3D
4/5
Action
Adventure
Based on Book
Based on TV show
Blockbuster
Box Office
Fantasy
Franchise
Hollywood
Martial Art
Pop-Corn Movie
Reboot
SciFi
Summer Movie
Superheroes
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Teenage Mutant Ninja Turtles (2014)
Overview
Teenage Mutant Ninja Turtles (TMNT) atau yang di Indonesia lebih
akrab disebut Kura-kura Ninja bisa dibilang salah satu franchise lawas yang
exposure-nya termasuk kurang. Padahal fans-nya termasuk banyak sejak jaman masih berupa komik tahun 1984. Tahun 1990 sempat diangkat ke layar lebar dengan pendapatan yang
termasuk luar biasa di eranya. Diikuti sekuel hingga menjadi sebuah trilogy
yang pendapatannya terus menurun, meski tetap untung. Lantas hanya menjadi
serial animasinya dan sebuah film layar lebar versi animasi yang hasilnya
ternyata juga biasa-biasa saja. Kebangkitannya dimulai saat segala haknya
dibeli oleh Nickelodeon tahun 2009 dengan sebuah serial animasi yang dimulai
tahun 2012 hingga kini. Berkat Nickelodeon pula akhirnya TMNT sekali lagi
mencicipi layar lebar, tentu saja dengan treatment yang jauh lebih baik. Tak
tanggung-tanggung, Michael Bay yang dikenal selalu sukses menangani film
blockbuster duduk di salah satu bangku produser. Sutradara Jonathan Liebesman
pun bukan pilihan yang main-main, meski juga belum ada karyanya yang
benar-benar sebombastis Bay.
Hasilnya ternyata sama sekali
tidak mengecewakan. Cukup epic, melebihi versi manapun dari franchise TMNT
malahan. Yang paling penting, TMNT versi Liebesman menjaga esensi-esensi,
nuansa, beserta karakter-karakter penting dari franchise asli, terutama dari
versi komik dan animasi era 80-annya. Semuanya ditampilkan dengan modifikasi
konsep cerita yang masuk akal dan menarik. Contoh yang paling terasa adalah
beberapa fakta asal-usul karakter-karakter utamanya. Correct me if I’m wrong,
tapi saya sebelumnya sama sekali belum pernah mendengar asal-usul kura-kura
ninja ini bisa menjadi mutan secara detail, termasuk asal-usul karakter
Splinter. All we know that they live in the sewer. Juga keterkaitan April O’Neill
dengan para kura-kura ninja. Kesemuanya dijelaskan dan ditautkan dengan masuk
akal dan jelas, sehingga membuat keseluruhan konsep cerita terasa lebih solid.
That’s why bahkan penggemar versi aslinya akan dibuat tersenyum-senyum karena
faktor nostalgic dengan hal-hal yang akhirnya punya penjelasan memuaskan
setelah sekian lama, meski tergolong klise untuk genre sejenis. Tak ketinggalan pula penyesuaian konsep asli dengan
perkembangan jaman, seperti menyelipkan joke-joke bereferensi budaya populer.
Untuk penonton baru pun TMNT
bakal terpuaskan dengan adegan-adegan action yang spektakuler. Terasa sekali
unsur-unsur khas Michael Bay atau yang sering disebut Bay-ish karena saking
khasnya. Mulai frog eye angle untuk memberikan kesan epic, some light flares,
slowmotion, hingga sound-sound effect yang mengingatkan kita akan franchise Transformers. Tapi tak perlu antipati
dulu terutama bagi yang sudah alergi dengan franchise Transformers. Toh unsur-unsur Bay-ish yang ada di TMNT hanya
sebatas style gimmick-gimmick visual saja. TMNT masih berdiri di atas konsep
cerita yang kuat dan story telling yang nyaman untuk dinikmati. Bisa jadi karena
kemampuan story telling Liebesman yang masih lebih baik daripada Bay
sendiri (saat menggarap franchise Transformers).
