The Jose Movie Review
Stoker


Overview

Semula saya tidak pernah tahu film tentang apa Stoker itu dan saya berusaha untuk tidak mau tahu. Poster yang sangat artistik dan nama sutradara Korea legendaris Chan-wook Park (yang terkenal berkat karya fenomenalnya Oldboy/Oldeuboi, I’m a Cyborg but That’s Ok, dan Thirst) di film berbahasa Inggris pertamanya, Ysudah cukup mengundang rasa penasaran saya tanpa harus tahu bagaimana premis dan alur ceritanya. Bahkan fantasi liar saya sempat beranggapan bahwa ini adalah biografi dari penulis kisah klasik Dracula, Bram Stoker. Tak salah melihat nuansa yang diusung posternya. Namun tentu saja that’s only a joke from my silly mind.
Ternyata ketidaktahuan saya ada untungnya juga. Sejak opening credit saya sudah dibuat terpukau oleh editing yang “tak wajar” itu. Apalagi credit yang dibuat berinteraksi dengan adegan adalah favorit saya. Narasi tentang perkenalan tokoh utama kita, India, dan pemikirannya tentang kedewasaan membuat saya kegirangan. Ini menarik, begitu pikir saya. Dan iya, memang adegan demi adegan yang ditampilkan kemudian secara perlahan semakin membuat saya penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi dan lebih penting lagi, apa yang akan terjadi berikutnya.
Secara garis besar jika Anda sudah sampai pada konklusi cerita, mungkin Anda akan menemukan bahwa Stoker tidak memiliki premis yang benar-benar baru maupun original. Cerita seperti ini sudah berkali-kali diangkat. Namun bagaimana ia menyusun storyline sejak awal hingga revealing dan ending, itulah bagian yang paling menarik perhatian saya. Apalagi alur cerita ala Alfred Hitchcock seperti ini sudah jarang digunakan akhir-akhir ini.
Agak mengejutkan juga ketika mendapati bahwa penulis naskahnya adalah Wentworth Miller yang selama ini kita kenal lewat serial Prison Break. Lumayan juga bakat menulisnya selain sebagai aktor mediocre. Dibantu oleh co-writer Erin Cressida Wilson yang juga pernah menulis naskah-naskah tak kalah nyentriknya, seperti Fur : An Imaginary Portrait of Diane Arbus yang juga dibintangi Nicole Kidman, dan Chloe. Tak heran dengan hasilnya yang cukup appealing untuk membungkus premis yang biasa. Chan-wook Park pun berhasil memoles naskah tersebut menjadi suatu karya audio visual yang sangat indah dan bercita rasa unik. Sayang untuk dilewatkan begitu saja di layar lebar.

The Casts

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika India tidak diperankan oleh Mia Wasikowska dan ibunya, Evelyn, tidak diperankan oleh Nicole Kidman. Keduanya sangat luar biasa dalam menghidupkan karakter masing-masing. Tidak ada aktris yang lebih pas memerankan keduanya. Meski porsi karakter Evelyn seharusnya bisa lebih digali lagi namun performa Nicole Kidman sudah memberikan kesan yang cukup besar sepanjang film.
Pujian juga layak disematkan kepada Matthew Goode yang berhasil mengeluarkan kharisma misteriusnya secara maksimal. Gesture, senyum, dan artikulasinya creepy! Sekedar iseng, ada satu adegan yang meyakinkan saya bahwa Goode cocok memerankan Dr. Hannibal Lecter muda.

Technical

Teknis memegang peranan yang paling penting dalam kesuksesan Stoker sebagai sebuah karya audio visual. Saya mulai dengan editingnya yang paling menonjol. Editor Nicolas de Toth (Terminator 3, Live Free or Die Hard, dan X-Men Origins : Wolverine) mengeluarkan berbagai teknik dan mencampurnya menjadi film utuh yang menarik. Tak hanya opening title yang menyatu dengan adegan, tetapi juga berlaku untuk transisi adegan dan penempatan flash-back yang efektif. Semuanya tersusun dengan rapi dan indah.
Tak hanya sendiri, Park memboyong beberapa kru dari Korea Selatan untuk bekerja sama. Terutama sekali penata kamera Chung-hoon Chung yang menjadi langganan Park. Selain angle-angle standard yang cantik, Chung juga berani sering mengambil angle yang unik, misalnya shot dari garis kuning jalan raya yang tampak out of focus di opening title dan berkali-kali angle tak simetris untuk close up shot karakter.
Untuk desain produksi, art, kostum, dan dekorasi set, tidak perlu diragukan lagi. Dari poster dan trailernya saja sudah sangat mencolok. Luar biasa indahnya bak lukisan.
Aspek teknis yang juga mencuri perhatian saya adalah sound effect yang begitu detail. Masih terngiang di telinga saya bagaimana suara India menggesekkan telur di meja, suara derit lantai kayu ketika diinjak, atau efek surround ketika India menggoyang lampu gantung. Luar biasa detail dan memberikan efek emosi tersendiri kepada penonton.

The Essence

“You need to do something bad to stop you from doing something worse.” Enough explained.

They who will enjoy this the most

  • Artistic movie buffs
  • Thriller fans
  • Chan-wook Park’s works fans
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.