2.5/5
Asia
bullying
Friendship
Horror
Pop-Corn Movie
Rivalry
Teen
Thailand
The Jose Flash Review
Thriller
urban legend
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Siam Square
[สยามสแควร์ ]
Di mata internasional, Asia memang kaya akan
urban legend mistis yang menarik untuk diangkat ke layar lebar. Salah satu
negara produsen yang paling produktif untuk tema ini adalah Thailand. Tahun
2017 ini Sahamongkol Film, salah satu PH Thailand yang banyak melahirkan
film-film populer di kancah internasional, termasuk The Legend of Suriyothai, Love
of Siam, dan seri Ong-Bak,
memproduksi sebuah horror fiktif yang membahas salah satu kawasan paling
populer di Bangkok (disebut-sebut sebagai Shibuya-nya Bangkok), Siam Square (SS). Pairach Khumwan yang
sebelumnya dikenal sebagai sinematografer untuk film 36 (2012), Mary is Happy,
Marry is Happy (2013), dan Hand in
the Glove (2015), serta pernah
menyutradarai salah satu segmen berjudul Samet
di omnibus Love, Not Yet (2011),
dipercaya untuk duduk di bangku penyutradaraan. SS juga didukung banyak bintang
muda yang menyemarakkan film, seperti model dan bintang TV yang akan
membintangi film thriller Bad Genius,
Eisaya Hosuwan, Peem Thanabodee (serial Hormones
dan Halfworlds), Nutthasit
Kotimanuswanich (11-12-13 Rak Kan Ja Thai
dan #Grace), Morakot Liu (Heart Attack), dan Ploy Sornarin (Single Lady).
Jublek yang bersahabat dengan May marah karena selama ini ia merasa
hanya dimanfaatkan. Ketika keduanya tak sengaja berinteraksi dengan sosok hantu
gadis berseragam sekolah di kelas bimbel, May menghilang secara misterius.
Teman-temannya; Terk, Fern, Pond, dan Meen mencurigai Jublek berada di balik
menghilangnya May. Pencarian terhadap May yang melibatkan kelompok YouTuber Ghost Your Dad; Moowahn, Mon, dan
Newton, justru membuat mereka menemukan fakta seputar misteri hantu gadis
berseragam yang menjadi awal mula mitos harus memasang gelang merah di sebuah
bangku di dalam kelas bimbel tersebut jika ingin lulus ujian.
Seperti halnya urban legend mistis sejenis, SS sebenarnya punya
modal konsep urban legend yang sangat menarik untuk dikembangkan. Misteri
hilangnya May pun cukup mengundang rasa penasaran sejak film dibuka. Tak
ketinggalan pula atmosfer horror dan jumpscare timing yang sebenarnya tergarap
baik. Sayang, ia menyusun plotnya dengan back-and-forth dengan pemisah yang
samar serta tanpa adanya koherensi antar adegan sehingga membingungkan. Alhasil
konsep urban legend dan atmosfer horror yang tertata baik tak lagi berhasil
karena konsentrasi penonton sudah keburu teralihkan untuk menganalisis susunan
plot yang acak. Karena penyusunan plot back-and-forth yang digunakan
terus-menerus hingga revealing, SS pun terasa sangat melelahkan untuk diikuti
hingga mungkin penonton sudah tak lagi peduli dengan apa yang terjadi pada
karakter yang jumlahnya juga terlalu banyak untuk diingat ‘who’s who’ oleh
penonton.
Penampilan aktor-aktris muda yang mendukung tak buruk tapi juga tak
punya keistimewaan tersendiri. Semuanya tampil cukup fair dengan beberapa yang
berhasil menjadi perhatian penonton berkat porsi yang sedikit lebih banyak
ketimbang yang lain dan fisik yang lebih menonjol, yaitu Eisaya Hosuwan seagai
May, Morakot Liu sebagai Jublek, dan Peem Thanabodee sebagai Terk.
Sebagai suguhan horror, SS didukung oleh teknis yang cukup suportif.
Seperti sinematografi Pithai Smithsuth yang cukup eksploratif dalam
menghadirkan nuansa horror khas Asia dengan timing yang pas pula. Begitu juga
editing yang sebenarnya cukup efektif dalam menata jumpscare dengan timing yang
tepat, kendati punya kesulitan besar dalam menyusun adegan yang back-and-forth.
Musical score tergolong formulaic di genrenya, tapi masih cukup efektif dalam
mempertajam atmosfer kengerian dan ketegangan.
Dengan berbagai modal yang menjanjikan, sayangnya SS harus jatuh
menjadi sebuah film horror yang kurang bisa dinikmati gara-gara susunan plot
back-and-forth yang membingungkan. Tema bullying yang sebenarnya juga terasa
cukup kuat gagal menjadi sesuatu yang kontemplatif gara-gara revealing yang
standard, tanpa ada muatan emosi lebih. Namun jika Anda sekedar mencari
tontonan horror generik, SS masih bisa dijadikan pilihan pengisi waktu luang.
Lihat data film ini di IMDb.