Satu-satunya kelemahan dari TMNT
versi Liebesman adalah kurang kuatnya pengenalan karakter-karakter utama geng
kura-kura ninja: Leonardo, Raphael, Michelangelo, dan Donatello. Permasalahan
klasik sebenarnya sejak versi animasi dan live action era 90-an, karena sejak
dulu saya kesulitan mengenali perkarakter selain hanya menghafal dari warna
ikat mata dan senjata mereka. Di versi Liebesman ini memang masih berusaha
menampilkan diferensiasi dan keunikan karakter masing-masing, seperti Raphael
yang menonjolkan fisik paling kuat serta sifat yang agresif, Michaelangelo yang
suka bercanda, Leonardo yang punya jiwa pemberani, serta Donatello yang punya
kelebihan di segi science. Namun masih terasa kurang kuat sehingga penonton
(terutama yang masih awam) tetap saja akan kesulitan mengenali tiap karakter
begitu saja. Semoga saja penguatan karakter ini diperbaiki di
installment-installment sehingga TMNT akan semakin dikenal karena
karakter-karakternya yang unik, bukan hanya sekedar sebagai film action pop
corn yang menghibur.
Above all, TMNT versi Liebesman
bagi saya jelas merupakan re-introduction yang sangat memuaskan dan sangat
menghibur. Selanjutnya tinggal bagaimana tim mengembangkan cerita dan konsep
besar TMNT sehingga terus menjadi franchise yang menarik. Ingat, mempertahankan
sesuatu yang bagus jauh lebih susah ketimbang memulai baru dengan bagus. Banyak
franchise jatuh ke lubang yang sama. Semoga saja TMNT belajar dari pengalaman
Bay ketika menggarap Transformers
(meski secara finansial terus meningkat dari installment ke installment).
The Casts
Megan Fox menjadi sorotan utama
di sini. Selain karena pemeran para kura-kura ninja bukanlah nama-nama yang
populer, apalagi dengan tampilan yang diubah total menjadi CGI serta suara yang
diisi oleh aktor lain lagi, tampilan fisik Megan Fox memang selalu mencuri
perhatian. Untungnya penampilan akting dan porsi peran karakter yang dituliskan
untuknya jauh lebih baik ketimbang sebelum-sebelumnya, termasuk ketika di Transformers 1-2. Sorry para pemeran
kura-kura ninja, saya tidak bisa memberikan penilaian apa-apa atas akting
kalian. Setidaknya penggambaran karakter masing-masing sudah tervisualisasikan
sesuai konsep aslinya.
Will Arnett yang perannya tidak
begitu banyak masih sempat berhasil mencuri perhatian, terutama berkat karakter
comedic-nya yang cukup berhasil. Sementara William Fichtner yang mengisi
karakter antagonis pun tampil cukup memuaskan dan memuaskan. Namun above all,
tentu saja penampilan Whoopi Goldberg yang sudah jarang muncul di layar menjadi
daya tarik tersendiri.
Technical
Salah satu faktor utama yang
membuat TMNT berhasil menjadi tontonan yang menghibur dan menarik adalah
adegan-adegan aksi yang breathtaking serta terlihat keren. Thanks to fotografi
yang memanfaatkan berbagai angle demi membuat penonton seperti terasa ikut
menjadi bagian dalam adegan. Terutama sekali berkat super close dan frog eye
angle. Adegan kejar-kejaran di salju serta pertarungan klimaks di Sach Tower
menjadi begitu memorable sepanjang film berkat dukungan tata kamera ini, selain
tentu saja tata suara yang mumpuni dan memanfaatkan efek surround dengan sangat
baik.
Meski efek 3D TMNT hanya hasil
convert, hasilnya termasuk memuaskan. Beberapa kali pop-out berhasil membuat
saya memicingkan mata. Bahkan sempat ada satu frame yang sampai mengubah aspect
ratio demi efek pop-out yang lebih terasa. Juga beberapa adegan memiliki depth
yang menonjol, meski salah satu faktornya adalah low angle yang memang bisa
lebih memberikan kesan kedalaman gambar.
Terakhir, pujian wajib saya layangkan
kepada composer Bryan Tyler yang telah memberikan nuansa epic serta grande
lewat score-nya.
The Essence
Di hampir akhir film, esensi dari
TMNT versi Liebesman terkuak yang sebelumnya sebenarnya sempat disampaikan oleh
beberapa karakter. Hampir semua karakter protagonis di sini punya isu dengan
kepercayaan. It’s all about trust which matter more than anything. Kepercayaan
kepada orang-orang yang dekat kita dan yang paling penting kepercayaan atas
diri sendiri.
They who will enjoy this the most
- Fans of the original Teenage Mutant Ninja Turtles’ characters
- General audiences who seek for light and exciting entertainment, especially kids and teenagers
- Bay-ish fans