak mengambil pusing apapun yang sekiranya mengusik otak Anda. Biarkan film menjelaskan dan menjalankan narasinya. It’s highly entertaining. It even wow-ed me.
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.