3.5/5
Brunei Darussalam
coming of age
Drama
Indonesia
Martial Art
pop
Pop-Corn Movie
Psychological
Rivalry
Teen
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Yasmine
Overview
Jika
mendengar nama Brunei Darussalam, yang langsung muncul di benak kita adalah
negara tetangga yang kaya raya berkat sumber daya alam minyaknya. Tapi untuk
urusan perfilman, ternyata Brunei masih jauh tertinggal. Maka ketika muncul
sebuah film yang mengklaim diri sebagai tonggak kebangkitan perfilman mereka
(meski tidak bisa juga dikatakan film layar lebar pertama mereka) yang dibuat
dengan kualitas teknis mumpuni, Yasmine
menjadi menarik. Apalagi kita yang di Indonesia boleh berbangga karena menyumbangkan
beberapa tenaga terbaik kita untuk mengisi departemen-departemen penting dalam
produksinya.
Memilih
tema seni bela diri pencak silat dan coming of age merupakan pilihan yang menarik, meski bukan lagi blend yang benar-benar baru. Di Hollywood sendiri
sudah ada Karate Kid yang begitu
fenomenal. Namun untungnya Yasmine
berhasil menjadi identitasnya sendiri, dengan aspek-aspek local content yang
unik. Naskah Yasmine ditulis oleh
salah satu penulis naskah terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini, Salman
Aristo. Seperti biasa, Salman menuliskan naskahnya dengan rapi, terutama dari
segi alur dan perkembangan karakter. Tapi kali ini naskah Salman tak sampai
terperosok menjadi kisah yang terlampau mulus dan tanpa rintangan yang berarti,
seperti yang sering terjadi pada naskahnya. Meski plotnya termasuk generik,
Salman mampu menjadikannya tetap menarik dan terasa segar, dengan
karakter-karakter yang dikembangkan dengan baik pula.
Penyajian
dari sutradara wanita baru, Siti Kamaluddin, pun turut memberikan nafas yang
segar dan sangat menghibur bagi Yasmine.
Tak ada kisah remaja yang serba menggurui meski negaranya termasuk negara yang
menerapkan syariat Islam. Karakter-karakternya digambarkan manusiawi seperti
remaja yang memberontak sesuai dengan jamannya, bukan serba alim dan sempurna.
Tak hanya karakter-karakter remajanya, tetapi juga karakter-karakter dewasa
yang biasanya diwajibkan menjadi teladan yang serba sempurna pula. Itulah salah
satu aspek yang membuat Yasmine karya
yang menyenangkan dan menghibur, di samping nuansa segar dan ceria yang sudah
diusung sejak awal film. Sedikit twist cerita di menjelang akhir film, juga
cukup patut diapresiasi dan juga memberikan essence value yang lebih dari
cerita.
Jika
ada yang terasa minus, mungkin dari segi logika cerita. Misalnya yang paling
mencolok adalah bagaimana mungkin ayah Yasmine tidak bisa menyekolahkan anaknya
di sekolah internasional, sementara Yasmine sendiri diberi mobil Mini Cooper
untuk dipakai sehari-hari. Well kalau mau berpikir positif, mungkin saja di
Brunei harga Mini Cooper termasuk terjangkau dibandingkan biaya menuntut ilmu
di sekolah internasional. Lagipula, atas nama membuat tampilan visualnya tampak
lebih fancy dan keren, saya masih bisa memakluminya.
The Casts
Beruntung
naskah memberikan perkembangan-perkembangan karakter yang baik untuk aktor-aktornya.
Beruntung pula ternyata hampir semua pengisi karakter utama maupun pendukung
mampu tampil memikat, termasuk juga dalam menjalin chemistry antar karakter.
Terutama sekali Liyana Yus yang meski mendapatkan beban sebagai karakter utama
dan porsinya sangat mendominasi, ternyata mampu menghidupkan karakter Yasmine
dengan sangat baik. Perubahan-perubahan emosi dapat ditampilkan dengan wajar
namun tetap menarik. Begitu juga Roy Sungkono dan Nadiah Wahid yang memerankan
karakter sahabat-sahabat Yasmine, cukup memorable sesuai dengan porsinya, serta
memberikan chemistry persahabatan yang terasa solid dan mengalir dengan segala
ups and downs-nya. Sementara karakter antagonis Dewi yang diperankan oleh
Mentari De Marelle menjadi pencuri layar tersendiri berkat kecantikan fisik
serta aktingnya yang cukup menarik. Anda bisa sekali lagi menyaksikan aktingnya
di Malam Minggu Miko Movie.
Di
jajaran cast pendukung yang diisi oleh aktor-aktor senior, menjadikan Yasmine lebih menarik lagi. Tak usah
diragukan lagi kekuatan akting Reza Rahadian yang tetap saja menarik perhatian
seberapa kecil pun perannya. Dwi Sasono juga memberikan performa komedik yang
pas, tak sampai mengganggu nuansa film secara keseluruhan dengan karakternya
yang nyentrik. Agus Kuncoro yang baru muncul menjelang pertengahan film,
seperti biasa memberikan performa terbaik sebagai karakter wise dan serius.
Sedikit berbeda dengan kebanyakan peran yang dilakoninya selama ini. In the
end, tentu saja tak perlu mengomentari aksen Melayu dari ketiga aktor senior
Indonesia ini yang teredengar sangat fasih dan tanpa terasa dibuat-buat.
Pantaslah reputasi mereka di tanah air hingga dipercaya di produksi negara
tetangga.
Technical
Bukan
tanpa tujuan, Yasmine menyewa tenaga
profesional asing dari berbagai negara untuk menyusun komponen-komponen
teknisnya. Terutama sekali adalah sinematografi dari James Teh (Australia) yang
berhasil menangkap berbagai aspek local content dengan cantik lewat
adegan-adegan landscape, maupun juga menangkap emosi dengan pas dengan shot-shot
close up-nya. Nuansa ceria khas remaja, keseruan pertandingan silat, emosional
hubungan antar karakter, mampu ditampilkan secara maksimal melalui
sinematografi. Begitu juga editing Cesa David Lukmansyah yang bisa merangkai
segala emosi yang ada menjadi sebuah satu sajian roller coaster yang mengalir
dan enak diikuti.
Scoring
dari Aghi Narottama dan Bemby Gusti semakin mengukuhkan diri sebagai penata
musik yang serba bisa dalam menghidupkan adegan. Diimbangi tata suara yang
mantap dari Khikmawan Sentosa dan theme song signatural dari Nidji, menjadikan audio Yasmine terdengar sangat pas dan nyaman
untuk didengarkan.
The Essence
Masa
peralihan dari remaja ke dewasa bukanlah masa yang mudah. Tapi justru melalui
berbagai proses yang tidak mudah dan punya banyak halangan serta tantangan lah
yang biasanya menemukan jati diri yang sebenarnya. Tak hanya soal apa yang
menjadi passion, tetapi juga menemukan esensi yang tepat dari passion tersebut,
sehingga tidak sampai meniti jalan yang salah.
They who will enjoy this the most
- Teenagers, especially around 11-18 years old
- Martial art enthusiast
- Audiences who like father-daughter relationship story
- General audiences who seek for light and fun entertainment