3D
4/5
Action
Adventure
Based on Book
Blockbuster
Box Office
Drama
Fable
Fantasy
Franchise
HFR
Hollywood
Magic
Oscar 2014
Pop-Corn Movie
The Jose Movie Review
War
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Hobbit: The Desolation of Smaug 3D
Overview
Sampailah kita di bagian
kedua trilogy The Hobbit versi film
yang digagas oleh Peter Jackson. Sejak awal mendengar kabar akan memecah satu
buah novel menjadi tiga bagian film sudah membuat saya mengernyitkan dahi.
Bagaimana Peter Jackson mampu mengulur novel yang tidak begitu tebal seperti
itu menjadi tiga film yang masing-masing berdurasi kurang lebih dua setengah
jam? Well, he’s Peter Jackson. He knows exactly how to expand stories with cool
scenes tanpa membuat penonton merasakan cerita yang semakin dragging. The Desolation of Smaug (TDoS) semakin
mempertegas kepiawaiannya itu.
Sepanjang durasi yang dua
setengah jam lebih, saya sama sekali tidak merasakan kebosanan sama sekali
mengikuti petualangan para dwarves. Ya, saya memang masih merasakan kisah yang
tidak begitu berjalan lancar, seperti ada yang di-hold namun ditutupi dengan
adegan-adegan petualangan serta pertarungan yang terasa seru berkat kerapian
koreografinya. Fun and exciting.
Penambahan karakter
Tauriel yang tidak ada di versi novel terbukti berhasil membuat kisah menjadi
semakin menarik. Klise, namun harus diakui karakter yang ditampilkan memang
menarik. Thank God to the actress behind it. Kehadiran kembali Legolas yang
sempat menjadi heartbreakers di seri Lord
of the Rings pun menambah histeria fans beratnya. Sekali lagi kepiawaian
Peter Jackson dalam menambah unsur-unsur menarik dalam kisahnya yang
“dipanjang-panjangkan” patut diakui.
Pendeknya, TDoS memang
bukan part yang paling bagus ataupun penting dari seri The Hobbit. Perannya sebagai bridge dari seri pertama dan terakhir
pun tidak begitu banyak. Namun sebagai tontonan yang menghibur dan seru dengan
karakter-karakter yang sudah kita kenal sebelumnya, it’s worth watching so
much.
The Casts
Pretty much the same
dengan seri pertamanya. Namun Evangeline Lilly sebagai Tauriel jelas berhasil
mencuri perhatian dan menjadi salah satu karakter wanita yang loveable di
antara gank para pria ini.
Technical
Secara teknis juga kurang
lebih sama dengan seri pertamanya mengingat memang dikerjakan secara simultan.
Namun saya merasakan HFR 3D yang lebih halus daripada The Hobbit: An Unexpected Journey. Tidak ada lagi gerakan bak
fast-forward yang berlebihan. Yang tersisa adalah gambar yang crystal clear dan
amazing.
Untuk efek 3D memang tidak
ada efek pop-out yang begitu mencolok namun depth yang ditampilkan tampak hidup
dan nyata. Efek (seolah-olah) pop-out cukup berhasil membuat saya memalingkan
pandangan, meski terhenti sampai layar, tidak sampai keluar layar. Misalnya
adegan laba-laba yang cukup memorable dan menegangkan.
Note khusus untuk desain
naga yang keren dan berkelas, serta tampilan yang begitu nyata.
The Essence
Konfrontasi yang punya
potensi besar dalam meraih kebebasan patut diperjuangkan daripada tinggal diam
dalam zona nyaman yang tidak membebaskan. Meski nyawa taruhannya, it’s worth
fighting for.
They who will enjoy this the most
- The Hobbit and The Lord of the Rings movies’ fans
- General audiences who seek for exciting entertainment
86th Annual Academy Awards nominee for
- Best Achievement in Sound Editing - Brent Burge
- Best Achievement in Sound Mixing - Christopher Boyes, Michael Hedges, Michael Semanick, and Tony Johnson
- Best Achievement in Visual Effects - Joe Letteri, Eric Saindon, David Clayton, Eric Reynolds
Lihat data film ini di IMDb.